Langgam.id - Sekitar 12 persen anak usia 0-11 bulan belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada tahun 2018.
”Sebaran anak yang belum imunisasi lengkap ini hampir di semua daerah di Indonesia ada. Tapi proporsi terbesar ada di Indonesia bagian Barat dan Timur,” kata Kabid Kesmas dan P3 Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh Hefi Suryani, Rabu (13/11/2019).
Padahal, menurutnya, imunisasi rutin lengkap menjamin anak-anak terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI) seperti di antaranya, campak, rubella, polio, dan hepatitis.
Hefi mengatakan, imunisasi rutin lengkap tidak berhenti sampai anak usia 11 bulan, tetapi sampai anak usia sekolah dasar. "Sehingga imunisasi rutin lengkap bukan sekadar melanjutkan pemberian imunisasi. Tapi menguatkan bahwa anak usia sekolah dasar bisa diberikan perlindungan optimal," ujarnya, sebagaimana dilansir Humas di situs resmi Pemko.
Imunisasi rutin lengkap diberikan pada bayi berusia kurang dari 24 jam berupa imunisasi Hepatitis B (HB-0). Di usia 1 bulan diberikan BCG dan Polio 1. Lalu, di usia 2 bulan diberikan DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2. Kemudian, di usia 3 bulan diberikan DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3.
Selanjutnya, di usia 4 bulan diberikan DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik. Lalu, di usia 9 bulan diberikan imunisasi campak atau MR.
Kemudian, bayi bawah dua tahun usia 18 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak/MR. Ketika kelas 1 SD/sederajat diberikan DT dan Campak/MR. Saat kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan Imunisasi Td.
Menurutnya, ada tantangan untuk mencapai 95% cakupan imunisasi lengkap. ”Tantangan di masyarakat, saat ditimbang anak batuk pilek sehingga tidak dapat diimunisasi,” katanya.
Tantangan di tenaga kesehatan, saat tenaga kesehatan akan memberikan vaksin, misalnya vaksin BCG 1 vial cukup untuk 10 anak. Tapi yang datang hanya seorang anak. Artinya masih ada sisa vaksin untuk 9 anak yang tidak terpakai.
”Itu miss opportunity. Padahal imunisasi itu ditentukan oleh waktu dan ditentukan oleh jenisnya. Jadi kalau misalnya pemberian imunisasi BCG mundur-mundur sampai 3 bulan, dan anak baru imunisasi BCG kita khawatir itu (pemberian vaksin BCG) tidak maksimal karena anaknya sudah terkontaminasi hal lain,” ujarnya.
Untuk menghadapi tantangan itu, menurutnya, perlu kerja sama pemerintah,media dan semua pihak memberikan pemahaman kepada masyarakat.
”Kita akan terus mengupayakan pemahaman masyarakat. Kita juga akan meningkatkan mutu dan layanan bagi masyarakat. Media punya peran strategis untuk hal semacam itu,” katanya. (*/SS)