Langgam.id-PT Bali Bintang Sejahtera Tbk atau klub Bali United mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tim yang bermain di Liga 1 2019 itu tercatat sebagai klub bola pertama di Indonesia yang bisa go public atau IPO (Initial Public Offering).
Go public bisa menjadi cara bagi klub mengatasi kesulitan keuangan karena mendapat dana segar dari pemegang saham. Sejumlah klub bola lainnya bisa meniru langkah Bali United untuk menjadi perusahaan go public.
Sementara itu, CEO PT Kabau Sirah Semen Padang (KSSP), Rinold Thamrin mengatakan saat ini Semen Padang FC masih jauh untuk bisa meraih predikat klub sepakbola IPO. Namun bukan tidak mungkin di masa yang akan datang hal tersebut bisa diraih.
"Suatu saat bisa saja Semen Padang statusnya IPO, tapi kita harus punya core bisnis yang jelas," katanya saat ditemui di kantornya, Indarung, Padang, Kamis, (20/6/2019).
Rinold mengatakan untuk bisa mencapai IPO membutuhkan dana yang cukup besar. Banyak hal fundamental nya harus kuat terlebih dulu. Dimulai dari persoalan dasar, seperti struktur manajemen, SDM nya, dan pengelolaan laporan keuangan yang tertata dengan rapi.
Ia mengatakan untuk mencapai juga membutuhkan dana yang sangat besar. Paling tidak harus setor 15 sampai 20 milyar untuk mengejar ke arah sana. Jumlah dana itu cukup menganggu, apalagi semua operasional terus berjalan.
"Bali itu memancing duit dengan duit, itu perlu digarisbawahi. Untuk mengarah kesana kita memang belum siap, karena untuk biaya IPO itu sendiri tidak menutup buat kita," katanya.
Menurut Rinold langkah yang dilakukan Bali United karena mereka memiliki unit bisnis yang besar. Berbeda dengan Semen Padang FC yang murni satu perusahaan saja. Mereka juga punya pemegang saham yang menginjeks perusahaan dengan dana yang banyak.
"Ketertinggalan kita dari mereka itu saja, kecuali nanti ada injeks khusus dari pemegang saham atau siapa saja, maka itu bisa kita lakukan,"katanya.
Ia mengatakan untuk Bali United memiliki berbagai unit bisnis seperti stadion yang mereka kelola sendiri, kemudian mengekploitasi seluruh fasilitas di stadion yang bisa menjadi pemasukan perusahaan. Kemudian mereka juga mengelola marchendise dengan baik.
"Itu saja sudah menghasilkan, kita disitu belum siap, kita betul-betul pure satu perusahaan. Banyak hal prinsip yang harus kita penuhi untuk mengejar kesana, modal dasar harus ditambah lagi, dari konsultan penilai harus menilai lagi, jadi itu tidak sedikit biayanya. Saya pernah pengalaman mengatur perusahaan tapi bukan ini, itu tidak sedikit biayanya," katanya.
Ia mengatakan Bali United juga memiliki bisnis-bisnis lain yang kemudian berkolaborasi melakukan sinergi sehingga memberikan hasil. Untuk mencapai hal yang sama Semen Padang juga butu komitmen seluruh pihak.
Seperti kesediaan pemerintah kota untuk melakukan sewa jangka panjang dengan Semen Padang FC. Namun masih banyak permasalahan yang mesti diselesaikan, seperti masalah kepemilikan lahan stadion yang masih belum jelas sampai saat ini. (Rahmadi/HM)