Langgam.id - Sebanyak 114 perantau asal Nagari Paninggahan dan Muaro Pingai, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok, Sumatra Barat (Sumbar) menjalani masa karantina usai pulang ke kampung halaman. Mereka menjalani isolasi di Asrama Diklat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sumbar yang berada di Kota Padang.
Diketahui, seratusan orang itu merupakan perantau dari Jabodetabek. Akibat dampak ekonomi dari wabah Virus Corona (Covid-19) akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.
"Dibawa ke sini (Asrama Diklat BPSDM). Ini pertama, karena mereka rombongan, dan juga berasal dari daerah terjangkit, daerah merah, maka dilakukan seperti ini, sesuai standar," ujar Bupati Kabupaten Solok, Gusmal kepada awak media, Jumat (17/4/2020).
Sebagai upaya untuk memberikan rasa nyaman bagi ratusan perantau yang pulang dan harus menjalani karantina itu, Gusmal mengantarkan langsung mereka ke Padang. Bahkan, menurut Gusmal, semua kebutuhan mereka akan ditanggung pemerintah selama berada di tempat tersebut.
"Kebutuhan mereka sendiri dijamin. Alhamdulillah, terima kasih Pemerintah Provinsi Sumbar, Pak Gubernur, Pak Wakil Gubernur yang sudah murah hati meminjamkan tempat ini," ungkapnya.
Dijealskannya, para perantau akan menjalani karantina beberapa hari ke depan. Pemriksaan juga akan dilakukan terhadap ratusan perantau tersebut untuk memastikan bahwa mereka tidak terpapar corona.
"Ini tergantung kondisi nanti, kalau kondisinya baik-baik saja, terus sudah diperiksa tim dinas kesehatan, mungkin secepatnya bisa pulang. Kalau ada gejala yang mencurigakan, kami tangani secara medis," jelasnya.
Baca juga : Pemakaman Jenazah Pasien Corona di Padang Terlantar Lebih 10 Jam
Tidak hanya itu, ditegaskan Gusmal, pemerintah Kabupaten Solok akan mengusahakan keseluruhan para perantau untuk dilakukan pemeriksaan cepat (rapid tes) hingga uji sampel swab hidung dan tenggorokan.
Hingga saat ini, kata Gusmal, tercatat warganya yang pulang dari rantau sebanyak 6.000 orang. Mayoritas perantau berprofesi sebagai pedagang, alasan ribuan perantau itu pulang pun beragam.
"Bermacam, ada ketakutan akibat wabah ada faktor ekonomi. Kita sudah imbau dengan arif dan bijak kepada perantau kalau dapat isolasi mandiri di tempat perantau, jangan pulang dulu. Kalau ada pulang tentu kita lakukan hal seperti ini, demi keselamatan perantau maupun masyarakat di nagari," katanya.
Sementara itu, keterangan dari Camat Jujuhan Sirih, Herman menyebutkan, perantau datang lewat jalur darat dan tergabung dalam satu rombongan dengan menggunakan empat unit bus.
Mereka itu, kata Herman, berasal dari Kreo, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. “Mereka semua ada 113 orang, ada orang dewasa dan juga anak-anak,” ujarnya.
Seratusan perantau yang dikarantina itu, katanya, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sebab, mereka berasal dari daerah yang terjangkit dan dikhawatirkan diantara mereka ada yang terpapar corona, sehingga perlu dilakukan isolasi untuk memastikan agar tidak menularkan di sini.
Selama masa karantina, jelas Herman, semua biaya mereka ditanggung Pemprov Sumbar. Mereka juga akan menjalani uji swab tenggorokan dan hidung untuk memastikan bahwa mereka tidak terpapar corona.
Bagi yang positif maka akan dilakukan tindakan sesuai protap kesehatan. “Siapa yang hasilnya negatif, boleh pulang. Bagi yang positif, maka tetap tinggal untuk perawatan lebih lanjut," katanya. (Irwanda & Rahmadi/ZE)