Langgam.id - Bank Indonesia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat akan membaik di kuartal III 2020 setelah kuartal sebelumnya turun 4,91 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A mengatakan dibandingkan kuartal II, maka pertumbuhan di kuartal III sedikit membaik meski masih mengalami kontraksi.
"Kami melihat ada perbaikan di kuartal ketiga meski masih terjadi kontraksi. Perbaikan ini didorong dengan adanya kebijakan pelonggaran pembatasan kegiatan yang mendorong permintaan," katanya, Senin (21/9/2020).
Baca Juga: Kuartal II 2020: Ekonomi Sumbar Minus 4,91 Persen
Menurutnya, kebijakan new normal yang diterapkan pemerintah ikut mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi.
Selain itu, dari sisi lapangan usaha, laju pertumbuhan ekonomi Sumbar di kuartal III bakal didorong perbaikan sektor lapangan usaha transportasi dan pergudangan, perdagangan dan eceran, serta lapangan usaha industri pengolahan.
Wahyu mengatakan pelonggaran kebijakan pembatasan kegiatan dan mobilitas masyarakat diperkirakan akan mendongkrak kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang di kuartal II mengalami penurunan signifikan.
Begitu juga dengan sektor perdagangan dan eceran kembali bergairah menyusul permintaan masyarakat yang perlahan kembali membaik.
"Juga perbaikan harga komoditas utama CPO dan karet di pasar dunia akan turun mendorong perbaikan kinerja lapangan usaha industri pengolahan," ujarnya.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan juga membaik. Termasuk dengan adanya program PKH dan BLT yang disalurkan pemerintah pusat dan daerah ikut menjaga daya beli.
Selain itu, juga mulai membaiknya investasi, belanja pemerintah, dan kinerja ekspor menyusul mulai pulihnya harga komoditas unggulan Sumbar yakni minyak sawit atau cruid palm oil (CPO) dan karet di pasar global.
Sebelumnya, Laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal II mengalami kontraksi atau minus 4,91 persen. Penurunan terjadi di hampir seluruh lapangan usaha akibat wabah pandemi Covid-19.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Pitono mengatakan setelah pada kuartal pertama masih mencatatkan pertumbuhan 3,92 persen, pada kuartal II ekonomi Sumbar justru berbalik tumbuh negatif menjadi minus 4,91 persen.
“Tidak hanya Sumbar, wabah Covid-19 dampaknya dirasakan di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Secara nasional (ekonomi) kontraksinya 5,32 persen,” katanya.
Menurutnya, Sumbar masih cukup baik karena lebih cepat menerapkan PSBB, sehingga sektor usaha yang mengalami penurunan memang yang terkait langsung dengan PSBB, yakni perdagangan, transportasi, dan akomodasi.
Harapannya, dengan mulai terkendalinya penyebaran Covid-19, maka pemulihan ekonomi di sektor usaha tersebut bisa berjalan lebih cepat.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Gubernur Optimis Ekonomi Sumbar Bisa Tumbuh 3 Persen
Dari sisi produksi, Pitono merinci lapangan usaha sektor penyediaan akomodasi seperti hotel dan restoran mengalami penurunan paling besar yakni 33,24 persen, kemudian sektor transportasi dan pergudangan turun 29,37 persen, dan sektor pengadaan listrik dan gas turun 8,33 persen.
Disusul kemudian sektor pengadaan air turun 6,20 persen, jasa perusahaan turun 5,67 persen, kontruksi turun 5,21 persen, pertambangan dan penggalian turun 4,50 persen, administrasi pemerintahan turun 3,88 persen, dan perdagangan turun 3,32 persen.
Selain itu, ekonomi Sumbar masih tertolong dengan tumbuhnya sektor informasi dan telekomunikasi yang tumbuh 11,52 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 4,21 persen, jasa pendidikan 2,23 persen, real estate 2,13 persen, dan sektor pertanian 0,55 persen.
Sedangkan dari sisi konsumsi, seluruh sektor mengalami penurunan. Mulai dari konsumsi rumah tangga turun 4,02 persen, investasi atau PMTB turun 4,36 persen, konsumsi pemerintah 10,84 persen, ekspor 16,27 persen, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) turun 6,42 persen, dan impor turun 64 persen. (*/HFS)