Bedah Paham Ulama Padri, Dosen Sejarah Islam Soroti Minimnya Manuskrip Karya Pribumi

Bedah Paham Ulama Padri, Dosen Sejarah Islam Soroti Minimnya Manuskrip Karya Pribumi

Virtual podcast bertema Bedah Paham Ulama Paderi, Rabu (17/11/2021).

Langgam.id – Dosen sejarah Islam di IAIN Bukittinggi Deddy Arsya menyoroti minimnya peran pribumi atau orang Indonesia dalam penulisan manuskrip kajian seputar Padri saat menjadi narasumber virtual podcast bertema Membedah Paham Ulama Padri, Rabu (17/11/2021).

"Secara historis kajian seputar Padri banyak ditafsirkan oleh para orientalis, dan rata rata memang ditulis oleh orang Belanda, ada beberapa orang Inggris,” kata Deddy Arsya di kanal youtube "Kaji Surau" itu.

Menurut Deddy, keterlibatan pribumi dalam menulis manuskrip seputar Padri mulai terlihat pasca kemerdekaan Indonesia. Akibatnya terdapat perbedaan citra yang ditampilkan antara kaum Padri dan Belanda pada catatan yang dituliskan oleh kaum orientalis.

Kaum Padri dikenal dengan sebutan yang bermacam mulai dari kaum fanatik, ekstrimis muslim dan radikal. Bahkan lebih jauh lagi ada yang menyebutkan sebagai kaum putih.

"Belanda dikenal sebagai kaum yang memberikan bantuan. Atau yang menjadi pihak yang memberikan kenyamanan dan ketenteraman di Minangkabau,” kata penulis sekaligus sastrawan tersebut.

Perang Padri sebetulnya tidak hanya sejarah seputar pertikaian antara kaum adat dan agama semata. Menilik ulang gerakan Kaum Padri sebetulnya bukan dilakukan untuk menggugurkan nilai-nilai yang dianut oleh kaum adat.

Gerakan Kaum Padri merupakan gerakan pembaharuan terhadap nilai-nilai adat agar lebih kokoh dan kuat. Maka dari itu ia menyampaikan bahwa Padri tidak dapat digeneralisasikan sebagai gerakan kekerasan sepenuhnya.

"Kita tidak bisa memukul rata Padri sebagai gerakan kekerasan sepenuhnya. Yang harus kita garis bawahi yang melakukan kekerasan adalah aliansi tertentu dari Padri,” kata Deddy.

Ke depan perlu revitalisasi perspektif terhadap kaum Padri. Jika pada manuskrip sebelumnya sejarah seputar Padri berpusat ke bangsa Belanda, penulis lokal mulai mencoba mengalihkan pusat perhatian pada peranan kaum pribumi.

“Padri diangkat derajatnya sebagai 'hero-hero' baru. Hal ini dapat dilihat melalui pengangkatan Tuanku Imam Bonjol sebagai Pahlawan Nasional. Sampai saat ini masih ada wacana untuk pengangkatan tokoh lainnya sebagai pahlawan nasional, meskipun hingga masih diiringi dengan berbagai konter wacana,“ kata Deddy.

Kajian seputar Padri tidak akan ada habisnya terutama periode abad ke-19 ini. "Hari ini orang beranggapan, bahwa mungkin kita perlu meninjau kembali masa lalu kita terkait dengan bagaimana agama ditafsirkan," tuturnya.

Dua Catatan Pribumi

Selain Dedi Arsa, Kaji Surau TV juga menghadirkan Apria Putra Tuanku Mudo Khalis, ulama sekaligus pegiat menuskrip sejarah Minangkabau. Menurutnya, hingga saat ini terdapat dua catatan yang ditulis pribumi terkait Padri.

"Kedua catatan tersebut adalah naskah Ali Sutan Chaniago dan naskah Fakih Sair Tuanku Sami. Meskipun diterangkan ada menuskrip lainnya, seperti catatan dari Tuanku Nan Renceh, tapi hingga saat ini wujudnya masih belum ditemukan," kata Apria.

Dijelaskannya, kedua catatan masih berusaha diterjemahkan ke bahasa yang kekinian agar lebih mudah dipahami para generasi milenial. Terdapat kendala dalam proses penerjemahannya lantaran naskah yang rusak dan tinta tulisan yang mulai memudar karena digerus waktu.

Menurut Apria, adanya indikasi kekeliruan penulisan sejarah seperti penggunaan istilah tidak tepat dan ajaran-ajaran yang disematkan pada kaum Padri berpaham wahabi.

"Kaum Padri kerap dilekatkan dengan paham wahabi. Namun, berdasarkan kajian yang telah kita lakukan tidak menemukan bukti bahwa Padri berlaku layaknya wahabi," katanya.

Apria Putra juga menyarankan penulisan sejarah Padri perlu dilakukan lebih spesifik, terutama terkait dengan kajian akidah dan paham-paham yang dilekatkan selama ini. (*/Mg. Dewi)

Tag:

Baca Juga

Dishub Sumatra Barat mencatat ada 26 titik potensi kemacetan. Ke-26 titik potensi kemacetan itu tersebar di 8 kabupaten/kota di Sumbar.
Berikut 26 Titik Potensi Kemacetan di Sumbar, Tersebar di 8 Kabupaten/Kota
Pemkab Pesisir Selatan akan merelokasi korban banjir yang rumahnya mengalami rusak parah terdampak bencana, khususnya di Kampung Langgai dan
Pemkab Pessel Bakal Relokasi 59 Rumah Warga yang Rusak Berat Akibat Banjir
Sebanyak 39 kali gempa terjadi di wilayah Sumatra Barat (Sumbar) dan sekitarnya selama periode 22-28 Maret 2024. Selama periode ini
Periode 22-28 Maret 2024, 39 Kali Gempa Terjadi di Sumbar
Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Imam Bonjol Padang berbagi kebahagiaan dengan menggelar kegiatan “Berbagi Sesama” jelang Hari Raya Idul
DWP UIN Imam Bonjol Padang Bagikan Paket Lebaran kepada 279 Orang Tenaga Penunjang
Prabowo Punya Pesan ke Perantau yang Pulang Basamo Gratis 2024
Prabowo Punya Pesan ke Perantau yang Pulang Basamo Gratis 2024
Harga pertamax turbo
Pertamina Sumbagut Jamin Stok BBM Aman di Sumbar selama Lebaran 2024