Langgam.id - Pernah dengar nama makanan Babongko atau kue Bongko? Barangkali, jajanan khas ini tabu ditelinga generasi milenial. Sebab, kue Bongko memang sulit ditemukan di pusat-pusat kuliner. Apalagi, kue ini hanya hadir saat bulan suci Ramadan.
Kue Bongko terbuat dari tepung beras. Seperti bubur, agak kental yang dicampur dengan air perasan daun pandan. Adona Bongko berwarna hijau dan mewangi pandan.
Setelah adonan selesai, dibungkus dengan daun pisang bercampur santan kelapa plus gula aren sebagai pemanis. Lalu, dikukus beberapa menit. Setelah itu, Bongko siap disantap.
"Sangat enak dinikmati saat berbuka puasa," kata Leni (45), warha Palinggam, Kelurahan Pasa Gadang, Kota Padang.
Leni adalah pembuat kue Bongko di Kota Padang. Bahkan, perempuan yang karip disapa Mama Cilen mengaku sebagai generasi ketiga dalam keluarganya yang melanjutkan tradisi membuat kue Bongko.
Kue Bongko Palinggam sudah dikenal dari generasi ke generasi sejak puluhan tahun lalu. Proses pembuatannya alami tanpa sedikit pun menggunakan zat kimia.
Leni mengisahkan, membuat kue Bangko adalah warisan dari nenek. Lalu diturunkan kepada ibunya. Setelah itu berlanjut kepada Leni dan suaminya yang kini setiap membuat kue Bangko setiap Ramadan.
"Kalau dihitung-hitung, sekitar 80 tahunan sudah keluarga kami menekuni usaha ini," katanya.
Dalam sehari, Leni membuat sekitar 400 bungkus Bongko. Kue ini disebar di beberapa warung sekitar rumahnya dengan bandrol harga sebesar Rp5.000/bungkus.
"Selain titip di warung, ada juga pembeli yang pesan langsung ke kami," katanya.
Menurut Leni, usaha kue Bongko ini tak sekadar mencari penghasilan tambahan keluarga selama Ramadan. Namun juga untuk mempertahankan jajanan tua warisan keluarga. (CU/RC)