Festival Pamenan Anak Nagari 2022 Angkat Isu Identitas Budaya

Festival Pamenan Anak Nagari 2022 Angkat Isu Identitas Budaya

Permainan tradisional dalam Festival Pamenan Anak Nagari. (Foto: Dok.Panitia)

Langgam.id - Payakumbuh kian berkembang sebagai kota modern. Kota yang terdiri  tersusun atas beberapa Kenagarian itu, wajahnya kini telah berubah jauh. Birokrasi modern dibentuk, batas-batas adminsitratif dipancang, dan gedung-gedung modern bermunculan. Bersamaan dengan perubahan itu, budaya semi-urban, perlahan namun pasti, mulai mendominasi. Eksistensi Nagari mulai pudar.

“Padahal, eksistensi Nagari akan menentukan pula nasib identitas budaya Minangkabau. Banyak aspek sosial-budaya yang memudar seiring pudarnya eksistensi Nagari,” kata Buya Zuari Adbullah saat menerangkan latar belakang diadakannya Festival Pamenan Anak Nagari 2022, di Agamjua Art and Culture Cafe, Payakumbuh.

Budayawan dan peneliti silek itu menerangkan lebih jauh bahwa berbicara Nagari, berarti berbicara segala aspek yang melingkupinya. Tiap-tiap Nagari punya kesenian tradisional, punya surau dan sasaran silek, arsitektur, serta seni kuliner dan permainan tradisional. Dari bermacam seni tradisional itulah kita bisa mempelajari dan merekonstruksi identitas budaya.

“Dari surau dan sasaran kita bisa belajar banyak hal soal filsafat, dari seni kuliner atau masakan tradisional kita bisa belajar tentang ketahanan pangan, dari permainan tradisional begitu pula. Di tiap-tiap item itu terkandung kekayaan ilmu pengetahuan yang akan hilang dan punah jika tidak segera diselamatkan,” kata Buya Zuari yang merupakan salah satu kurator Festival Permainan Anak Nagari 2022 itu.

Festival Permainan Anak Nagari sendiri telah dibuka Kamis (8/12/22) kemarin di Agamjua Art and Culture Cafe. Pada hari pembukaan itu, beberapa kesenian tradisional dari 5 Nagari yang ada di Payakumbuh telah ditampilkan. Dari Payobasuang, misalnya, ada penampilan Rabab Darek. Sementara Kanagarian Tiaka menampilkan seni Basidongkang.

Festival ini berlangsung selama 2 hari dari 8-9 Desember 2022. Setelah penampilan kesenian tradisional dari 5 Nagari di hari pertama, pada Jumat malam ini (9/12/22) akan tampil kesenian tradisional dari 5 Nagari lainnya.

Dari Nagari Koto nan Godang akan tampil Tari Podang, dari Limbukan ada penampilan Randai Si Agak Tuah, sedangkan Aia Tabik akan menghadirkan Talempong Sikatuntuang.

Secara keseluruhan, dalam festival yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Barat dengan sokongan dana Pokir Ketua DPRD Sumbar Supardi ini ditampilkan ragam kesenian tradisional dari 10 Nagari yang ada di Payakumbuh.

Selain permainan anak nagari yang telah disebut tadi, juga ada pameran kuliner tradisional yang berasal dari 10 Nagari itu. Untuk menyebut beberapa saja, ada konji kariang pisang, pindik, karabu maco, atau bongko.

Di luar Nagari yang telah disebut, festival ini diikuti oleh Nagari lainnya yaitu Nagari Aur Kuniang, Koto Panjang Lamposi, Parambahan, Sungai Durian, serta Nagari Koto Nan Ompek.

Lapuak-lapuak Dikajangi, Usang-usang dibarui

Ditampilkannya ragam kesenian tradisional Nagari-nagari di Payakumbuh ini merupakan tindak lanjut dari Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Kesenian Tradisional yang telah dilakukan sebelumnya.

FGD tersebut bertujuan untuk mendata ragam kesenian traidisional di Nagari-nagari Payakumbuh serta merancang upaya untuk membangkitkan serta mengembangkan ragam seni tradisional, terutama permainan tradisional dan kuliner tradisional yang mulai terabaikan.

Permainan anak Nagari dan kuliner tradisional yang tampil di Festival Permainan Anak Nagari 2022 itu, berasal dari data yang terhimpun di FGD tersebut.

“Ini semua adalah bagian dari upaya kita bersama untuk merekonstruksi ulang karakter atau kepribadian Minangkabau. Sebagaimana dikatakan pepatah adat: Lapuak-lapuak Dikajangi, Usang-usang dibarui,” terang Buya Zuari lebih jauh.

Dengan merawat dan mengembangkan kesenian tradisional yang masih hidup di Nagari-nagari, Buya Zuari berharap arus modernisasi dapat difilter.

“Arus budaya dari luar, harus kita filter. Kita tidak tolak semuanya secara serta merta. Namun kita juga tidak boleh menerima semuanya begitu saja,” jelasnya lagi.

Kedepannya Festival ini bisa diselenggarakan di masing-masing Nagari. Tiap Nagari bisa membuat festival budaya sendiri dengan mengolah ragam seni tradisional yang ada di Nagari tersebut. Jika itu dapat terlaksana, Payakumbuh akan makin kuat sebagai Kota dengan Wisata Budaya.

Namun, semuanya bukan perkara pariwisata belaka.

“Wisata Budaya, Festival budaya, dan seterusnya, bukan tujuan akhir. Ia adalah salah satu jalan yang bisa kita tempuh untuk merekonstruksi identitas budaya kita: ini muaranya,” terang Buya Zuari lebih jauh lagi.

“Mari kita bangun kembali kekuatan nagari dengan segala upaya yang ada. Menjadikan budaya sebagai magnet yang menarik dan memajukan pariwisata Budaya yang memperkokoh karakter generasi muda. Mencetak kembali generasi yang cerdas cendikia, Niniek mamak yang bermartabat dengan segala kelengkapannya,” tutupnya.

Pariwisata Budaya dan Identitas Budaya

Gagasan soal wisata berbasis budaya memang tengah ramai dibicarakan. Supardi, Ketua DPRD Sumbar yang dikenal juga sebagai pemerhati budaya, juga kerap membicarakannya. Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, ia menyebut Payakumbuh mesti bisa membangun wisata berbasis budaya.

 

“Hampir semua daerah punya keindahan alam. Tapi tak semuanya punya seni dan budaya yang Payakumbuh miliki,” jelasnya.

 

Menurutnya hal itulah yang bisa menjadi ikon atau trademark pariwisata Payakumbuh. Adanya wisata budaya yang kokoh diharapkannya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Karenanya ia sangat mendukung berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemajuan kebudayaan lewat kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah.

 

Di samping itu, senada dengan Buya Zuari Abdullah, Supardi juga melihat kaitan erat antara pariwisata budaya, hidupnya kesenian tradisional, dan kokohnya identitas budaya Minangkabau.

 

Pada Juni 2022 lalu, saat membuka Musyawarah Tuo Silek di Payakumbuh, Supardi yang juga dipercaya menjabat Ketua IPSI Sumbar itu juga bicara mengenai silek sebagai identitas budaya orang Minang.

 

“Silek tradisi harus kembali menjadi identitas budaya kita,” katanya saat itu.

 

Di kesempatan tersebut, ia juga menekankan bahwa silek tradisi bukan soal beladiri prestasi atau atraksi wisata saja. Menurutnya dalam seni tradisional seperti silek terkandung ajaran budi pekerti yang positif. Dan nilai-nilai itu, tidak hanya bisa menyaring pengaruh buruk budaya luar, namun juga menyediakan dasar guna menghadapi perkembangan jaman.

Baca Juga

Kawasan Seribu Menhir, Supardi: Maek Ini Kekayaan Peradaban Dunia
Kawasan Seribu Menhir, Supardi: Maek Ini Kekayaan Peradaban Dunia
Pelatihan Relawan 2023, Ketua PMI Apresiasi Perhatian Ketua DPRD Sumbar
Pelatihan Relawan 2023, Ketua PMI Apresiasi Perhatian Ketua DPRD Sumbar
Peta Rawan Bencana, Ketua DPRD Sumbar Harapkan Dukungan Kementerian ATR
Peta Rawan Bencana, Ketua DPRD Sumbar Harapkan Dukungan Kementerian ATR
Tinjau JUT Sipingai, Supardi: Untuk Tingkatkan Produksi Pertanian
Tinjau JUT Sipingai, Supardi: Untuk Tingkatkan Produksi Pertanian
3 Sapilin untuk Masa Depan Payakumbuh, Kota Digital, Pembelajaran Digital, dan Pariwisata Budaya
3 Sapilin untuk Masa Depan Payakumbuh, Kota Digital, Pembelajaran Digital, dan Pariwisata Budaya
Ketua DPRD dan Disdik Sumbar Gagas Ekspo SMK 2024 Dorong Inovasi di Industri Kreatif
Ketua DPRD dan Disdik Sumbar Gagas Ekspo SMK 2024 Dorong Inovasi di Industri Kreatif