Langgam.id - Gelar Karya Budaya (GKB) menghadirkan diskusi usai pertunjukan teater, Selasa (9/11/2021). Tema yang diusung adalah Teater Polifonik.
Diskusi ini melihat bagaimana naskah Wisran Hadi diterjemahkan hari ini. Dalam pandangan Heru, naskah Kemerdekaan yang sudah berumur hampir 20 tahun diuji dalam konteks kekinian.
Isunya masih penting karena ditulis pada masa orde baru. “ Mengapa naskah itu masih dipentaskan? Bukan karena naskah itu tidak layak,” kata Heru.
Polifonik yang dimaksud adalah bagaiamana sutradara-kritikus berperan dalam melihat naskah. Namun, ini harus dilandasi dengan pemikiran logis.
“Karena kalau diacak-acak tidak sesuai nalar. Di sini intelektual harus bagian terdepan dalam melihat naskah,” ujar Heru.
“Saya penasaran, seandainya memang naskah Pak Wis diacak, bagaimana tanggapan beliau?” tanya Abdul Hanif, alumni ISI Padang Panjang yang menyempatkan hadir dalam acara itu.
Khusus untuk pertunjukan, Heru berpendapat kedua pementasan belum menghasilkan teater polifonik yang dimaksud.
Diketahui, GKB akan menggelar petunjukan hari terakhir, Rabu (10/11/2021) sekaligus menampilkan Teater Batuang Sarumpun dari Padang dan Teater Selembayung dari Pekanbaru.
Naskah Perempuan Salah langkah dan Penjual Bendera jadi alas. Kedua naskah ditulis Wisran Hadi, dramawan Indonesia.
Pemilihan kedua grup memang berlandaskan pada keinginan panitia untuk memberi tatapan baru pada naskah Wisran. Kemudian, wilayah juga masuk perhitungan sehingga Pekanbaru dipilih sebagai salah satu tempat.
“Ini juga disesuaikan dengan anggaran yang ada,” ujar Trikora Irianto Direktur Produksi.
Usai pementasan hari ini, seluruh pementasan akan diunggah di youtube Lembaga Bumi Kebudayaan. Delapan pertunjukan akan menjadi bahan calon peserta untuk mengikuti Lomba Esai Nasional. Lomba ini jadi bagian program Festival Bumi kali ini.