Langgam.id - Sejumlah kurator mengadakan pameran kilas balik sosok dan maha karya bapak perfilman Indonesia, Usmar Ismail. Pameran ini menjadi momentum mengenang 100 tahun Usmar Ismail yang lahir pada 20 Maret 1921 di Kota Bukittinggi hingga akhir hayatnya di Jakarta 2 Januari 1971.
Pameran tersebut diinisiasi tiga kurator Indonesia terdiri dari Lisabona Rahman, Riri Riza dan Arief Malinmudo yang merupakan para sutradara dan produser film ternama di Indonesia. Dijadwalkan, perayaan 100 tahun Usmar Ismail ini akan berlangsung di tiga kota di Indonesia.
Seperti di Kota Makassar, Jakarta dan tanah kelahiran Usmar Ismail yaitu di Kota Bukittinggi. Pameran ini berlangsung selama 10 hari yang dimulai pada Sabtu (20/3/2021).
Khusus di Kota Bukittinggi, pameran diadakan di Parakoffie yang akan dihadiri 2 orang anak Usmar Ismail, yaitu Heidy Ismail dan Neredin Ismail. Bentuk pameran di antaranya penampilan arsip dan kekaryaan Usmar Ismail dari 3 fase.
Salah seorang kurator, Arief Malinmudo mengungkapkan, sosok Usmar Ismail tak hanya dikenal sebagai sutradara dan produser, almarhum juga merupakan sastrawan dan tokoh sandiwara.
"Karena banyak orang tidak tahu itu, maka kami menghadirkan karya atau buah pikir Usmar Ismail yang mungkin jarang diketahui masyarakat. Seperti karya sastra dan representasi dari karya sandiwara beliau," kata Arief dihubungi langgam.id, Jumat (19/3/2021).
Dengan adanya pameran ini, kata Arief, masyarakat bisa mengetahui lebih dekat sosok Usmar Ismail dan bisa menjadi panutan bagi generasi muda. Karena sumbangsih pemikirannya turut menciptakan dan membangun identitas bangsa lewat film yang cukup berhasil.
"Karena memang film yang dirilis sangat sarat nilai nasionalisme yang sangat dibutuhkan bangsa yang baru merdeka. Beliau menjadikan kebudayaan tidak hanya sekadar pakaian luar, beliau menjadikan kebudayaan sebagai media komunikasi antar bangsa," jelasnya.
Ia menjelaskan, beberapa film yang dirilis Usmar Ismail yang bertemakan nasionalisme seperti berjudul Lewat Djam Malam, Darah dan Doa, Pedjuang serta masih banyak film lainnya. Tak hanya itu, film bertemakan ciri khas daerah juga ada yang berjudul Harimau Tjampa dan Tjambuk Api.
Menurut Arief, pemikiran Usmar Ismail sebagai tokoh muda pada masanya itu sangat pioner dan penting bagi generasi penerus khususnya di Sumbar untuk meneladani.
"Bagaimana orang Minang merantau dan di perantauan mewarnai sebuah kondisi bangsa yang baru saja merdeka dengan energi positif. Apalagi ini pas 100 tahun momentum," ujarnya.
"Dan beliau lahir di Bukittinggi dan harusnya generasi milenial yang butuh sosok dan figur, ini salah satunya. Saatnya generasi milenial menghormati jasa para pahlawan dari tanah kelahirannya," sambung Arief.
Ia mengatakan, pameran yang diadakan di Kota Bukittinggi ini tidak ada seremonial pembukaan dan diadakan sederhana. Meskipun demikian, dikemas menarik karena akan ada diskusi kecil bersama kedua anak Usmar Ismail.
Dan tidak lupa tentunya pameran ini sangat mematuhi segala peraturan protokol kesehatan. Panitia menyediakan hand sanitizer hingga masker gratis serta menjaga jarak.
Afief mengungkapkan, pameran cukup merespon partisipasi masyarakat. Untuk yang ingin lebih mengenal sosok tokoh sandiwara ini, pameran 100 tahun Usmar Ismail tidak salahnya untuk hadir.
"Konsep kam memperkenalkan kembali sosok Usmar Ismail ke masyarakat Sumbar dan Bukittinggi. Karena konsepnya adalah memperkenalkan ke rakyat, jadi kami memilih secara konseptual mengadakan bukan di tempat mewah atau formal seperti di gedung hotel," tuturnya.
Maka itu terangnya, pameran ini diadakan di kedai kopi. Tujuannya, memberikan kesan yang sederhana karena kedai kopi tempat berkumpul dari segala lini pendidikan dan latar belakang.
"Untuk di Kota Makassar juga mengadakan diskusi panel tentang pemikiran Usmar Ismail dan di Jakarta pemutar film dan diskusi tentang pemikiran Usmar Ismail," ucapnya. (Irwanda/yki)