Langgam.id - Aksi tawuran dan bandit jalanan yang kian menjadi-jadi di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya, mereka ingin menunjukkan jati diri bahwa ada sebuah kelompok pelaku kejahatan jalanan.
"Mereka ingin menunjukkan jati diri, mereka ada dalam sebuah organisasi. Yang jelas mereka minta diakui dan mencari identitas bahwa kelompok itu ada," kata sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP) Erian Joni, Senin (17/2/2020).
Baca juga : Brutalnya Bandit Jalanan di Padang, Serang Mahasiswa Asal Mentawai dengan Samurai
Di sisi lain, kata Erian Joni, seseorang yang terjerumus ke dalam aksi kejahatan, juga sebagai bentuk pelampiasan kekecewaan terhadap keluarga dan lingkungan sosial. Apalagi aksi kejahatan jalan itu, melibatkan para pelajar.
"Keterlibatan pelajar itu karena tidak ada lagi ikatan antara orang tua dan anak. Proteksi orang tua dan anak mulai menghilang. Ketika pelajar hidup di kelompok yang baru, emosinya terpenuhi. Sementara di keluarga mereka engga dapat," jelasnya.
Pelarian dari keluarga oleh pelajar ini kemudian terjerumus ke arah negatif yang anti sosial yang mengakomodir mereka. Di dalam suatu kelompok terdapat nilai-nilai solidaritas. Hal inilah membuat pelaku kejahatan jalanan menjadi nekad.
"Ini yang menjadi kota Padang tak lagi aman," tuturnya.
Joni menilai, aksi kejahatan jalanan khususnya di Kota Padang, masih minim berhasil diungkap pihak kepolisian. Terjadinya aksi kejahatan jalan juga dipicu kelengahan aparat.
"Kota Padang luas, sementara jumlah aparat sedikit. Begitupun lampu jalan tidak terang, ketika suasana memungkinkan, itu bisa terjadi aksi kejahatan," katanya.
Berbagai pihak memang harus terlibat dalam menimalisir aksi kejahatan jalanan. Khusus keterlibatan pelajar, pendidikan karakter paling cocok digadangkan. Begitupun kontrol dan kedekatan emosional orang tua terhadap anak sangat penting.
"Orang tua harus tanggung jawab terhadap anak. Kejahatan bermotor ini bisa berkelanjutan dengan aksi lainnya," tegasnya.
Sebelumnya, aksi brutal bandit jalanan terjadi di Jalan Jalan Dr Sutomo, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, sekitar pukul 02.00 WIB, Minggu (16/2/2020) dini hari. Dua mahasiswa diserang orang tidak dikenal yang mengendarai sepeda motor.
Mereka yang diserang dengan senjata tajam jenis samurai itu adalah Parmono Saogo (21) dan Hengki Hotang (21). Dua sepeda motor datang dari arah berlawanan dari mereka berjalan kaki. Kendaraan itu nyaris menabrak Parmono dan Hengki. Beruntung mereka berhasil melompat ke trotoar dan terhindar dari tabrakan.
Baca juga : Padang Dikepung Tawuran dan Bandit Jalanan
Heran dengan tingkah laku pengendara itu, Parmono menoleh ke arah mereka. Namun, lirikan Parmono membuat gerombolan pengendara ini berang. Satu sepeda motor kembali dan menghampiri dua remaja tersebut.
Di antara gerombolan sepeda motor itu kemudian turun, dengan gagah memegang samurai. Senjata tajam tersebut kemudian melayang ke arah Parmono dan Hengki.
"Tiba-tiba orang diboncengi pengendara ini menghunuskan pedang samurai. Mengibaskan ke arah kami," katanya.
Hengki menunduk. Namun serangan pada malam itu begitu cepat. Ia kembali berdiri dan melihat tangan rekannya memegang leher yang sudah bercucuran darah. Parmono tak berdaya, lehernya ternyata telah terluka akibat samurai yang melayang.
Gerombolan sepeda motor itu lantas langsung kabur meninggalkan korban. Seingat Hengki, satu kendaraan yang menyerang menggunakan sepeda motor beat warna biru.
"Saat itu ada satu orang melintas di lokasi kejadian, dan lansung Parmono dilarikan ke Poliklinik Cicik untuk diselamatkan. Saya melaporkan kejadian itu ke Polsek Padang Timur," jelas Hengki.
Luka yang dialami Parmono kian parah. Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil. Pihak rumah sakit memutuskan remaja ini harus dioperasi. Proses operasi pun berjalan hampir delapan jam. (Irwanda/ICA)