Langgam.id - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) menggandeng tim ahli untuk mengkaji penyebab terjadinya pencemaran air danau Diatas, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok yang sempat meresahkan masyarakat.
Dari tinjauan lapangan tim ahli yang dimotori Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar terungkap, salah satu penyebab tercemarnya danau Diatas dipicu peristiwa naiknya massa air dasar danau ke permukaan (upwelling). Kenaikan itu dapat disebabkan perbedaan suhu air dan gempa.
Akibatnya, air menjadi keruh dan binatang dasar danau pun mati. Hal itu diperkuat dari pengamatan dan pengambilan beberapa sampel mulai dari permukaan dangkal dan kedalaman pada danau.
Perwakilan tim ahli, Hafrijal Syandri mengatakan, dari pantauan dan pengambilan beberapa sampel di beberapa titik, ditemukan banyak jenis hewan dasar danau dengan pergerakan lambat yang mati. Seperti Siput (gastropoda) dan Lipabia.
Kenaikan dasar danau disertai belerang menyebabkan Hidrogen Sulfida (H2S) menjadi tinggi dan beracun. Kondisi ini menyebabkan kematian pada hewan dan perubahan warna air. Lalu, kematian hewan juga menimbulkan bau amis yang tecium di sekitar danau. "Penyebabnya bisa dari gempa, dan tanpa gempa pun bisa. Kami akan fokus mendalami penyebab ini," kata Hafrijal Syandri usai memantau air danau Diatas, Senin (13/5/2019).
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Bung Hatta (UBH) itu mengatakan, riwayat gempa sebelum pencemaran juga akan menjadi bahan kajian timnya nanti. Apalagi, jalur gempa memang ada di danau Singkarak, Diatas dan Dibawah hinga danau Kerinci.
"Dugaan dari gempa juga bisa. Sebab sebelumnya ada riwayat gempa sebelum tercemar," katanya.
Kepala DLH Sumbar Siti Aisyah menyebutkan, penelitian ini dilakukan untuk memastikan dan menemukan penyebab pencemaran danau. Sebab, pencemaran menimbulkan keresahan di tengah masyarakat sekeliling danau.
"Dua minggu kedepan akan ada hasil dari tim ahli. Tadi sudah kita ambil beberapa sampel di permukaan dan kedalaman termasuk di Itake PDAM," katanya.
Sebelumnya, dua bulan lalu atau sekitar pertengahan Maret 2019, air danau Diatas dilaporkan mendadak keruh. Bahkan, air danau Kembar yang dimanfaatkan PDAM untuk kebutuhan air bersih warga Alahan Panjang itu juga mengeluarkan bau busuk.
Salah seorang warga Nagari Alahan Panjang, Edwar Jamil mengatakan, fenomena tak biasa ini sudah terjadi sekitar dua bulan belakangan. Masyarakat resah karena air PDAM di rumah masing-masing berubah keruh dan berbau amis.
“Ya. Kejadiannya sudah dua bulan terakhir. Tapi sekarang keadaannya tambah parah. Air danau kian keruh dan bercampur lumpur,” kata Edwar, Rabu (27/3/2019).
Edwar yang juga Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN) Alahan Panjang itu juga telah menginformasikan fenomena tersebut di akun media sosial (medsos) facebooknya beberapa hari lalu.
Menurut Edwar, perubahan warna air danau sudah masuk ke aliran sungai di sekitar danau Diatas. Bahkan, bau amis yang dikeluarkan air tersebut sampai ke saluran air PDAM masyarakat. Alhasil, sementara ini, PDAM Kabupaten Solok memutuskan jaringan air ke masyarakat sejak sepekan terakhir.
“PDAM menghentikan suplai air karena tidak kuat membersihkan air yang diambil dari danau Diatas itu. Kini warga kesulitan mencari air bersih. Ada juga sebagian kini yang beli air bersih ke tangki air dan air galon,” katanya. (*/RC)