Langgam.id - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatra Barat (Sumbar) gencar membeberkan angka kesembuhan warga akibat corona mengalami peningkatan. Bahkan, terakhir pada Minggu (28/6/2020), persentase kesembuhan mencapai 80,9 persen dari 725 kasus terkonfirmasi positif.
Namun, meningkatnya angka kesembuhan akibat corona ini jangan dijadikan sebagai tolak ukur bahwa pengendalian virus tersebut telah berhasil. Begitupun bagi masyarakat, jangan sampai menjadi anti klimaks yang menganggap pandemi ini biasa-biasa aja.
Menurut Ahli Epidemiologi Universitas Andalas (Unand) Padang Defriman Djafri, indikator pengendalian corona adalah ada pada reproduksi efektif. Bagaimana angka reproduksi penularan itu dapat dihitung, kemudian persiapan masyarakat.
"Selama ini yang saya dengar pemerintah menyebutkan angka kesembuhan, padahal angka kesembuhan bukan parameter dalam pengendalian corona. Ini yang salah menurut kami sebagai epidemiologi," katanya dihubungi langgam.id, Senin (29/6/2020).
"Jadi kesembuhan bukan angka untuk menjamin terkendali. Lihatlah tim gugus menyebutkan informasi, mengatakan prestasi angka kesembuhan kita terbaik nasional. Ini bukan indikator kita sudah bisa mengendalikan," sambung Defriman.
Defriman mengungkapkan, dalam analisisnya angka reproduksi efektif di Sumbar sudah dibawa angka satu. Namun, reproduksi efektif ini belum dipastikan dalam dua minggu.
"Tidak bisa dipastikan, dengan banyak pertanyaan. Dengan jumlah dilaporkan tiga, empat (kasus) kalau orang awam tidak mempertanyakan. Kalau saya sebagai epidemiologi sering mengkritisi dan mempertanyakan. Berapa sampel individu masing-masing kota dan kabupaten yang tidak ada kasus itu? Ini yang harus dibuka," tegasnya.
Apalagi, kata dia, dengan munculnya kasus baru di daerah yang sebelumnya tidak ada kasus corona. Dari perspektif epidemiologi, hal ini suatu yang harus diantisipasi.
"Artinya apa? Ketika sudah mengatakan transmisi lokal sudah terkendali, ancaman adalah kasus impor yang beberapa hari ini dilaporkan. Ini yang harus diantisipasi. Ketika kran mobilitas pergerakan penduduk dibuka," ujarnya.
Defriman mempertanyakan apakah kasus baru yang muncul ini sudah diantisipasi pemerintah atau dianggap biasa-biasa saja. Apabila memang tidak dikendalikan dengan baik dan tracing yang gencar maka akan menjadi ancaman gelombang kedua.
"Sejak awal sudah saya katakan, corona ini bicara dari orang ke orang dan bergelombang," tuturnya.
Baca Juga: 80 Persen Warga Positif Corona di Sumbar Sembuh
Ia menegaskan apabila transmisi lokal telah dianggap terkendali, namun di luar Sumbar kasus corona masih merangkak naik maka ini sebuah ancaman. Seperti halnya di wilayah Medan dan Aceh sedang signifikan peningkatan kasus.
"Ini yang seharusnya pemerintah, artinya perlu ditanyakan sejauh mana antisipasi itu. Saya sedikit cemasnya itu adalah kondisi masyarakat yang sudah anti klimaks. Anti klimaks dalam hal ini seolah-olah menganggap pandemi ini biasa saja," katanya. (Irwanda/Osh)