Langgam.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade mendesak PT Aneka Tambang Tbk (Antam) segera membangun smelter baru untuk nikel.
"Ini PR bagi Antam supaya bangun smelter baru. Bukan hasil produksinya dijual ke smelter China lagi di Konawe dan Morowali," ujar Andre, kemarin.
Ia menjelaskan, bahwa cadangan nikel di Tanah Air bisa menjadikan Indonesia produsen baterai listrik terbesar di dunia, atau bahkan mobil listrik.
Andre juga mendukung pengoperasian Indonesia Battery Corporation (IBC). Yaitu, perusahaan patungan antara Holding Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan Antam (ANTM).
"Itu kita harus berikan dukungan penuh, dan langkah Presiden itu kan bentuk dukungan Presiden kepada industri dalam negeri, bahwa industri dalam negeri akan bisa memproduksi baterai listrik, terus motor listrik, mobil listrik, bus listrik, yang bukan hanya dipergunakan di dalam negeri, tapi juga kita ekspor," bebernya.
Andre mengancam akan menginisiasi pencopotan Dirut Antam jika tidak mampu membangun smelter nikel. Ia menjelaskan, bahwa China berinvestasi smelter di Indonesia karena melihat potensi nikel yang ada.
"Orang smelter Tiongkok banyak di Indonesia, kenapa BUMN kita lelet? Kalau nggak mampu, Dirut Antam ini copot aja," tegasnya.
Ia mengatakan, bahwa smelter Tiongkok berinvestasi besar di Indonesia karena melihat potensi baterai listrik, melihat potensi cadangan nikel di Indonesia besar.
"Ini perlu kita evaluasi Direksi Antam ini. kalau nggak mampu, copot aja," ucap ketua DPD Gerindra Sumbar ini.
Sebelumnya, Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza mengkonfirmasi tekanan yang sempat diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di KTT G20, terkait pengiriman hasil tambang.
Faisol berbicara tentang kekuatan geopolitik di balik tekanan yang diterima Presiden Jokowi di KTT G20.
"Mereka pada dasarnya tidak ingin Indonesia hanya membangun hubungan istimewa dengan satu negara saja," beber Faisol.
Baca juga: Andre Rosiade Dorong Perusahaan Asuransi Buat Produk Proteksi Masyarakat
Tekanan terhadap Indonesia di pertemuan G20 diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir. Erick menyebutkan, Indonesia diminta mengirim sebanyak-banyaknya hasil tambang ke negara lain.
"Bapak Presiden tidak mau tanda tangan waktu di G20 mengenai supply chain. Kenapa? Salah satunya kita ditekan bahwa industri pertambangan kita harus dikirim sebanyak-banyaknya ke negara lain," ujar Erick beberapa waktu lalu.