Langgam.id - Diskusi mengenai potensi gempa besar di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukanlah hal baru. Sejak lama, bahkan sebelum Gempa dan Tsunami Aceh 2004, para ahli sudah menyoroti kawasan ini sebagai wilayah yang berpotensi mengalami gempa besar.
Namun, munculnya kembali pembahasan ini tidak berarti gempa besar akan segera terjadi. "Kami hanya ingin mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai potensi yang harus kita waspadai," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, melalui akun Facebook pribadinya, Kamis (15/8/2024.
"Zona ini dianggap sebagai seismic gap, wilayah yang telah lama tidak mengalami gempa besar, dan bisa melepaskan energi besar sewaktu-waktu," tambahnya.
Seismic gap Selat Sunda terakhir kali mengalami gempa besar pada 1757, atau 267 tahun yang lalu, sementara Mentawai-Siberut pada 1797, atau 227 tahun yang lalu. Bandingkan dengan seismic gap Tunjaman Nankai di Jepang, yang terakhir kali mengalami gempa besar pada 1946, atau 78 tahun yang lalu. Meski periodisitas seismic gap kita lebih lama, Daryono mengingatkan, "Ini seharusnya menjadi alasan bagi kita untuk lebih serius dalam upaya mitigasi."
Pembahasan mengenai potensi gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut juga tidak berkaitan langsung dengan gempa kuat M7,1 di Tunjaman Nankai, Jepang, yang terjadi pada 8 Agustus 2024. "Gempa di Jepang itu memang memicu kekhawatiran, namun bagi kita di Indonesia, ini adalah momen yang tepat untuk kembali mengingatkan tentang potensi gempa di wilayah kita sendiri," ungkap Daryono.
Rilis BMKG sebelumnya yang menyebut gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut "tinggal menunggu waktu" bukanlah prediksi atau peringatan dini. "Istilah ini digunakan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitar kedua wilayah itu sudah melepaskan energi, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut belum," jelas Daryono.
Ia juga menekankan bahwa hingga saat ini, tidak ada teknologi yang mampu memprediksi gempa dengan akurat. "Kita semua tidak tahu kapan gempa akan terjadi, meskipun kita tahu potensinya. Oleh karena itu, informasi yang berkembang saat ini bukanlah peringatan dini, dan jangan dimaknai secara keliru seolah-olah gempa besar akan segera terjadi," tegasnya.
Daryono mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa. "Melaut, berdagang, dan berwisata di pantai bisa terus dilakukan. BMKG siap memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat," tutupnya. (*/Yh)