Sejarah Rendang dan Hubungannya dengan Bangsa Portugis

pengaruh kuliner

Rendang (Foto: Hendra)

Langgam.id - Dalam ragam kuliner nusantara, sering disebutkan pengaruh dari beberapa negara. Yang paling sering disebut adanya pengaruh dari India, Belanda, Cina, dan Arab.

Ada satu pengaruh negara yang sering terlewatkan dan diingat oleh masyarakat kita, yakni pengaruh dari Portugis. Pengaruh kuliner Portugis diduga ikut mempengaruhi kuliner nusantara terutama di wilayah Sumatra Barat (Sumbar), yakni pada masakan rendang.

Sejarawan Universitas Padjajaran Fadly Rahman mengatakan, pengaruh kuliner Eropa dari budidaya beternak hewani dan tingkat konsumsinya yang makin tinggi. Ia menyebutkan sejarah ini dari riset Janet P. Boileau dalam bukunya A Culinary History of the Portuguese Eurasians: The Origins of Luso-Asian Cuisine in the Sixteenth and Seventeenth Centuries (2010).

Disebutkan pengaruh kuliner Luso ini menyebar sejak abad ke-16 dari Semenanjung Malaka hingga Sumatra. Ciri khas kuliner Luso ditunjukkan dengan tingginya konsumsi daging berikut ragam teknik pengolahannya seperti assado (memanggang), recheado (mencampur daging dengan bahan bumbu), buisado (merebus) dan bafado (mengukus).

Teknik mengawetkan bahan makanan ala Portugis ini juga kemudian dipraktikkan di Sumatra. Ia mencontohkan mengolah daging, menggoreng sambil terus mengaduk dengan sedikit air hingga daging berwarna kehitaman.

“Dari penelitian Boileau sangat mungkin teknik memasak meresep dalam tradisi memasak rendang. Karena sifat awetannya sama dengan awetan dalam kuliner dari Portugis,” kata Fadly seperti dilansir dari Tempo.co.

Baca juga: Rendang Belalang, Oleh-oleh Wajib Saat Berkunjung ke Sijunjung

Hubungan politik antara Portugis dengan orang Minang di Pagaruyung juga membuka jalan hadirnya rendang di tanah Minang. Kemudian, orang Minang yang memiliki tradisi merantau membawa rendang ke Selat Malaka tepatnya di Negeri Sembilan (Malaysia).

Fadly melanjutkan, seorang gastronom berdarah Minang yang kini bermukim di London, Sri Owen dalam Indonesian Food (2009) mengasumsikan kata balado merupakan pelafalan dari kata “berlada” (menggunakan cabai). Fadly mengatakan bahwa hal tersebut ada benarnya, meski yang digunakan bukan cuma cabai, tapi juga bumbu rempah.

Arti kata balado sendiri merupakan teknik memasak yang dilakukan secara berulang, tujuannya untuk mengawetkan makanan. Bafado (Portugis) dan kemudian berubah menjadi balado (Indonesia) sama-sama bertujuan yaitu mengawetkan makanan.

Rendang sendiri awalnya bukan merupakan nama makanan, melainkan teknik memasak. “Teknik merandang adalah teknik memasak makanan, segala jenis makanan tidak hanya daging, yang mana dimasak dengan kuali, ditutup dengan sedikit air, diolah lalu diaduk merata. Jika suhu semakin lama maka semakin menambah nikmat masakan,” tutup Fadly(Tempo/Ela)

Baca Juga

Bumbu Rendang: Warisan Tradisional dengan Kekuatan Antioksidan dan Antimikroba
Bumbu Rendang: Warisan Tradisional dengan Kekuatan Antioksidan dan Antimikroba
Menhir Maek Tiang Peradaban yang Selaras dengan Semesta
Menhir Maek Tiang Peradaban yang Selaras dengan Semesta
Tanjung Barulak Menolak Pajak
Tanjung Barulak Menolak Pajak
Bumbu masakan Minang berupa bumbu rendang dan kalio dari sudah diekspor Norwegia. Kedua bumbu masakan tersebut diekspor oleh Koperasi Wanita
Bumbu Rendang dan Kalio dari Koperasi Wanita Ikaboga Padang Diekspor ke Norwegia
Rendang Rajo-rajo Kini Bisa Dibeli Lewat e-Commerce
Rendang Rajo-rajo Kini Bisa Dibeli Lewat e-Commerce
HIMA Sejarah Unand Bekali Angkatan Muda
HIMA Sejarah Unand Bekali Angkatan Muda