Langgam.id - Webinar Nasional Perhimpunan Ilmuan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia (Persepsi) membahas kontribusi usaha ternak lokal sebelum dan selama pandemi covid 19 yang diadakan oleh empat fakultas peternakan dalam memenuhi protein hewani di Indonesia.
“Dalam webinar ini mengundang dua narasumber utama yakni Ir. Fini Murfiani, M.Si Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) dan Ir. Sugiono, MP Direktur Pengolahan dan Produksi Ternak Kementan RI,” ujar Dekan Fakultas Peternakan Universitas Andalas Prof. Dr. Ir. James Hellyward, MSc pada Jumat (29/5/2020) dikutip dari unand.ac.id.
Selain itu, juga menghadirkan empat pembahas dari empat Fakultas Peternakan di Indonesia yakni Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc (IPB), Prof. Suhubby, Ph.D (Unram), Prof. Dr. Ir. Zaituni Udin, MSc (Unand) dan Prof. Dr. Ir. Gede Mahardika (Udayana).
Ia berharap webinar ini dapat memberikan masukan serta jalan keluar bagi pemerintah khususnya Kementan RI terutama dalam mengambil dan memutuskan kebijakan yang akan dipilih.
Ketua Persepsi Budi Guntoro, S.Pt, MSc, Ph. D mengatakan dampak ekonomi yang ditimbulkan covid ini dibidang petenakan berawal dari nilai tukar rupiah yang cendrung menurun terhadap mata uang asing yang berpengaruh pada tingginya harga bahan baku impor untuk indstri peternakan khususnaya perunggasan, sapi perah dan juga sapi potong.
“Sebagaimana diketahui industri pakan merupakan sektor agribisnis yang beromset sangat besar dan menjadi tempat pencaharian kebanyakan masyarakat,” ujarnya.
Disampaikannya terdampaknya ekonomi dan menurunnya pendapatan keluarga dalam mengakses bahan pangan terutama asal ternak dengan harga terjangkau menjadi dua persoalan krusial yang penting ditengah wabah covid ini.
“Wabah covid 19 yang dirasakan peternak adalah menurunnya serapan pasar terhadap produk ternak terutama karkas dan daging ayam yang disebabkan rendahnya daya beli,” ujarnya.
Ia mendukung pemerintah yang telah berusaha keras dan fokus untuk memutus rantai penyebaran covid dengan melaksanakan pemulihan ekonomi masyarakat dan juga mengharapkan peluang industri peternakan kedepan lebih inovatif karena tuntutan kondisi.
Sementara itu, Ir. Sugiono, MP mengatakan kontribusi usaha ternak lokal saat pandemi yang dijalankan yaitu program untuk meningkatkan populasi dan produksi sapi serta kerbau secara berkelanjutan ini salah satu fokusnya adalah pada pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) massal.
“Tercatat sampai tanggal 17 Mei 2020, total akseptor sebanyak 1.579.158 ekor (63,29 persen) dari target tahun 2020 sebanyak 2.495.007 ekor,” ujarnya.
Ditambahkannya upaya peningkatan populasi sapi dan kerbau lokal melalui Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) merupakan bagian komitmen pemerintah untuk mengurangi dominasi impor sapi di Indonesia.
“Salah satu upaya menggenjot dan meningkatkan populasi sapi lokal adalah melalui optimalisasi program inseminasi buatan secara massal yang sudah dilakukan selama ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan jumlah sapi yang bunting sampai tanggal 17 Mei 2020, sebanyak 884.661 ekor atau mencapai 50.35 persen dari target 1.757.130 ekor.
Sedangkan jumlah kelahiran kumulatif sapi dan kerbau dikatakannya sampai dengan tanggal 17 Mei 2020 dan tercatat ada kelahiran sebanyak 834.213 ekor atau 33,82 persen dari target 2.466.522 ekor.
Menurutnya, jumlah ini akan terus meningkat sejalan dengan pelaksanaan program.
Senada dengan itu, Ir. Fini Murfiani, M.Si mengajak secara bersama-sama kedepan untuk mengupayakan peternak mampu mandiri dari mulai hulu sampai dengan hilir.
Baginya peternak Indonesia adalah para peternak mikro dan kecil, maka harus bergabung dalam satu kelembagaan, diantaranya pengembangan kawasan peternakan dengan korporasi Peternak. (rilis)