Langgam.id - Mantan Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Irwan Prayitno bersama istrinya Nevi Zuairina dinyatakan positif covid-19. Saat ini, keduanya sedang dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Irwan Prayitno sebelum dinyatakan positif covid-19, gubernur dua periode ini telah mendapat vaksinasi covid-19. Lantas kenapa seseorang yang melakukan vaksinasi masih bisa terinfeksi covid-19?
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumbar dr. Pom Harry Satria, prinsip vaksinasi bukan membuat seseorang bebas dari covid-19. Tujuan pemberian vaksinasi untuk membangun kekebalan tubuh.
"Dengan kekebalan yang telah diberikan, tingkat keparahannya dari infeksi virus itu tiga kali lebih kecil dibandingkan pada kondisi paparan orang yang tidak suntik vaksin," kata Harry dihubungi Langgam.id, Jumat (12/3/2021).
Baca juga: Mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno Positif Covid-19
Ia mengatakan, ketika kekebalan tubuh dibangun, tujuannya adalah untuk menghadapi infeksi virus. Sama pada prinsip vaksinasi lain selama ini di berbagai tingkatan usia yang berjalan di posyandu.
"Sehingga ketika kita mengalami paparan infeksi, tingkat keparahan penyakit lebih ringan dibandingkan orang yang tidak suntik vaksin, itu prinsip vaksin. Jadi bukan kita terbebas dari covid-19 pada vaksinasi saat ini," jelasnya.
"Terkait Pak Prof Irwan Prayitno, jika beliau tidak ada gejala yang sedang tidak berat, beliau bisa karantina mandiri. Saya sendiri baru dapat kabar bapak Irwan Prayitno positif covid-19, semoga beliau lekas pulih dan tidak ada gejala sisa. Kita doakan bersama," sambungnya.
Bicara efektif berapa lama setelah vaksinasi, Harry mengungkapkan, pemahaman efektivitas dilihat kepada nilai efikasi atau seberapa tinggi vaksinasi itu memberikan kekebalan. Nilai efikasi ditentukan oleh badan kesehatan dunia yaitu WHO dan kalau di Indonesia BBPOM.
"Nilai efikasi di atas 50 persen, nah vaksinasi kita sekarang nilai efikasi sudah teruji 50 persen. Dengan nilai efikasi 50 persen tersebut dinyatakan vaksin ini layak diberikan karena akan memberikan dampak kekebalan," ujar dia.
Dalam hal pemahaman kekebalan itu adalah, dimana kesakitan terinfeksi covid-19 ini menyerang tingkat daya tubuh dan imunitas sudah ada. Sehingga kesakitan jauh lebih ringan.
"Nah apa yang kita sebut dengan heart immunity itu adalah harapan. Bahwa ketika itu tercapai, maka populasi ini akan terlindungi secara epidemiologi kesehatan terhadap covid-19," ucapnya.
Baca juga: Positif Covid-19, Mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan Istri Dirawat di RSPAD
Harry menyebutkan heart immunity menimal 70 persen. Artinya populasi telah kebal, telah terbentuk antibodi imunitasnya terhadap covid-19 sebesar 70 persen dari jumlah populasi.
Untuk mencapai itu, lanjutnya, dibutuhkan pemberian vaksinasi yang masif yang bisa menjangkau ke semua lapisan masyarakat dan tingkatan umur.
"Maka itu kita harus memahami nilai tersebut, ada nilai dinyatakan suatu pemahaman epidemiologi kesehatan harus mencapai masif 90 persen telah suntik vaksin," bebernya.
"Sehingga 20 persen bias yang kita perhitungkan, ketika 90 persen populasi telah suntik vaksin maka dengan bias 20 persen, 70 persen sudah tercapai heart immunity," tambahnya.
Ia menjelaskan, tujuan terpenuhi heart immunity adalah agar masyarakat bisa menjalankan aktivitas dan tentunya dengan protokol kesehatan. Namun tingkat infeksi bisa ditekan kepada kelompok yang ringan saja.
"Nah, kedua itu juga memberikan perlindungan kepada yang tidak mempunyai imunitas. Baik karena faktor tidak bisa dapat vaksinasi walaupun faktor tidak terbangun imunitasnya," tuturnya. (Irwanda/yki)