Randai Benteng Milenial di Zaman Kini

Langgam.id - Di Agam, randai sepertinya tak lekang oleh panas, tak lepuk oleh hujan. Meski zaman milenial yang serba digital, nyatanya anak muda Lubuk Basung masih semangat mendalami teaterikal ala Minangkabau tersebut.

Bagi Kelompok Randai Antokan Sakti, seni yang mengombinasikan gerak silat dan kepiawaian bertutur itu dijadikan sarana membentengi generasi muda dari huru-hara.

Pada dasarnya, selain melestarikan tradisi klasik nenek moyang, kami juga ingin mengajak anak-anak sekarang untuk tidak terpengaruh dengan huru-hara yang merusak masa depan,” ujar Ketua Randai Antokam Sakti, Maizul Amri St. Pamenan, Sabtu (3/10).

Selain itu, pendirian sangar randai yang dinakhodainya juha ingin mengembalikan jati diri generasi Minang yan cintai budaya sendiri.

Menurutnya, pergaulan muda-mudi di zaman moderen ini akan tidak terkontrol jika tidak ada wadah yang dapat menempa karakter dan kepribadian.

Dijelaskan lebih lanjut soal randai, Maizul Amri St. Pamenan menyebut randai merupakan salah satu permainan tradisional asli Minangkabau.

Dalam permainan ini, sekelompok pemain akan berdiri membentuk lingkaran kemudian berjalan perlahan-lahan dengan gerakan silat yang sudah dimodifikasi.

“Masing-masing pemain akan menyampaikan nyanyian-nyanyian yang bercerita, juga ada satu tukang dendang yang menyampaikan alur cerita,” jelasnya, sebagaimana dicuplik dari AMCNews.co.id.

Dikatakan, randai dalam sejarah Minangkabau konon kabarnya sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika masyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.

Randai di Minangkabau seni teaterikal yang memainkan kaba atau hikayat Minang, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.

Pada awalnya, tukasnya lagi, randai merupakan media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau.

Maizul Amri St. Pamenan menambahkan melalui gerakan dan cerita yang dimainkan ada hikmah atau pesan moral yang dapat diambil. Menurutnya sebelum memulai permainan ataupun alur cerita yang dimainkan menggambarkan jati diri Minangkabau yang mempedomai falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

“Ini yang kita yakini bisa menjadi pegangan anak-anak muda untuk menghadapi masa depan, tak lakang dek paneh dan tak lapuak dek hujan,” ujarnya.

Meski anak muda sekarang sudah terlanjur terlena dengan hiburan masa kini, dirinya optimis seni teaterikal ala Minangkabau tersebut tetap mendapat tempat di hati generasi muda Minangkabau.

“Buktinya kita bisa lihat malam ini, sejumlah anak muda tetap semangat mengikuti latihan hingga selarut ini,” pungkasnya. (Osh)

Baca Juga

Festival Kesenian Pesisir Selatan: Sanggar Lokal Tampilkan Seni Tradisi
Festival Kesenian Pesisir Selatan: Sanggar Lokal Tampilkan Seni Tradisi
Festival Teater Sumbar 2024, 12 Komunitas Unjuk Aksi 'Merespons Ruang Bebas'
Festival Teater Sumbar 2024, 12 Komunitas Unjuk Aksi 'Merespons Ruang Bebas'
Kolaborasi dengan Koreografer Jerman, Masyarakat 'Negeri Seribu Menhir' Sibuk Siapkan Festival Maek
Kolaborasi dengan Koreografer Jerman, Masyarakat 'Negeri Seribu Menhir' Sibuk Siapkan Festival Maek
Sisi Lain Pemilu 2024 ala Generasi milenial dan Gen Z
Sisi Lain Pemilu 2024 ala Generasi milenial dan Gen Z
Festival Gamad Malam Ini, Melihat Gamaik Melintasi Waktu
Festival Gamad Malam Ini, Melihat Gamaik Melintasi Waktu
Festival Gamad, Hidayat: Untuk Aktivasi Warisan Budaya Takbenda
Festival Gamad, Hidayat: Untuk Aktivasi Warisan Budaya Takbenda