Langgam.id - Produksi tanaman kopi di Solok Selatan (Solsel), terus meningkat. Data dari Dinas Pertanian, jumlah produksi kopi tahun 2019 mencapai 2.563,7 ton. Sedangkan tahun 2018 hanya 2.109,2 ton.
"Di Solsel ada dua varietas kopi, yakni arabika dan robusta. Pertumbuhan komoditas kopi ini sepanjang tahun 2019 ada penambahan luasan tanam seluas 45 hektar. Arabika seluas 43 hektare dan robusta dua hektare," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Solsel, Wandra, kemarin.
Seiring meluasnya area tanam itu, lanjutnya, menghasilkan peningkatan produksi kopi yang cukup signifikan. Tercatat hingga akhir tahun peningkatan produksi kopi dari dua varietas tersebut mencapai 454 ton. Persentasenya bisa saja bertambah, menyusul masih banyak tanaman kopi yang belum memasuki musim panen.
Akhir 2019, masih ada seluas 1.709 hektar lahan kopi yang belum terhitung menghasilkan. Rinciannya, jenis arabika yang menurutnya jenis kopi terbaik belum dipanen seluas 202 hektare dan robusta seluas 1.507 hektare.
"Secara keseluruhan, luas lahan kopi di Solsel tercatat mencapai 3.920 hektare dengan tiga ribu lebih pemilik sejauh ini. Jenis robusta seluas 3.314 hektar dan arabika 606 hektar," jelasnya.
Menurutnya, melonjaknya produksi kopi Solok Selatan dipengaruhi oleh minat masyarakat di daerah itu untuk menanamnya semakin tinggi. Terutama jenis arabika. Nilai jual kopi yang tinggi diyakininya, membuat petani tertarik membudidayakan kopi tersebut.
Namun begitu, jenis kopi yang paling cocok dikembangkan di wilayah itu masih lah varietas robusta. Meski harganya relatif lebih rendah ketimbang arabika. Dikatakan demikian, sebab untuk jenis arabika hanya bisa di beberapa lokasi.
"Jenis arabika ini memang pilih-pilih iklim yang cocok. Yakni di ketinggian, setidaknya di atas 1.000 mdpl. Sehingga lokasinya terbatas," ujarnya. (*/ICA)