Langgam.id - Silek atau silat merupakan seni olahraga beladiri berkembang di Minangkabau. Silek menampilkan seni budaya dalam bentuk pergerakan tubuh dengan berbagai macam aliran yang diperagakan.
Salah satunya adalah silek tuo, aliran dari silaturahim kala (kalajengking) hitam yang telah ada sejak 1986. Silek ini memadukan antara beladiri karate, kungfu, dan Silat serta bersandikan pada agama.
Selain untuk melindungi diri, silek bermanfaat untuk olahraga dan kesehatan, mengajak generasi muda untuk tidak salah melangkah. Hal inilah yang dilakukan Fadli Joni.
Fadli merupakan salah satu personel di Kepolisian Daerah (Polda) Sumatra Barat (Sumbar). Dia berpangkat Aipda yang berdinas di Bidang Hubungan Masyarakat (Bidhumas).
Sudah hampir tiga tahun lamanya Fadli mengikuti dan belajar silek silaturahim kala hitam. Selain untuk belajar ilmu beladiri, ketekunannya belajar silek untuk menjaga dan melestarikan budaya.
"Silek ini sangat berguna untuk beladiri," kata Fadli, Minggu (27/12/2020).
Ia mengakui selain untuk pertahanan diri, dengan menguasai silek setidaknya dapat membantu orang lain dari ancaman.
"Dan ini perlu kita lestarikan budaya tradisional kita selaku masyarakat Minang," jelasnya.
Sementara, Guru Silek Silaturahim Kala Hitam, Amril Yakub Malin Marajo menyebutkan, silek yang diajarkannya terdiri dari berbagai aliran beladiri. Terdapat perpaduan, termasuk kungfu dan karate, serta menseleraskan doa serta zikir dalam setiap gerakannya.
"Agar kuat dan kokoh dalam kuda-kuda dan langkah, seperti kata pepatah Minang baurek tambang kabumi bapucuak cawang kalangik, kuat kaki seperti terikat tali tambang dibumi, seperti pucuk kayu kokoh tergantung kelangit," ujarnya.
Dijelaskannya, pencak silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya.
Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan. Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.
Silek tuo yang menjadi tradisi orang Minangkabau, sejatinya bukan hanya sekedar sebuah ilmu beladiri semata. Silek lebih kepada tauhid dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Makna sejatinya dalam silek harus ada keseimbangan antara lahir dan bathin.
Karena basilek mancari Tuhan, mamancak mancari kawan. Hal ini juga terlihat dari jurus-jurus dalam silek tradisi Minang yang banyak mencontoh kepada alam sekitar.
"Artinya secara lahiriah, basilek bermakna silaturahmi dan mencari kawan atau dunsanak. Namun di batin sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan," tuturnya. (Irwanda/ABW)