Langgam.id - Tepat setahun lalu, pada Kamis (28/2/2019), terjadi gempa Magnitudo 5,3 di Solok Selatan, Sumatra Barat. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada pada bencana.
Demikian BMKG Padang Panjang melalui akun facebook resminya, Jumat (28/2/2020). "Ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari peristiwa gempa di Solok Selatan. Bahwa keberadaan zona Sesar Besar Sumatra harus selalu kita waspadai," tulis akun tersebut.
Menurut BMKG, jika terjadi aktivitas pergeseran sesar ini, maka efeknya dapat sangat merusak. Hal ini karena, karakteristik gempanya yang dangkal dan jalur sesar yang berdekatan dengan permukiman penduduk.
Dalam siaran Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono waktu itu disebutkan, pusat gempa terletak pada koordinat 1,4 LS dan 101,53 BT. Berlokasi di darat pada jarak 36 km arah timur laut Kota Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan, Sumaera Barat di kedalaman 10 km.
Berdasar data BMKG, guncangan gempa dirasakan di Solok Selatan mencapai skala intensitas V-VI MMI (modified mercalli intensity). Kemudian di Kota Padang III-IV MMI, Painan dan Padang Panjang II-III MMI, Payakumbuh Limapuluh Kota II MMI, Kepahyang I MMI.
Berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Solok Selatan, lebih dari 343 bangunan rumah rusak dan sedikitnya 48 orang terluka akibat gempa tersebut.
Gempa Solok Selatan, menurut BMKG, termasuk jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Gempa di sini dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan dan belum diketahui namanya.
Pemicu gempa diduga berasal dari percabangan (splay) dari Sesar Besar Sumatra (The Great Sumatra Fault Zone). Hal tersebut mengingat lokasi episenter gempa terletak sejauh 49 kilometer di sebelah timur jalur Sesar Besar Sumatra, tepatnya dari Segmen Suliti. (*/SS)