• Masuk
  • Daftar
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Langgam.id
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
Langgam.id
Home Khas

Perjanjian Linggarjati dan Gagalnya Daerah Istimewa Sumatra Barat

Hendra Makmur
25/03/2019 | 20:03 WIB
A A
Sutan Sjahrir berpidato saat penandatanganan Perjanjian Linggarjati,(Foto: Repro Buku Terobosan Sukarno dalam Perjanjian Linggarjati)

Sutan Sjahrir berpidato saat penandatanganan Perjanjian Linggarjati,(Foto: Repro Buku Terobosan Sukarno dalam Perjanjian Linggarjati)

Langgam.id – Di Istana Rijswijk yang kelak dikenal sebagai Istana Negara, Perdana Menteri Sutan Sjahrir berdiri menghadap bagian tengah meja yang membentang panjang.

Ia saling berhadapan dengan puluhan delegasi Indonesia dan Belanda yang duduk dalam dua deret kursi menghadap ke arah meja. Sjahrir duduk sebaris dengan Schermerhorn dan Van Mook dari delegasi Belanda.

Baca Juga

Menyoal Kepres SU 1 Maret, Keliru Fakta Sejarah Hingga Tak Sebut PDRI

Kenduri Sko Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua

Hari itu, Sjahrir memimpin delegasi Republik menandatangani perjanjian bilateral pertama Indonesia: Linggarjati. Perjanjian yang telah dibahas dan dirundingkan kedua delegasi sejak November 1946 di Linggarjati, Cirebon.

Lebih 1300 kilometer dari sana, pada hari yang sama, perwakilan Belanda di Sumatra Barat memancang rencana berbeda. Didukung beberapa tokoh dan mantan pegawai kolonial, sebuah negara boneka siap didekalarasikan di Padang: Daerah Istimewa Sumatra Barat (Disba).

Wartawan Rosihan Anwar yang meliput penandatanganan Perjanjian Linggarjati dalam Buku ‘Sutan Sjahrir, True Democrat, Fighter for Humanity, 1909-1966’ menyebut, tanggal perjanjian tersebut: 25 Maret 1947.

Pada tanggal yang sama, menurut Mr. Sutan Mohammad Rasjid dalam Buku ‘Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau’, Belanda dan tokoh-tokoh yang mendukungnya berencana mendeklarasikan Disba di Padang. Dua peristiwa tersebut terjadi tepat 72 tahun yang lalu dari hari ini, Senin (25/3/2019).

Perjanjian Linggarjati yang dimediasi Inggris, diadakan untuk menengahi kontak senjata antara pejuang Republik dengan tentara Belanda. Konflik yang terus menerus terjadi sejak Belanda kembali usai Perang Dunia II dengan niat menguasai kembali bekas koloninya.

Rushdy Hoesein dalam Buku ‘Terobosan Sukarno dalam Perjanjian Linggarjati’ (2010) menulis, perjanjian tersebut berlangsung dalam 11 kali pertemuan. “Mulai 22 Oktober 1946 sampai dengan 16 November 1946,” tulisnya.

Perjanjian yang diawali gencatan senjata pada 14 Oktober 1946 itu, diawali di Jakarta, kemudian pindah ke Linggarjati dan kembali lagi ke Jakarta. Kesepakatan yang diparaf pada 15 November 1946 itu terdiri atas 17 pasal.

Pada intinya, menurut Sejarawan Audrey Kahin dalam Buku ‘Dari pemberontakan ke integrasi Sumatra Barat dan politik Indonesia, 1926-1998’, dalam perjanjian itu, pemerintah Belanda mengakui kekuasaan de facto Republik hanya atas Jawa dan Sumatra.

Kemudian, “Kedua pihak sepakat untuk mengupayakan pembentukan negara federal yang berdaulat dan demokratis. Negara Indonesia Serikat, menjadi bagian dari Uni Belanda-Indonesia. Di Sumatra Barat, perjanjian Linggarjati ini mengharuskan tentara Republik mundur dari Kota Padang dan sekitarnya,” tulisnya.

Batas garis demarkasi tersebut, menurut Mestika Zed dkk dalam Buku ‘Indarung: Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia’, sebelah utara sampai di Tabing, sebelah selatan di Bungus, sedang di sebelah timur berada di Simpang Lubuk Bagalung.

Kelebihan perjanjian ini, membuat posisi Indonesia di dunia internasional menguat. Pengakuan kedaulatan dari Amerika Serikat dan Inggris terjadi setelah Linggarjati. Namun, karena wilayah menyempit dan mengakomodasi kepentingan Belanda, juga membuat marah banyak kalangan.

Menurut Audrey Kahin, kesepakatan itu membuat orang Sumatra Barat berang. Belum lagi ditandatangani sudah terjadi reaksi bersenjata. Percobaan pengambilalihan pemerintahan Sumbar pada 3 Maret 1947, salah satunya, karena kekecewaan pada Perjanjian Linggarjati. (Baca: Peristiwa 3 Maret 1947, Pergolakan Ranah di Awal Merdeka).

Peristiwa lain yang terjadi persis saat perjanjian itu ditandatangani juga mewarnai suasana saat itu. Jauh sebelum Agresi Militer I yang diawali pernyataan sepihak Van Mook, Belanda sudah menggembosi Linggarjati bahkan di hari perjanjian itu ditandatangani.

Ahmad Husein dkk dalam Buku ‘Sejarah perjuangan kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau, 1945-1950’ menulis, di Padang mulai akhir 1946 dan hingga awal 1947, Belanda telah berusaha pula mendirikan apa yang dinamakan mereka ‘Daerah Istimewa Sumatera Barat’ (Disba). Padahal, di perjanjian Linggarjati, Belanda sudah sepakat, Sumbar masuk wilayah Republik Indonesia.

Negara boneka serupa, juga didirikan Belanda di banyak wilayah lain di Indonesia. “Di mana-mana Belanda berusaha keras mendirikan Negara-negara Boneka atau Daerah-daerah Istimewa,” tulisnya.

Untuk mempersiapkan Disba, Belanda membentuk badan persiapan pendirian daerah istimewa yang dinamakan ‘Persatuan Umum’. Pensiunan Komisaris PTT Abdul Rahman dan Loebis, seorang mantan pemegang buku Koek & Co diangkat jadi ketua dan sekretaris. Sementara Jaksa Tinggi Husein disiapkan untuk jadi Ketua Disba.

Persatuan Umum gencar menulis kebaikan Belanda dan sebaliknya menyerang pemerintah Republik Indonesia. Husein juga bolak-balik ke Medan untuk mengurus deklarasi.

Pramoedya Ananta Toer dalam ‘Kronik Revolusi Indonesia menulis, di hari deklarasi bertempat di Belakang Tangsi, panitia sibuk menyiapkan acara deklarasi lengkap dengan alat musik.

Panitia siap, undangan yang tak datang. Yang hadir hanya 17 orang termasuk para penggagas yang bekerja sama dengan Belanda. Ketika Residen Van Straten datang, dia langsung kembali karena kecewa.

Sepinya masyarakat yang datang karena acara ini karena kerja sama pemuda dan pejuang, antara lain, Barisan Maut Istimewa (Mais). Para pemuda, mengumumkan kepada masyarakat untuk tidak keluar rumah. Mereka juga mencegat di jalan-jalan masuk kota, seperti di Tabing, Lubuk Begalung, Teluk Bayur, termasuk di Seberang Padang, Simpang Haru dan Purus.

Percobaan negara boneka Belanda di Sumbar yang dibuat bahkan saat Perjanjian Linggarjati ditandatangani, pun gagal. (HM)

Tags: Hari ini di Masa LaluSejarahSejarah Sumbar
Bagikan10TweetKirim

Baca Juga

Ilustrasi - Istana presiden di Yogyakarta. (Foto: perpusnas.go.id)

Menyoal Kepres SU 1 Maret, Keliru Fakta Sejarah Hingga Tak Sebut PDRI

10/03/2022 | 15:00 WIB
Peta deformasi bentuk lahan sebagai akibat dari pengaruh aktivitas sesar aktif, Ungkap M. Lumbanbatu, menggarisbawahi sesar Talamau di utara Gunung Talamau menjalar ke sisi barat. Foto: tangkapan layar publikasi ilmiah Ungkap M. Lumbanbatu berjudul Morfogenetik Daerah Lubuk Sikaping Provinsi Sumatra Barat, terbitan Geo-Sciences, JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009.

Segmen Talamau, Patahan yang Telah Terpetakan

04/03/2022 | 13:31 WIB
Berita Padang – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: 225 tahun lalu,gGempa berkekuatan M8,4 yang bersinambung tsunami, dengan dampak yang besar saat itu; bukan saja Padang, melainkan juga sebagian besar wilayah pantai barat Sumatra.

Menyelami Dahsyatnya Tsunami 1797 Padang, Ikhtiar Menghadapi Ancaman Mentawai Megathrust

11/02/2022 | 20:33 WIB
Lembar 29 dan 30 Naskah Tanjung Tanah. (Foto: Tim Uli Kozok 2002)

Kenduri Sko Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua

06/02/2022 | 12:29 WIB

Discussion about this post

Terpopuler

Langgam.id - Manajemen Semen Padang FC sempat ingin menjadikan Stadion Utama Sumbar sebagai kandang tim untuk mengarungi Liga 2 2022.

Sempat Dilirik, Ini Alasan Semen Padang FC Tak Pilih Stadion Utama Sumbar sebagai Kandang

28/06/2022 | 13:45 WIB
Adrilsyah Adnan di antara produk pakaiannya. (Foto: Andri)

Usung “Magma”, Adrilsyah Kenalkan Magek Jadi Merek Produk Pakaian Terkenal Indonesia

10/04/2021 | 14:34 WIB
General Manager Marketing PT Eka Bogainti (HokBen) Fransiska Lucky di gerai HokBen Transmart Padang. (Foto: Heri Faisal/Langgam)

Resmi Buka di Padang, Ini Promo HokBen Selama Bulan Juli

01/07/2022 | 07:17 WIB
Merasa Jadi Korban Mark Up Nilai, Puluhan Wali Murid SMPN 1 Padang Mengadu ke DPRD Sumbar

Merasa Jadi Korban Mark Up Nilai, Puluhan Wali Murid SMPN 1 Padang Mengadu ke DPRD Sumbar

29/06/2022 | 09:46 WIB
Langgam.id - Semen Padang FC resmi menjadikan Stadion Gelanggang Olahraga (GOR) Haji Agus Salim sebagai hombase atau kandang.

Stadion GOR Haji Agus Salim Jadi Kandang, Semen Padang FC Bayar Rp10 Juta Per Pertandingan

30/06/2022 | 16:46 WIB
Langgam.id

Berita  •  Khas  •  Palanta  •  Kolom

Ikuti Kami

Copyright 2019-2021 PT. Langgam Digital Nusantara | All rights reserved.

Tentang  •  Kerjasama & Iklan  •  Pedoman Media Siber  •  Ketentuan Privasi  •  Indeks 

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
  • Masuk
  • Daftar

Copyright 2021 PT. Langgam Digital Nusantara | All rights reserved.

Selamat datang

Silakan masuk ke akun anda

Forgotten Password? Daftar

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In