Gerilya Konten Kreator Lokal Merespons Bencana Besar di Sumbar, Himpun Donasi dari Medsos Lalu Salurkan ke Daerah Terisolir

Langgam.id – Mendapati informasi Palembayan porak-poranda, dikubur lumpur, sebagian kampung terisolir karena jalan putus, Rico Saptahadi, tapi orang mengenalnya sebagai Dalipp, konten kreator Minang populer di dunia maya, mengkoordinir bala bantuan melalui media sosial. Semua itu bermuara, bagaimana bantuan cepat mengalir ke mereka yang membutuhkan, terutama penyintas yang masih sulit dijangkau.

Banjir bandang yang terjadi pada Kamis (27/11/2025), Palembayan menjadi salah satu titik yang paling terisolir. Jalan putus, sinyal lenyap, dan listrik mati berhari-hari. Informasi tersendat, stok makanan habis, dan banyak titik tak bisa ditembus kendaraan roda empat.

Namun di titik-titik gelap itulah Dalipp memilih bergerak. “Dua hari lalu, saya mulai koordinasi bantuan ke Palembayan,” kata Dalipp, Selasa (2/12/2025).

“Karena saya orang Palembayan, saya tahu persis kampung mana yang paling sulit dijangkau.”

Laporan-laporan pertama justru datang dari netizen perantau. Mereka tak bisa menghubungi keluarga di kampung. Sinyal mati. Listrik padam. Akses jalan longsor. Celah informasi itu hanya bisa ditembus lewat media sosial dan Dalipp menjadi simpulnya.

Ia membuka donasi di Instagram. Dalam 24 jam pertama, terkumpul Rp60 juta. Hari kedua melonjak lagi hingga lebih dari Rp100 juta.

“Hari pertama masuk ke rekening Rp.60 juta. Dibelanjakan kemudian dengan sisa Rp.14 juta. Terus naik sampai 50 juta lagi di rekening. Kalau dimutasi hamper Rp.100 juta,” kata Dalip, kemarin.

Dengan akses Padang–Bukittinggi putus, Dalipp mengalihkan jalur bantuan melalui teman-temannya di Bukittinggi. Mereka yang berbelanja, menyalur, dan mengirim hingga batas akhir jalan yang masih bisa dilewati.

Bantuan menuju Matua berhenti di Kampung Pisang. Bantuan ke Palembayan hanya sampai Simpang Patai.

“Setelah mobil mentok, bantuan dilansir pakai motor oleh warga,” katanya. “Anak-anak kampung saya yang jemput ke titik putus,” alumni Ilmu Sejarah Universitas Andalas ini menambahkan.

Proses itu semuanya diatur via media sosial, dari mencari warga yang bisa menjemput, menentukan jorong mana yang paling butuh bantuan, hingga membagikan rute aman bagi relawan.

“Bersuara di sosmed,” ujar Dalipp. “Akhirnya ketemu penghubung di kampung-kampung terisolir.”

Banyak daerah yang dibantu Dalipp sebenarnya tidak berada di titik bencana utama. Rumah warga masih berdiri. Sungai tidak meluap. Namun desa-desa itu terjebak isolasi total.

“Aksesnya tertutup, sinyal tak ada, lampu mati seminggu,” ucapnya. “Stok makanan mulai habis.”

Bantuan paling mendesak bukan hanya beras dan mie instan, tapi juga bensin yang menjadi komoditas paling kritis.

“Karena lampu padam, orang bertahan pakai genset. Tapi bensinnya habis,” katanya.

Selain itu, kebutuhan dasar lain mendesak: telur, makanan kering, diapers, pembalut, dan air mineral untuk lansia.

“Target kami memang daerah terisolir,” ujar Dalipp. “Karena di Padang bantuan banyak. Yang susah dijangkau itu yang harus dikejar.”

Ketika Bantuan Datang dari Jakarta Lewat Konten

Upaya Dalipp dkk. makin meluas saat sebuah koneksi tak terduga terbuka.

Seorang artis Minang di Jakarta, Komo Riki, melihat gerakan ini. Ia kemudian menghubungkan Dalipp ke ulama kondang Gus Miftah.

Hasilnya mengejutkan. “Alhamdulillah, kami dapat bantuan Rp500 juta dari Gus Miftah melalui Komo Riki,” kata Dalipp.

Uang itu langsung dibelanjakan dan diarahkan ke titik-titik yang selama ini tak tersentuh bantuan besar.

“Kami minta bantuan itu di-highlight, supaya jelas pertanggungjawabannya,” ujarnya. “Karena ini permintaan pihak yang berdonasi.”

Jika selama ini dikenal sebagai konten kreator yang wara-wiri di media sosial, kini Dalipp dan kawan-kawan berpacu dengan waktu, mengurus logistik, menembus lumpur, membelah jalan rusak, menyambungkan koordinasi dengan ponsel yang sinyalnya naik turun.

Ia semakin gencar membuat konten bersifat mengggalang bantuan, menyentuh sisi kemanusiaan, dengan mengumumkan kebutuhan nagari atau kampung tertentu, ketika harus melaporkan penyaluran donasi, atau memastikan bahwa bantuan sampai pada orang yang tepat.

“Kami manfaatkan sosial media untuk mengoordinasi semua,” jelasnya. “Itu satu-satunya cara untuk menembus isolasi.” (*/Yh)

Baca Juga

SD–SMP Telkom Padang Galang Donasi Bantuan untuk Korban Galodo Batu Busuk dan Lumin : Anak-Anak Belajar Empati dari Aksi Kemanusiaan
SD–SMP Telkom Padang Galang Donasi Bantuan untuk Korban Galodo Batu Busuk dan Lumin : Anak-Anak Belajar Empati dari Aksi Kemanusiaan
Tim gabungan pencari korban banjir bandang atau galado masih terkendala dengan medan yang masih ditimbun lumpur yang cukup tinggi.
Empat Warga Toboh Malalak Timur Belum Ditemukan
Lima Nagari di Agam Masih Terisolasi Karena Akses Terputus
Lima Nagari di Agam Masih Terisolasi Karena Akses Terputus
Tim gabungan pencari korban banjir bandang atau galado masih terkendala dengan medan yang masih ditimbun lumpur yang cukup tinggi.
Pencarian Korban Galodo di Salareh Aia Agam, Petugas Terhadang Lumpur Setinggi Bahu
Menjelang azan magrib berkumandang, Abdul Gani (57) masih hilir mudik di posko BPBD di Silareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam,
Kisah Penjual Es Krim Cari Istri yang Hilang saat Galodo, Bawa Sehelai Foto dari Posko ke Posko
Hari Keenam Pencarian Korban Galodo di Salareh Aia dalam Kondisi Diguyur Hujan
Hari Keenam Pencarian Korban Galodo di Salareh Aia dalam Kondisi Diguyur Hujan