Bantuan Sosial Umar bin Khattab

Kolom Asisten Ombudsman RI Sumbar, Adel Wahidi soal Etika Pelayan Publik

Asisten Ombudsman RI Sumbar, Adel Wahidi. (ist)

Salah satu khalifah utama (khalifaturrasyiddin) dalam sejarah pemerintahan Islam adalah Umar bin Khatab, khalifah kedua, yang diangkat setelah khalifah Abu Bakar Ashidiq meninggal dunia. Umar harum namanya dengan gelar Alfaruq, yang berarti pembeda antara yang benar dan yang salah.

Umar bin Khatab pemimpin yang terkenal dengan ketegasan, keberanian, sekaligus kelembutan hatinya. Salah satu bukti kelembutan hati Umar, terdapat dalam kisah yang sangat populer, yaitu saat Umar berkeliling, atau sekarang disebut dengan blusukan di pinggiran kota Madinah.

Baca juga: Mengenang Cara Umar bin Khattab Melawan Wabah Penyakit Menular

Suatu kali, Umar mengajak sahabatnya yang bernama Aslam berkeliling di pinggiran kota Madinah, Umar tiba-tiba berhenti di depan sebuah gubuk kecil, karena mendengar ada tangisan anak kecil dari dalam gubuk.

Dengan rasa penasaran, Umar lalu mengajak Aslam untuk mendekat ke gubuk itu, Umar ingin tau apa yang menyebabkan anak itu menangis.

Sesampai di depan gubuk, Umar melihat ada perempuan yang sedang duduk di dapur, sedang mengaduk-mengaduk periuk gandumnya.

Setelah mengucapkan salam, Umar pun bertanya “Siapa yang menangis?” “Anakku” jawab perempuan itu dengan nada yang agak kesal.

“Kenapa anakmu menangis? Apa anakmu sakit”? tanya Umar. “Tidak, anakku tidak sakit, mereka sedang kelaparan” jawab perempuan itu.

Penasaran Umar bertambah dan kembali bertanya “Apa yang kau masak? Kenapa belum juga matang“? “Kau lihat saja sendiri” jawab perempuan itu. Seketika Umar terkejut, Ia melihat yang dimasak oleh perempuan itu adalah batu.

“Aku memasak batu-batu ini hanya untuk menghibur anakku, ini adalah kesalahan Umar bin Khattab. Umar tidak melihat kesulitan rakyatnya, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum” kata perempuan itu.

“Sungguh Umar tak pantas menjadi pemimpin, Ia tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya” tambah perempuan itu.

Perempuan itu sama sekali tidak mengetahui, bahwa yang berada di depannya adalah khalifah Umar Ibnu Khattab. Orang yang disebutnya telah melakukan kesalahan, tidak melihat keadaan rakyatnya, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya.

Melihat dan mendengar keluhan perempuan itu, Umar lansung bangkit. Ia bergegas kembali ke kota Madinah, dan lansung menuju Baitul Mal. Baitul Mal adalah sejenis badan pemerintahan yang didirikan guna menyimpan kekayaan negara, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

Di Baitul Mal juga disimpan gandum, dengar air mata penyelesalan, karena tau rakyatnya kelaparan, Umar memikul sendiri gandum untuk perempuan dan anaknya itu.

Kejadian yang didapati Umar membuat hatinya sangat terenyuh, Ia takut akan masa pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT nanti. Karena itu, kendati seorang khalifah, pemimpin puncak tertinggi, Umar tidak membiarkan beban kepempimpinan itu dipikul oleh orang lain.

Ketika Aslam ingin membantu Umar, memikul bantuan sosial berupa gandum dari Baitul Mal, dengan nada tinggi dan tegas Umar berkata kepada Aslam “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam api neraka, apakah engkau ingin memikul beban dipundakku di hari akhirat nanti”?.

Umar tidak ingin tugasnya sebagai pemimpin, dipikul oleh orang lain. Umar sangat sadar, amanah yang ada dipundaknya akan dipertanggungjawabkan sendiri dihadapan Allah Azza Wajalla. Kullukum ro'in, wakullukum mas ulun, setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.

Bahkan, sebagai bentuk tanggung jawab, Umar tidak hanya mengantar gandum saja, tapi sesampai di rumah perempuan tersebut, Umar lansung membantu memasakkan gandum tersebut, dan menyaksikan keluarga itu makan dengan lahap.

Sungguh Umar berhati mulia, tampak sekali Umar tidak ingin menjadi pemimpin layaknya raja yang mesti dilayani oleh rakyatnya, tapi Umar malah ingin melayani rakyatnya dengan penuh kesungguhan. Ia terus berkeliling kampung, terkadang dengan cara menyamar memastikan tidak ada rakyatnya yang kelaparan, atau dalam kesusahan.

Alangkah baiknya, para pemimpin modern saat ini meneladani Umar  Ibnu Khattab. Apalagi saat ini, wabah yang melanda membuat hidup semakin susah, ribuan orang kehilangan pekerjaan, kemiskinan bertambah, wabah memaksa mereka untuk berdiam diri di rumah saja, roda ekonomi seakan berhenti berdenyut.

Mereka yang bekerja di sektor informal tidak lagi mendapatkan penghasilan, mereka bisa saja kelaparan, semoga ada Umar-Umar modern, dengan segera, dengan pundaknya sendiri memikul bantuan sosial bagi mereka yang terdampak oleh wabah ini.

Adel Wahidi, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Barat

Baca Juga

Langgam.id - Dua pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgAPA) masih dirawat di RSUP M Djamil Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Wagub Sumbar Curhat ke Moeldoko Soal Peran RSUP M Djamil Saat Pandemi Covid-19
Langgam.id - Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumbar terus gencarkan program Vaksinasi Covid-19 demi kekebalan kelompok masyarakat.
BIN Daerah Sumbar Terus Gencarkan Vaksinasi Covid-19, Kali Ini Sasar Pusat Perbelanjaan di Padang
Langgam.id - Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumbar kembali menggelar akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Solok.
BIN Daerah Sumbar Gelar Akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Solok
Langgam.id - Kemenag RI mengimbau agar para jemaah haji yang berangkat ke Tanah Suci agar berhati-hati terhadap Virus Corona (Covid-19).
Cegah Terpapar Covid-19, Kemenag Imbau Jemaah Haji Agar Tetap Hati-hati
Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kasus baru covid-19 di Kota Padang hanya bertambah 1 orang saja.
Hari Ini Hanya Ada Tambahan 1 Kasus Baru Covid-19 di Padang
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kasus positif Covid-19 di Sumbar kembali bertambah 717 orang, tersebar di seluruh daerah.
Kasus Positif Covid-19 di Sumbar Bertambah 717 Orang Lagi