Langgam.id - Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Barat (DLH Sumbar) melakukan kunjungan ke Kampung Alai Limau Gadang Lumpo, Kabupaten Pesisir Selatan. Hal tersebut merupakan pembinaan dari DLH Sumbar setelah kampung itu mendapat penghargaan sebagai Kampung Iklim (Proklim) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Tidak hanya DLH Sumbar, DLH setempat dan KLKH melalui petugas Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Kabupaten Pesisir Selatan juga aktif melakukan pembinaan terhadap kampung yang memboyong kategori Proklim Utama tersebut.
Saat kunjungan lapangan, tim DLH Sumbar menyempatkan melihat perkembangan program Kampung Alai Limau Gadang Lumpo. Mulai dari pemanfaatan lingkungan, hasil kelompok tani dan pengelolaan sampah plastik rumah tangga.
Rombongan disambut oleh Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Pessel Darpius Indra, petugas TNKS Rika Putra Abas, Wali Nagari Limau Gadang Lumpo Nasrul Dt. Rajo Bagindo, Juli Iman Bonsu Ketua Kelompok Tani Batu Carano, Ketua Bamus, tokoh masyarakat serta pejabat terkait di Pessel.
Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan di DLH Pessel, Darpius Indra menyampaikan, setelah mendapat penghargaan dari KLHK masyarakat setempat semakin bersemangat melakukan program yang berkaitan kampung iklim.
Beberapa program sudah mulai berjalan seperti pengelolaan sampah plastik, biogester, menanam tanaman dipekarangan serta membuat himbauan untuk tidak buang air besar (BAB) dengan bahasa lokal. Selain itu juga dilakukan pembinaan terhadap masyarakat setempat dan kampung disekitar Proklim.
"Program ini akan terus kami kembangkan, sebab Kampung Alai ini berpotensi untuk meraih kategori Lestari dengan membina 10 kampung di sekitarnya," katanya, Jumat (6/12/2019).
Sementara itu, petugas TNKS Rika Putra Abas menyebutkan, berbagai inovasi dilakukan di Kampung Alai. Saat ini sudah ada pengunjang ekowisa seperti atraksi arum jeram dan tubing yang pertama di Pessel.
"Alhamdulillah pengunjung kami mencapai 250 orang di hari libur. Walaupun begitu kami tetap berharap bantuan peralatan terutama alat pengolah sampah plastik. Sebab saat ini masih diolah manual," katanya.
Walinagari Nasrul Dt. Rajo Bagindo juga berkomitmen untuk mempertahankan prestasi yang mereka raih dengan berbagai gebrakan. Salah satunya dengan membiasakan menggunakan bahan dari alam seperti daun pisang dalam setiap pertemuan pasti.
"Jadi kami tidak menggunakan bahan dari plastik dalam setiap pertemuan. Kami upayakan nol plastik untuk bahan-bahan makanan dalam rapat nagari," ujarnya.
Prestasi tersebut, lanjutnya, berkat kerja sama dari semua pihak dalam menyukseskan kampung iklim. Manfaatkan selain bebas sampah plastik, masyarakat juga merasakan udara segar dari alam.
Ketua Kelompok Tani Batu Carano, Juli Iman Bonsu mengungkapkan, perjuangan mendapatkan Proklim dimulai sejak 2017 lalu. Banyak tantangan yang mereka hadapi mulai dari disebut aksi gila hingga dikatakan petugas kebersihan.
"Kami tetap berusaha hingga membuahkan hasil yang maksimal. Kedepan akan kami lanjutkan program ini," sebut penerima trofi Proklim tersebut. (Rahmadi/HM)