Langgam.id – Dua kata sederhana namun sarat makna menjadi landasan kokoh dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di Kota Padang.
Kata "paling" dan "saling" menjadi prinsip yang terus digaungkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Padang dalam setiap interaksi lintas iman. Prinsip ini pula yang dibagikan saat menerima kunjungan FKUB Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu (15/10/2025), di Balai Kota Padang.
Rombongan FKUB Aceh Tamiang dipimpin Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Agusliyana Devita, didampingi Kakankemenag Aceh Tamiang Anwar Padli, Ketua FKUB Sulaiman, dan sejumlah pengurus lainnya. Mereka disambut langsung oleh Kepala Badan Kesbangpol Kota Padang, Tarmizi Ismail.
"Seharusnya kami yang belajar ke Aceh, karena Aceh adalah guru toleransi," ujar Tarmizi membuka pertemuan dengan nuansa akrab.
Namun demikian, Tarmizi tidak menampik bahwa Padang juga menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga keharmonisan hubungan antarumat beragama. Tantangan itu, menurutnya, dapat dihadapi dengan dukungan penuh terhadap peran FKUB, termasuk melalui penguatan komunikasi dan kepercayaan antar kelompok masyarakat.
"Kami selalu mendukung eksistensi FKUB. Salah satu yang kami tekankan dalam setiap dialog antarumat adalah pentingnya menjaga dua kata: jangan merasa paling, dan harus saling memahami," jelas Tarmizi.
Ia menuturkan, prinsip "jangan merasa paling" dimaksudkan agar setiap pemeluk agama tidak menganggap ajarannya paling benar dalam konteks kehidupan sosial. Sementara kata "saling" mengajarkan pentingnya saling menghormati, saling mendengarkan, dan saling menerima perbedaan.
Kota Padang, lanjut Tarmizi, juga aktif membangun kedekatan antarumat melalui kunjungan dan diskusi ke rumah-rumah ibadah. Menurutnya, pendekatan ini berhasil menciptakan ruang empati yang memperkuat rasa saling pengertian.
"Kami percaya, ketika seseorang masuk ke rumah ibadah agama lain dan berdialog di sana, itu akan menyentuh hati. Maka ketika ada perselisihan, komunikasi sudah lebih terbuka. Ini yang ingin terus kami bangun," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Kesbangpol Aceh Tamiang, Agusliyana Devita, menyampaikan alasan pihaknya memilih Kota Padang sebagai tujuan kunjungan. Selain karena pernah meraih penghargaan atas keberhasilan menjaga kerukunan, Kota Padang dinilai berhasil menciptakan model harmoni yang bisa ditiru oleh daerah lain.
"FKUB Padang ini pernah mendapat penghargaan dari FKUB Sumbar. Kami datang ke sini untuk belajar dan memperpanjang tali silaturahim," ujar Agusliyana.
Ia menjelaskan, Kabupaten Aceh Tamiang merupakan wilayah yang sangat heterogen secara sosial dan keagamaan karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Kondisi itu sempat memunculkan gesekan antarumat, terutama pada 2019. Namun, dengan pendekatan dialog dan musyawarah, persoalan tersebut berhasil diselesaikan.
"Semoga kunjungan ini menjadi bekal kami untuk memperkuat peran FKUB di Aceh Tamiang," harapnya.
Pertemuan yang berlangsung hangat itu ditutup dengan pertukaran cenderamata antar kedua daerah. Diskusi singkat pun digelar untuk berbagi pengalaman terkait strategi menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Melalui pertemuan ini, dua kata sederhana kembali mengemuka sebagai fondasi kerukunan: paling dan saling. Sebuah pengingat bahwa hidup berdampingan dalam damai membutuhkan sikap rendah hati dan keterbukaan terhadap sesama.