Langgam.id - Angka positivity rate di Sumatra Barat (Sumbar) masih terus mengalami peningkatan, setelah sebelumnya naik 2-3 persen, menjadi 1,77 persen, kali ini positivity rate kembali naik jadi 1,81 persen.
Hal itu dibenarkan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Sumbar, bahwa saat ini angka positivity rate di Sumbar 1,81 persen.
"Terhitung Jumat (21/8/2020) angka positivity rate di Sumbar menjadi 1,81 persen. Hingga saat ini, jumlah spesimen yang telah diperiksa di Sumbar sebanyak 97.588 dari 84.557 orang, dengan kasus positif ditemukan sebanyak 1.527 orang," ujarnya dikutip dari rilis yang diterbitkan di situs sumbarprov.go.id, Sabtu (22/8/2020).
Dari total kasus positif yang ditemukan di Sumbar, sebanyak 999 orang atau 65,4 persen sudah dinyatakan sembuh.
Baca Juga: Sarankan Periksa Hotel dan Tempat Wisata, dr Andani: Kalau Tak Mau Lockdown Saja
Kemudian, sebanyak 120 orang atau 7,9 persen masih dirawat di berbagai rumah sakit di Sumbar. Lalu, sebanyak 298 orang atau 19,5 persen menjalani isolasi mandiri, 9 orang atau 0,6 persen diisolasi di berbagai daerah di Sumbar, 55 orang atau 3,6 persen diisolasi di BPSDM Sumbar.
"Jumlah pasien meninggal dunia akibat Corona sebanyak 46 orang atau 3,0 persen, ada tambahan 1 orang, Jumat (21/8/2020)," ungkapnya.
Diketahui sebelumnya, Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand, dr Andani Eka Putra memperingatkan bahaya peningkatan kasus positif Covid-19 di Sumatra Barat (Sumbar).
Menurut Andani, peningkatan positivity rate akan berpengaruh terhadap angka kematian pasien positif.
Baca Juga: Positivity Rate Covid-19 di Sumbar Naik, Gubernur Minta Perketat Protokol Kesehatan
"Walaupun masih di bawah standar WHO, kita harus tetap waspada. Saat ini, terjadi adu cepat antara penyebaran dengan testing dan tracing. Jika testing dan tracing menang, maka kita bisa atasi, jika kalah positivity rate akan semakin naik. Peningkatan positivity rate itu akan berkontribusi terhadap kematian," ujarnya.
Dijelaskannya, tracing dan testing tetap harus dilakukan untuk menekan angka positivity rate. Jika itu tak dilakukan, maka Sumbar terancam menjadi zona bahaya dan berisiko tinggi terhadap tenaga kesehatan (nakes).
“Tanpa tracing dan testing masif, secara teori kita akan masuk zona bahaya, dimana positivity rate akan naik lebih dari 15%, saat itu kematian nakes akan banyak terjadi,” katanya. (*/ZE)