Langgam.id – Kelompok mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas menggelar kegiatan sosialisasi pendidikan politik bersama Himpunan Mahasiswa Sejarah (HIMA Sejarah) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) pada Rabu, 28 Mei 2025 lalu.
Kegiatan ini berlangsung di lingkungan FIB Unand pukul 16.00 WIB dan dihadiri puluhan mahasiswa, mayoritas merupakan mahasiswi anggota HIMA Sejarah.
Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta kesadaran politik di kalangan perempuan, khususnya mahasiswa. Pendidikan politik dipandang sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk demokrasi yang inklusif dan partisipatif. Namun, rendahnya partisipasi perempuan dalam politik, termasuk di tingkat mahasiswa, menjadi perhatian serius yang ingin diatasi melalui inisiatif ini.
Dalam pemaparannya, para mahasiswa Ilmu Politik menyampaikan materi mengenai pengertian dasar politik, sejarah partisipasi perempuan dalam politik, rendahnya keterwakilan perempuan di bidang politik, serta faktor-faktor budaya dan struktural yang menjadi penghambat keterlibatan perempuan dalam ranah politik.
Pemateri dalam kegiatan ini antara lain Amelia Fendevi, Wini Elfian, Fhayzzha Adhelia Lubis, Aulia Anarolin, Paska Agave Angelita, Aini Ryva Ananta, Antonio Gilbert, Bunga Annisa, Ahmad Falih Lantang, Khairul Syakban, M. Azmi Baihaqi, Farraz Pangeran Hidayat, dan Raffy Fauzan Ramadhan.
Selain penyampaian materi, kegiatan ini juga diisi dengan sesi diskusi terbuka antara pemateri dan peserta. Antusiasme mahasiswa HIMA Sejarah terlihat dari berbagai pertanyaan dan tanggapan kritis yang dilontarkan selama diskusi. Beberapa peserta menyoroti peran budaya dan cara pandang masyarakat terhadap perempuan yang kerap menjadi penghalang bagi perempuan untuk aktif menyuarakan pandangan politik.
Diskusi berkembang dengan hangat dan kondusif. Para peserta tidak hanya menyampaikan keresahan, tetapi juga menawarkan pandangan dan solusi atas minimnya ruang bagi perempuan di dunia politik, terutama dalam lingkungan kampus.
“Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mulai membangun kesadaran kolektif, bahwa politik bukanlah milik satu gender saja. Mahasiswi juga memiliki hak dan kapasitas yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan arah kebijakan dan masa depan bangsa,” ujar salah satu pemateri.
Meski diwarnai semangat dan antusiasme, para pemateri juga mencatat masih banyak tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah terbatasnya ruang aman bagi perempuan untuk menyampaikan pandangan politik secara bebas dari stigma atau penghakiman. Budaya kampus yang masih memposisikan politik sebagai wilayah dominasi laki-laki juga dianggap sebagai tantangan yang harus dilampaui bersama.
Kegiatan sosialisasi ini menjadi langkah awal yang penting dalam membangun budaya politik yang lebih adil dan setara di lingkungan kampus. Dengan meningkatnya pemahaman dan partisipasi politik di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswi, diharapkan terbentuk generasi muda yang sadar, kritis, dan aktif dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan tanpa diskriminasi gender. (*/f)