Langgam.id – Memasuki libur lebaran 1440 Hijriah, sejumlah kabupaten dan kota di Sumatra Barat (Sumbar) menggelar berbagai kegiatan hiburan yang bertujuan untuk menghibur masyarakat. Terutama perantau Minangkabau yang mayoritas pulang saat Idul Fitri.
Mulai dari kegiatan festival alek Nagari pacu jawi, panjang pinang hingga festival kuliner di Kota Padang pun digelar saat libur Lebaran. Namun, kepadatan agenda Lebaran tersebut tidak mempengaruhi tingkat hunian hotel di Sumbar. Hotel tetap saja lengang dan tidak penuh pengunjung seperti tahun-tahun sebelum tiket pesawat melambung tinggi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar Maulana Yusran mengatakan, keramaian masyarakat menyaksikan berbagai festival di daerah tidak mempengaruhi tingkat hunian hotel. Kegiatan tersebut hanya menarik dan baik untuk mengisi liburan pemudik yang pulang dari rantau.
"Festival itu bukan universal yang memang memicu orang luar (daerah) datang. Karena sekarang nuansanya mudik, orang balik ke kampung untuk silahturahmi. Festival ini cukup bagus karena bagian dari aktivitas bagi pemudik untuk liburan," kata Maulana kepada langgam.id, Kamis (6/6/2019).
Menurut Maulana, ramainya tingkat hunian hotel di Sumbar bisa dilihat dari kenaikan akupansi yang terjadi hingga mencapai berhari-hari sejak sebelum dan sesudah Lebaran. Tahun lalu, akupansi hotel di Sumbar terjadi hingga 10 hari.
"Kalau diperhatikan saat H-2 menjelang lebaran tahun ini, kamar hotel yang terisi hanya 50 sampai 60 persen. Itu cukup rendah, biasanya sampai 80 persen dan (sekarang) kami tidak mendapatkan itu. Tahun lalu, akupansi hotel di Sumbar juga cukup lama sampai satu minggu hingga satu bulan," katanya. (Irwanda/RC)