Langgam.id-Beberapa hari terakhir kondisi cuaca di sebagian besar wilayah di Sumatra Barat (Sumbar) terpantau cerah dan suhu udara pada siang hari terasa cukup terik. Kondisi seperti ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga pertengahan Maret 2021.
Kepala BMKG Padang Pariaman, Sakimin menjelaskan, berdasarkan pantauan dari Stasiun Meteorologi Minangkabau, tercatat suhu udara maksimum berkisar antara 31 hingga 33 celcius yang terjadi pada siang hari. Kondisi ini terpantau sudah berlangsung sejak awal Februari 2021.
"Bahkan pada tanggal 9 Februari 2021 tercatat suhu maksimum tertinggi mencapai 34.2 celcius. Kondisi suhu udara yang tinggi ini memberikan efek sensasi lebih panas yang dirasakan oleh masyarakat di Sumbar," katanya kepada langgam.id, Sabtu (20/2/2021).
Berdasarkan analisis BMKG, menurutnya ada beberapa faktor yang berkontribusi menyebabkan kondisi tersebut. Yaitu posisi matahari berdasarkan gerak semu tahunan berada di belahan bumi selatan dekat ekuator yang bergerak ke arah ekuator.
Dimana setelah melewati titik balik selatan pada bulan Desember, matahari kembali bergerak arah ekuator dengan puncak nya pada bulan Maret matahari tepat berada di atas khatulistiwa. Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut termasuk Sumbar relatif menjadi lebih banyak.
"Sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari," ujarnya.
Faktor lain, yaitu angin monsun Asia dan adanya pola pertemuan nassa udara dan sistem tekanan rendah di sekitar Jawa. Hal ini menyebabkan terjadi perpindahan massa udara basah di lapisan atas atmosfer Sumbar, sehingga menyebabkan pergeseran massa udara ke arah selatan dan tenggara Sumatera.
Baca juga: Cuaca di Padang Masih Panas, Hujan Diprediksi Baru Turun Pekan Depan
Akibatnya profil lapisan vertikal atmosfer di Sumbar relatif kering sehingga tidak mendukung proses pertumbuhan awan.
Faktor selanjutnya adalah kelembaban udara. Berdasarkan pengamatan, kelembaban udara di permukaan relatif tinggi pada siang hari berkisar antara 70-75 persen. Kelembaban udara yang tinggi di permukaan menyebabkan suhu udara terasa lebih hangat atau sumuk. Akibat panas laten yang yang terkandung dalam uap air di udara.
Kemudian, kelembaban udara yang tinggi ini disebabkan adanya lapisan inversi dekat permukaan. Secara umum, suhu udara akan berkurang ketika terdapat pertambahan ketinggian sehingga uap air dapat bergerak naik untuk membentuk pertumbuhan awan-awan hujan.
"Namun, dengan adanya lapisan inversi tersebut proses pergerakan uap air tertahan dan terakumulasi di permukaan bumi. Pembentukan awan juga terhambat karena uap air tidak naik ke atas dimana terjadi peristiwa kondensasi," ujarnya.
Kondisi ini sangat menghambat pertumbuhan awan yang berfungsi menghalangi panas terik matahari. Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara pada siang hari.
"Beberapa faktor itu menyebabkan kondisi cuaca yang panas yang mempengaruhi indeks kenyamanan tubuh manusia. Semakin tinggi suhu udara yang diikuti dengan tingginya kelembaban udara, maka suhu udara panas yang dirasakan tubuh manusia juga akan semakin meningkat," katanya.
Cuaca panas sendiri diprakirakan berlangsung hingga pertengahan Maret. BMKG memprakirakan intensitas hujan akan kembali meningkat pada saat pertengahan Maret 2021 hingga akhir Mei 2021. Saat itu puncak curah hujan berada pada bulan April hingga awal Mei dan suhu panas akan semakin turun.
"Kira-kira demikian prediksi kami,tapi kita tetap pantau bagaimana dinamikanya, jika ada perubahan yang signifikan kami informasikan kembali," ujarnya.(Rahmadi/Ela)