Langgam.id - Politisi muda asal Sumatra Barat (Sumbar) Faldo Maldini menganggap peryataan Megawati Soekarnoputri sebagai motivasi untuk mereka yang patah hati karena berbeda pikiran. Faldo menilai, orang 'patah hati' itu banyak yang meninggalkan Sumbar dan enggan kembali.
"Saya punya banyak kawan, yang punya pikiran beda, akhirnya pergi dari Sumatera Barat, bahkan sudah tidak merasa orang Sumbar. Ini yang agak disayangkan. Ini fakta. Bahkan bertahun-tahun tidak mau pulang karena pikiran bedanya tidak diterima," kata Faldo kepada langgam.id, Jumat (13/8/2021).
"Bagi saya, pernyataan mantan Presiden Megawati yang berdarah Minangkabau memotivasi orang-orang yang patah hati itu, banyak yang sama rasa. Kami ingin terus bergerak. Yakin suatu saat sampai di masa itu lagi, bila alternatif pikiran terus hidup untuk mengoreksi pikiran dominan. Sebisa mungkin, ijan pindah abih (jangan pergi selamanya)," imbuhnya.
Baca juga: Bantah Megawati Soal Sumbar, Fadli Zon: Yang Beda Justru Sikap Tokoh Pusat
Terkiat tokoh populer dari Sumbar yang dianggap Megawati sudah tidak seperti dulu, Faldo Maldini menyebut kalangan muda dari Sumbar terus berusaha untuk mengikuti jejak tokoh-tokoh pendahulu.
"Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan di Sumatera Barat, kami terus berjuang, melakukan yang terbaik untuk bangsa ini. Negarawan-negarawan seperti Bung Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka tentu teladan kami dalam berpolitik," ujar politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu.
Dia mengatakan, tokoh-tokoh yang sama-sama berasal dari Sumbar di era kemerdekaan sudah biasa berbrda pandangan dan ideologi. Meski begitu, tokoh-tokoh tersebut disatukan oleh sikap kenegarawanan.
"Bung Hatta beda sama Bung Sjahrir. Tan Malaka beda lagi. Haji Agus Salim beda lagi. Namun, sikap kenegarawanan menyatukan mereka, bukan kepentingan jangka pendek. Apa itu negarawan? Menunda kepentingan pribadi dan kelompok, demi republik, demi bangsa yang mereka dirikan, walaupun di alam pikiran tidak pernah akur," ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menilai kondisi masyarakat di Sumatra Barat (Sumbar) saat ini sudah berbeda dibandingkan dulu. Megawati juga menganggap sudah tidak banyak tokoh-tokoh besar yang dilahirkan Sumbar.
Hal itu disampaikan Megawati dalam webinar Pekan Bung Hatta yang ditayangkan akun YouTube Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDIP, Kamis (12/8/2021). Keresahan itu, pernah dia sampaikan kepada cendikiawan asal Sumbar, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii.
“Karena di BPIP, saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, itu ada Buya Syafii, saya suka bertanya sama beliu mengapa Sambar yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda, lain,” ungkapnya.
Dia mengatakan saat datang ke Sumbar merasakan sebuah naruli kegotongroyongan dan tradisi keislaman yang kental. Saat bersamaan, kata dia, masyarakat juga menempatkan peran tokoh adat, ninik mamak, alim ulama dan kaum cerdik pandai atau yang disebut tungku tigo sajarangan.
“Sekarang apa karena tadi, tidak adanya yang namanya tungku tigo sajarangan ini? Itu hanya tinggal sebuah kenangan atau hanya simbol saja? nah itu yang perlu menerangkan kan mereka yang dari Sumbar,” ucapnya.