Langgam.id - Mengubah kondisi keuangan perusahaan dari merugi menjadi untung berkali lipat, jelas bukan lah pekerjaan mudah. Butuh kerja keras, ketekunan, semangat tinggi, tim yang solid, dan tentu saja leadership yang kuat untuk mewujudkannya.
Beruntung, BUMN di bidang perhotelan PT Hotel Indonesia Natour (HIN) memiliki pemimpin seperti Iswandi Said. Pria kelahiran Padang, 30 Maret 1962 itu berhasil mengubah HIN dari perusahaan merugi menjadi untung hanya dalam beberapa tahun.
Kepada Langgam.id, Iswandi bercerita saat masuk HIN pada November 2015 lalu, perusahaan plat merah itu dalam keadaan merugi. Bahkan, di tahun tersebut, BUMN pemilik 12 hotel di seluruh Indonesia itu merugi Rp113,5 miliar.
Tidak hanya dari sisi keuangan yang jeblok, pelayanan hotel grup tersebut juga tidak memiliki standar yang jelas, sehingga susah dijual.
“Waktu itu saya diminta Menteri BUMN untuk membenahi perhotelan ini. Targetnya pun tidak muluk-muluk, bagaimana menyelamatkan hotel BUMN ini agar tidak merugi lagi,” katanya, Jumat (13/3) akhir pekan lalu.
Bungsu dari tujuh bersaudara itu pun ambil langkah cepat membenahi manajemen hotel. Pengalaman sejak 1982 berkarir di PT Garuda Indonesia memberikan banyak pelajaran kepadanya untuk membenahi HIN.
Apalagi, ia punya pengalaman mengelola human capital atau SDM di Garuda Indonesia. Langkah pertama yang dilakukannya di HIN juga adalah membenahi SDM-nya.
“Sebab hotel ini kan sama saja dengan perusahaan penerbangan. Bisnisnya kan pelayanan. Hotel saya kira lebih mudah, karena punya waktu yang lebih panjang untuk persiapan, di pesawat harus serba cepat,” jelasnya.
Dengan pengalaman itu, ia tetapkan standar-standar tinggi dan merata di seluruh hotel grup HIN. Karyawan yang tidak bisa bekerja dengan standar tersebut dipersilahkan meninggalkan perusahaan.
Sebab, imbuhnya, ada budaya kalau sudah jadi pegawai BUMN sudah merasa nyaman saja, sehingga standar kerja jadi ikut menurun.
“Saya ubah budaya itu, saya benahi SDM, dan tingkatkan kualitas pelayanan. Pelan-pelan kami bisa bersaing dengan jaringan hotel besar lainnya,” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu.
Hasilnya, pada 2016 kerugian HIN tinggal Rp92,2 miliar, lalu pada 2017 kerugian bisa dibalikkan dengan perolehan laba bersih sebesar Rp9 juta.
Kemudian, pada 2018 laba grup HIN kembali meningkat menjadi Rp17,4 miliar, dan tahun lalu pencapaian laba terus meroket menjadi Rp50,8 miliar. Tahun ini, diperkirakan laba HIN juga bakal lebih tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya.
Perseroan juga melakukan inovasi dan meningkatkan layanan, terutama untuk skala internasional. Pada 2018 lalu misalnya, HIN mendapat berkah pengelolaan jasa pada event pra Inviting Asian Games, lalu acara pertemuan tahunan World Bank-IMF di mana salah satu hotel HIN yakni Inaya Putri Bali menjadi official hotel bagi para delegasi.
Selain itu, juga konferensi internasional wanita (UN ICW) di hotel Grand Inna Malioboro di Yogyakarta. Belum lagi hotel-hotel lainnya seperti Grand Inna Padang, Grand Inna Medan, Grand Inna Bali, Grand Inna Bali Beach, Grand Inna Tunjungan, Grand Inna Samudra Beach, dan lain-lain.
Menurutnya, perubahan signifikan perseroan dalam meraih keuntungan ditopang peningkatan jumlah tamu yang datang, serta konferensi di berbagai hotel HIN yang berkonsep bisnis dan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).
Ia menyebutkan pada 2016 jumlah tamu mencapai 418.468, dan meningkat menjadi 459.857 tamu pada 2017, meningkat lagi menjadi 492.344 tamu pada 2018 dan menjadi 500.831 tamu pada 2019.
Dari sisi kamar terjual mencapai 591.916 unit pada 2019 meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya sebanyak 585.802 unit kamar.
Untuk tingkat hunian atau okupansi juga mengalami peningkatan namun berfluktuasi dari 68,4 persen pada 2016, menjadi 75,5 persen pada 2017, turun menjadi 69,4 persen pada 2018, dan hanya 68,9 persen tahun lalu.
Untuk tahun ini perkiraannya juga belum tinggi, bahkan berpotensi terjadi penurunan okupansi akibat dampak wabah corona. Apalagi, sebagian hotel HIN berada di Bali yang merupakan daerah tujuan wisata paling terdampak akibat covid-19 tersebut.
Hotel Indonesia Natour sejak 2016 juga sudah mengelola hotel-hotel BUMN maupun swasta sebanyak 46 hotel yang tersebar di seluruh Indonesia melalui anak perusahaan Hotel Indonesia Grup (HIG).
Iswandi menyebutkan strateginya untuk mencapai target tidak banyak, cukup tetap fokus dengan tujuan yang ingin dicapai, teliti, dan inovatif dalam memberikan pelayanan.
Ayah dua putri itu mengakui, karakter yang terbentuk dalam dirinya selama ini merupakan buah didikan orangtuanya di masa lalu.
“Ayah saya pedagang, kami diajarkan disiplin, fokus, dan teliti. Pulang sekolah tidak ada main-main, bekerja di toko,” ujarnya.
Orangtua Iswandi adalah pemilik Toko HM Said, usaha grosiran yang cukup besar di kawasan Pasar Raya Padang. Kedua orangtuanya berasal dari Sungayang Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Ia bersama saudara – saudaranya diajarkan berbisnis dan mengelola toko dengan baik. Ayah, imbuhnya, sangat teliti, terutama soal keuangan.
Setiap hari uang masuk dan jual beli dihitung kembali. Jika ada yang salah catat, atau uangnya tidak ketemu maka semuanya belum boleh pulang, harus diselesaikan dulu.
“Didikan ayah seperti itu membentuk karakter saya hingga saat ini. Kuncinya adalah fokus,” katanya.
Dengan bekal itu lah, ia malang melintang di BUMN, mulai berkarir paling bawah di Garuda Indonesia sebagai clerk atau admin sejak 1982. Sepanjang 33 tahun karirnya di perusahaan penerbangan itu (Garuda Indonesia maupun Garuda Indonesia Grup), berbagai posisi telah dicobanya.
Seperti Administration Staff, Promotion and Marketing Support Staff, Head of Area Development, Supervision and Protocol Staff, Ground Handling Staff, General Affairs, dan Public Relations.
Kemudian, pada 1996 hingga 1999, dirinya dipromosikan sebagai Sales and Marketing Manager Garuda Indonesia untuk wilayah Sulawesi Selatan.
Lalu, pada 1999 hingga 2003 menjadi General Manager Garuda Indonesia untuk Western Australia di Perth. Pada 2003 hingga 2005 menjadi Managing Direktur PT Garuda Orient Holidays untuk Australia dan Selandia Baru yang berkedudukan di Sydney.
Selanjutnya, ia ditarik ke Jakarta dan menjabat Vice President Human Capital Management di kantor pusat Garuda Indonesia pada 2005 hingga 2007.
Kemudian, menjabat Vice President Garuda Indonesia untuk wilayah Singapura pada 2007 hingga 2008, lalu Vice President Garuda Indonesia untuk wilayah Asia pada 2008 hingga 2010, dan sekiligus menjabat Vice President Garuda Indonesia untuk wilayah Eropa dan Timur Tengah hingga 2011.
Lalu, pada 2011 hingga 2015 ia dipercaya menjabat Managing Director PT Abacus Distribution System Indonesia, dan sejak November 2015 hingga sekarang memimpin PT Hotel Indonesia Natour.
Profil
Nama: Iswandi Said
Lahir: Padang, 30 Maret 1962
Pendidikan: S1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Pekerjaan:
- PT Garuda Indonesia Tbk (1982 – 2015)
- PT Garuda Orient Holidays (2003 – 2005)
- PT Abacus Distribution System Indonesia (2011 – 2015)
- PT Hotel Indonesia Natour (2015 – sekarang)