Langgam.id - Universitas Andalas mengukuhkan Eva Decroli sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran.
Pengukuhan ini berlangsung di Gedung Convention Hall Kampus Unand Limau Manis Padang pada Senin (11/11) yang dihadiri oleh Guru Besar tamu dari Universitas lain seperti Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Udayana.
Pemasangan kalung tanda kehormatan kepada Profesor Eva Decroli dipasangkan langsung oleh Ketua Majelis Guru Besar (MGB) Universitas Andalas Fauzan Azima didampingi oleh Rektor Tafdil Husni dan Sekretaris MGB Erizal Mukhtar, serta Dekan Fakultas Kedokteran Wirsma Arif Harahap.
Dalam orasi ilmiahnya Eva Decroli menyampaikan terkait optimalisasi upaya preventif dan promotif menghadapi ancaman Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) di Indonesia pada era revolusi industri 4.0.
Menurutnya, DMT2 merupakan penyakit yang menjadi ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad sekarang.
“Berdasarkan perkiraan World Helth Organization (WHO) tahun 2000 jumlah penderita DMT2 diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang, namun dalam kurun waktu 25 tahun kemudian tepatnya tahun 2025 jumlah membengkak menjadi 300 juta orang dan diestimasikan 439 orang tahun 2030,” ujarnya.
Disampaikannya DMT2 dalam perjalananya selalu didahului oleh keadaan yang dinamakan dengan prediabetes, kemudian prediabetes didahului pula oleh pre-prediabetes yaitu berupa faktor resiko seperti obesitas, riwayat keluarga dan bertambah tua.
“Dampak serius dari DMT2 adalah munculnya berbagai komplikasi terutama glukotoksisitas dan lipotoksisitas yang bisa memperburuk resistensi insulin dan fungsi sel β pangkreas,” jelasnya.
Dengan demikian, dikatakannya DMT2 akan mempermudah komplikasi sehingga apa yang disebut dengan penyakit jantung diabetic, penyakit ginjal diabetic, penyakit pembuluh darah karena diabetic, penyakit kaki diabetic, disfungsi ereksi dan lainnya.
Untuk upaya optimalisasi promotif pada DMT2 ini dengan melakukan pendekatan kesehatan masyarakat, maka insidensi, prevalensi, kebiasaan beraktivitas fisik, diet sehat dan lainnya dapat dioptimalisasi.
“Optimalisasi lainnya yang diperlukan menghadapi tantangan diabetes adalah mengkampanyekan pasien prediabetes untuk melakukan program pencegahan guna mencapai penurunan berat badan dibawah 7 persen dan melaksanakan olahraga minimal 150 menit/minggu,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan upaya menurunkan berat badan termasuk mengurangi makan dan meningkatkan aktivitas fisik merupakan hal penting untuk menurunkan resiko diabetes pada orang yang kelebihan berat badan dan gemuk.
Pemanfaatan teknologi untuk perbaikan gaya hidup mungkin efektif dalam hal menurunkan berat badan dan resiko diabetes karena pesan pencegahan diabetes dapat diviralkan melalui smartphone dan aplikasi website.
“Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan resiko DMT2,” tambahnya.
Disampaikannya di dunia kesehatan dan kedokteran revolusi 4.0 ditandai dengan munculnya perubahan signifikan dan teknologi medis yang berdampak menyeluruh dalam bidang kesehatan.
“Health 4.0 merupakan cara pengembangan dan model managerial bidang kesehatan yang memungkinkan pengambaran secara gradual keadaan pasien, petugas kesehatan, baik secara formal maupun informal,” unggkapnya.