Langgam.id - Berjuang di lini depan merawat pasien positif corona atau Covid-19, petugas kesehatan bukan saja menghadapi tantangan terpapar virus. Tetapi juga harus rela berpisah sementara dengan keluarga.
Deddy Herman, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi misalnya, sudah 14 hari tidak berkumpul dengan keluarga.
Baca juga: Begini Kondisi 4 Pasien Positif Corona di RSAM Bukittinggi.
Setiap hari berjuang menangani pasien diduga dan positif virus corona, ia khawatir akan berdampak pada keluarga, bila pulang ke rumah.
Dua pekan tak pulang, membuat ayah dari dua anak, berusia satu dan lima tahun itu harus bisa menjawab serbuan pertanyaan anak-anaknya. Ia harus bisa tersenyum, meski rindu harus ditahan, sekuat perjuangannya merawat para pasien terpapar pandemi corona .
Pesan pendek dan panggilan video lewat telepon pintar di sela-sela menjalankan tugas profesi, adalah cara yang ia pakai untuk berkomunikasi dengan keluarga.
"Komunikasi biasanya hanya lewat WhatsApp. Tadi dikirimin video, anak saya sudah hafal surat Al Qadr," ujarnya kepada langgam.id melalui konferensi video Jumat siang (3/04/2020).
Setiap berkomunikasi lewat video call, kata dia, anak bungsunya selalu menangis. Karena biasanya, ia menggendong anaknya itu menjelang tidur. Menyanyikan lagu "Sepohon Kayu".
"Sepohon kayu daunnya rimbun," ujarnya menyanyikan sebait lirik dari lagu itu. Tapi kebiasaan itu terpaksa berhenti sementara waktu.
Sedangkan anak pertamanya yang berusia 5 tahun 9 bulan, selalu menanyakan kapan ayahnya pulang. Setiap melihat berita dokter meninggal di televisi, anaknya menangis mengerung-gerung. "Terpikir oleh anak itu jika itu terjadi pada diri saya," ujarnya.
Selain melihat wajah anak lewat video call, ia pun pernah menyempatkan pulang untuk mengantarkan roti untuk anak-anaknya.
Tapi Deddy tidak masuk ke rumah. Hanya melihat anak-anaknya dari luar. Ia waswas bakal menulari istri dan dua anaknya di rumah.
"Saya berdoa jika Allah bantu saya menjaga pasien agar sehat dan nyawa terjaga. Semoga Allah juga menjaga nyawa saya," ujar Wakil Ketua Satuan Gugus Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan corona RSAM Bukittinggi itu.
Ia berharap masyarakat bisa mematuhi anjuran pemerintah untuk di rumah saja. Hal itu, agar tugas petugas kesehatan tidak semakin berat.
Baca juga: Dokter Penyakit Dalam di Sumbar Sarankan Lockdown untuk Putus Rantai Corona.
"Bapak, ibu bisa tinggal di rumah bersama keluarga. Tapi saya tak tahu apa yang akan terjadi,". Ia tertegun, suaranya tertahan. "Apakah saya masih bisa pulang atau tidak," ujarnya.
Terpisah hidup di kota yang sama dengan orang-orang tercinta, tiada pelukan untuk anak-anak seperti biasa, adalah pengorbanan lain di balik tugas berat para petugas kesehatan yang merawat pasien positif corona. (SRP)