LANGGAM.ID– Serangan digital masih membayangi aktivis di Sumbar yang vokal pada isu-isu sosial dan keadilan. Mulai dari teror, doxing hingga upaya peretasan akun sosial media.
Hal tersebut menjadi pembicaraan dalam nobar dan diskusi yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang bersama Interes dengan tema Tetap Kritis dalam Ancaman Serangan Digital” di Kantor AJI Padang, Selasa (19/8).
Acara diawali dengan pemutaran film dokumenter tentang sejumlah aktivis yang pernah mengalami serangan digital seperti Feri Amsari dan Sarah Azmi, serta organisasi masyarakat sipil LBH Padang.
Produser film dokumenter tersebut Aidil Ichlas menjelaskan, serial konten edukatif ini merangkum berbagai bentuk serangan, pengalaman para korban, serta strategi mitigasi dan penanganannya.
“Kami ingin tayangan ini tidak hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga ruang belajar bersama untuk memperkuat keamanan digital aktivis dan masyarakat sipil. Dari diskusi ini kami berharap lahir jaringan pengaman digital yang dapat menjadi rujukan ketika terjadi serangan,” ujarnya.
Dalam diskusi tersebut, Calvin N Permana, Divisi Kampanye LBH Padang mengungkapkan, serangan digital kerap datang saat isu-isu advokasi mendapat sorotan publik. Salah satunya pada kasus Afif Maulana, yang meninggal akibat dugaan penyiksaan aparat.
“Saat itu, narasi kami tentang advokasi hukum dipelintir di media sosial. LBH Padang diframing seolah-olah mendukung tawuran, padahal kami memperjuangkan hak anak. Polanya sama dengan serangan saat penolakan RUU TNI pada Maret 2025: buzzer bekerja dengan narasi yang sudah disiapkan,” ungkapnya.
Selain framing dan serangan ujaran kebencian, Calvin menyebut LBH juga mengalami upaya peretasan dan percobaan pengambilalihan akun.
Sementara itu, Ilhamdi Putra dari LBH Pers Padang menambahkan, ancaman peretasan tidak hanya menyasar aktivis. Masyarakat umum pengguna media sosial saat ini pun tanpa disadari telah disusupi.
“Sadar atau tidak, data digital kita terus disusupi. Ironisnya, potensi pelanggaran hukum justru bisa datang dari penegak hukum itu sendiri,” jelasnya.
Trainer Keamanan Digital AJI Fahri Hamzah, mengingatkan, serangan digital kini tidak hanya berupa doxing atau peretasan akun, tetapi juga berkembang ke bentuk yang lebih canggih.
Ia mencontohkan laporan SAFEnet yang menyebut mahasiswa menjadi kelompok paling rentan terhadap serangan digital.
“Kasus peretasan akun transportasi online milik pers mahasiswa di Lampung hingga penggunaan spyware Pegasus terhadap LBH Medan menunjukkan bahwa ancaman ini sangat nyata. Pegasus bisa masuk ke ponsel tanpa kita sadari,” katanya.
Selain itu, pembatasan akses internet serta manipulasi foto menggunakan kecerdasan buatan (AI) juga muncul sebagai ancaman baru yang bisa membungkam ruang demokrasi digital. (fx)