Langgam.id - DPW Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua, menyebutkan, korban meninggal dalam kerusuhan Wamena, Papua, hingga Selasa (24/9) malam waktu setempat, tercatat 8 orang.
Angka ini berbeda dengan pernyataan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat dengan menyebut sudah 9 orang meninggal dengan tenggat waktu bersamaan (per Selasa/ 24 September 2019), dalam peristiwa yang berlangsung kemarin itu.
"Hingga saat ini, Selasa (24/9) senja waktu Indonesia Timur, masih tercatat 8 orang meninggal," bilang Ketua DPW Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua Zulhendri Sikumbang.
Mereka adalah Syafrianto, Jefri Antoni, Hendra, Rizky (anak Syafrianto), Ibnu, Iwan, Nofriyanti, Yoga Nurdi Yakop.
Sementara dua orang yang masih dalam kondisi kritis dan tengah dirawat adalah Putri (istri Syafrianto) dan Isal (suami Nofryanti).
Nama-nama yang dipaparkan itu, ada status korban yang berbeda antara Pemprov Sumbar dengan pengurus IKM di Papua. Korban tersebut adalah Putri.
Menurut Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit, yang kemudian diperkuat dengan pers rilis dari Biro Humas Pemprov Sumbar, Putri, yang sebelumnya kritis, sudah meninggal dunia.
Sehingga korban meninggal asal Sumbar sebelumnya 8 orang, menjadi 9 orang.
Sementara Zulhendri, membantah keras, Putri telah meninggal dunia. Putri yang merupakan istri dari Syafrianto, menurutnya, masih dalam penanganan medis.
"Putri telah dibawa ke RS di Sentani. Saya monitor, ia kritis karena panah menancap di badan. Malam ini dioperasi," ujarnya, saat dihubungi via telepon.
Langgam sendiri berusaha melakukan cek fakta, dengan mencoba mengakses keluarga terdekat dari Putri. Namun hingga saat ini, kami belum menemukan akses untuk menghubunginya.
Para korban semuanya adalah perantau Minang yang sudah lama merantau di Wamena. Kebanyakan mereka adalah pedagang di Pasar Waoma.
Zulhendri menceritakan, kejadian berlangsung begitu cepat. Mereka (perantau Minang) yang menjadi korban merupakan pedagang di Pasar Waoma. Kemarin, jelasnya, secara mendadak, ada serangan dari kelompok yang membawa senjata, pakai panah.
"Karena lokasi penyerangan dekat pasar Waoma. Orang kita berjualan di sana banyak. Jual makanan, sembako, dan lainnya. Namanya serangan ini tiba-tiba, tanpa diketahui atau ada tanda-tandanya," bebernya
Dia mengaku, sudah berkoordinasi dengan pemerintahan di Wamena, dengan Bupati Wamena, menanyakan soal penanganan korban.
"Tapi saat sekarang berlangsung rapat antara Bupati dengan Muspida di Wamena. Keluarga korban minta dikirimkan jenazah ke Sumbar. Tapi keputusan belum didapatkan sampai malam ini," bilangnya.
Zulhendri menjelaskan, akibat kerusuhan tersebut, banyak sekali toko dan rumah warga IKM di Wamena yang dibakar. "Namun kami belum bisa melaporkan secara rinci satu per satu, karena belum ada laporan dari Pemda Wamena," katanya.
Saat sekarang, sambungnya, masyarakat IKM sedang berada di pengungsian yaitu di halaman Mapolres dan Makodim Wamena, bergabung dengan pengungsi lainnya.
Prakiraan jumlah perantau Minang di Kabupaten Jayawijaya dan Wamena adalah 981 jiwa.
"Tempat tinggal warga IKM di Wamena sebagian besar banyak yang berdagang, hanya beberapa orang saja yang jadi PNS, TNI dan Polri," ungkapnya.
Total perantau Minang di Papua, sebut Zulhendri, sekitar 15 ribu jiwa.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengaku, belum mengetahui pasti kondisi yang terjadi di Papua. Sebab, jelasnya, informasi soal keadaan di Papua sangat sensitif. Sehingga harus berhati-hati untuk menginformasikannya.
Meski demikian, dia mangatakan, telah melakukan koordinasi dengan Komandan Korem 032/Wirabraja, Brigjend TNI Kunto Arif Wibowo. Agar bisa menjalin komunikasi dengan Kodim setempat untuk mengetahui kondisi terkini.
“Sebagai tindakan pemprov, kita juga berkoordinasi dengan Pemkab setempat. Kita akan mengikuti perkembangan,” tukasnya. (Osh)