Langgam.id – Pemerintah Australia memberikan hibah pada tim peneliti Pusat Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Universitas Andalas. Raihan bergengsi tersebut ditargetkan untuk mendorong pemulihan ekonomi dari sektor usaha kecil dan menengah di Sumbar 2022 mendatang.
"Dari kegiatan ini, nantinya akan tumbuh kolaborasi dari kedua tim peneliti. Yang mana kegiatan ini akan berdampak pada upaya pemulihan ekonomi dari usaha kecil dan menengah di Sumbar," kata koordinator peneliti dari Pusat Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Unand Sari Lenggogeni saat dihubungi Langgam.id, Jumat (19/11/2021).
Menurut Sari Lenggogeni, dana hibah yang diterima bentuk nyata kolaborasi tim peneliti Unand dengan Universitas Queensland Australia. Kegiatan bersama itu akan berlangsung selama tahun 2022.
Terkait mekanisme kegiatan, Sari Lenggogeni menyebut belum dapat memastikan sebab Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19. Pihaknya akan menyesuaikan dengan situasi yang terjadi di Indonesia khususnya Sumbar ke depan.
"Kegiatan ini belum bisa dipastikan secara luring (luar jaringan, red), mungkin bisa secara virtual. Yang jelas peserta akan kami registrasi nantinya, siapa yang terdampak Covid-19," kata Sari Lenggogeni sembari menyebut, selain dirinya, terdapat empat orang lain yang dipercaya sebagai tim.
Tim peneliti Pusat Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Universitas Andalas nantinya akan berkolaborasi dengan beberapa sektor. Mulai dari Asosiasi Industri Pariwisata Queensland Australia (Queensland Tourism Industry Council), Earthcheck (Badan sertifikasi konsultan pariwisata terbaik dunia, yang berbasis kebersihan keamanan, kesehatan), ASITA Sumbar, Pemprov Sumbar dan Kemenparekraf.
Sari Lenggogeni berharap kegiatan yang dikoordinatorinya berdampak pada semua lini. Lebih jauh, katanya, menjadi inspirasi bagi peneliti seluruh Indonesia.
Sebelumnya, tim peneliti Pusat Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Universitas Andalas mendapatkan hibah bergengsi dari Pemerintah Australia. Tim peneliti Unand akan berkolaborasi dengan Universitas Queensland Australia.
Kolaborasi tim peneliti ini mengusung Pusat Ketahanan Bisnis Australia-Indonesia, untuk mendorong pemulihan dan adaptasi ekonomi bagi usaha kecil dan menengah saat merespon bencana. Program hibah ini untuk membangun kekuatan hubungan Indonesia dan Australia.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menyampaikan, pihaknya menyerahkan $460.000 hibah melalui program Australia-Indonesia Institute 2021-2022. Hibah itu dibagi pada 13 penerima terpilih dari bidang kompetisi yang diikuti lebih dari 100 aplikasi. (*/Mg. M. Afdal Afrianto)