Langgam.id – Rentetan cuaca ekstrem di Sumatera Barat belum juga mereda. Setelah tiga hari berturut-turut diguyur hujan ekstrem pada 23–25 November 2025 yang memicu banjir dan longsor di berbagai wilayah, pagi ini, Jumat (28/11/2025), intensitas hujan kembali melonjak tajam hingga memecahkan rekor di sejumlah titik.
Sejak dini hari, sistem awan Cumulonimbus bergerak lambat dan bertahan di wilayah pesisir serta dataran tengah Sumbar. Stasiun Klimatologi BMKG Sumbar mencatat hujan yang turun subuh–pagi ini berada pada level ekstrem.
Rizky A. Saputra, Pranata Meteorologi dan Geofisika (PMG) Madya Stasiun Klimatologi Sumbar, menyebut kondisi atmosfer hari ini “sangat aktif hingga level yang tidak biasa.”
“Ini hujan ekstrem yang sangat liar. Untuk rentang dini hari sampai pagi saja, angka-angka yang muncul sudah melampaui batas aman di banyak titik,” kata Rizky.
Hingga pukul 07.30 WIB, curah hujan tercatat:
Kayu Tanam: 245 mm
Malalo: 212 mm
Tiku: 201 mm
Lubuk Basung: 218 mm
Menurut standar BMKG, kategori ekstrem dimulai dari curah hujan lebih dari 150 mm per hari. Namun sejumlah lokasi di Sumbar hari ini menembus lebih dari 200 mm hanya dalam beberapa jam.
Rentetan Kejadian Ekstrem Sejak 23–25 November
Rizky menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang kembali muncul pagi ini bukan berdiri sendiri, melainkan lanjutan dari rangkaian kejadian hujan ekstrem yang melanda Sumbar sejak 23 November lalu.
“Selama tiga hari berturut-turut terjadi hujan ekstrem di beberapa wilayah pesisir Sumbar, terutama di Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Padang, Agam, dan Pasaman Barat,” ujar Rizky, Selasa (25/11/2025).
Pada 23 November, tiga wilayah mencatat hujan ekstrem: Limau Purut, Pariaman, dan Sungai Limau, dengan nilai tertinggi 168 mm di Limau Purut.
Sehari berikutnya, 24 November, intensitas hujan meningkat.
“Curah hujan tertinggi kembali tercatat di Limau Purut mencapai 182 mm, dan itu termasuk kejadian ekstrem yang sangat jarang,” kata Rizky. Bungus di Kota Padang juga mengalami hujan ekstrem.
Puncak ekstrem terjadi pada 25 November 2025, ketika Lubuk Minturun, Kota Padang, mencatat 261 mm dalam sehari, memecahkan rekor harian 30 tahun terakhir yang sebelumnya bertahan sejak 17 Juni 2016 (225 mm).
“Ini menjadi rekor tertinggi dalam satu hari untuk wilayah Padang selama lebih dari tiga dekade,” jelasnya.
Menurut BMKG, lonjakan hujan ekstrem selama lima hari terakhir disebabkan oleh kombinasi faktor atmosfer dan oseanografi yang saling menguatkan.
“Dalam lima hari terakhir terjadi perubahan drastis dari kondisi kering menjadi sangat basah. Ini dipicu oleh Indian Ocean Dipole (IOD) negatif, anomali suhu muka laut yang menghangat, serta penguatan angin baratan akibat keberadaan Siklon Tropis 95B di Malaysia,” ujar Rizky.
Kondisi-kondisi tersebut menimbulkan suplai uap air yang sangat besar ke pesisir barat Sumatra dan memicu tumbuhnya awan-awan konvektif berukuran masif.
BMKG mengimbau masyarakat di bantaran sungai, dataran rendah, daerah rawan longsor, dan kawasan hilir DAS agar meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi banjir susulan, banjir bandang, dan tanah longsor, terlebih melihat bahwa pola hujan ekstrem masih mungkin berlanjut dalam beberapa hari ke depan. (*/Yh)




