Langgam.id - Kota Bukittinggi resmi mengabadikan nama Haji Usmar Ismail sebagai nama jalan di pusat kota, kemarin. Peresmian itu dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Selain itu juga ada rangkaian acara yang menampilkan pertunjukan budaya Minangkabau.
Usmar Ismail, yang lahir di Bukittinggi pada 20 Maret 1921, dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia dan telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 2021. Penamaan jalan ini merupakan bentuk apresiasi atas kontribusinya terhadap dunia seni dan budaya Indonesia.
“Bagi kami pribadi dan masyarakat Bukittinggi, sosok Usmar Ismail yang berasal dari keluarga terdidik dan memiliki ragam talenta, patut menjadi teladan bagi generasi muda. Ini sejalan dengan misi pengembangan SDM kota Bukittinggi yang berdaya saing global, berakhlak, dan berbudaya,” ujar Wali Kota Bukittinggi, H. M. Ramlan Nurmatias.
Inisiatif penamaan jalan ini diajukan oleh sutradara film asal Bukittinggi, Arief Malinmudo, melalui surat resmi kepada Pemkot Bukittinggi pada 7 Maret 2025. Usulan tersebut disambut baik oleh Wali Kota Ramlan Nurmatias yang baru saja dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto. Proses penetapan nama Jalan Haji Usmar Ismail dituangkan dalam Surat Keputusan Wali Kota Nomor 188.45.68-2025 tanggal 18 Maret 2025, setelah melalui serangkaian kajian lintas dinas dan disetujui DPRD Bukittinggi.
Lokasi jalan yang diresmikan berada di jantung kota dan dapat diakses dengan berjalan kaki dari ikon kota, Jam Gadang.
Mewakili keluarga, Heidy Hermia Ismail, anak keempat Usmar Ismail, menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi atas penghormatan ini.
“Peresmian nama jalan ini adalah peristiwa yang sangat berharga bagi keluarga besar Usmar Ismail. Apalagi Bukittinggi menjadi kota pertama yang mengabadikan nama beliau sebagai nama jalan secara santun dan melalui persetujuan keluarga,” kata Heidy.
Sutradara Riri Riza yang juga menjadi kurator Pameran 100 Tahun Usmar Ismail menyatakan bahwa penghargaan ini bukan hanya simbolik, tetapi juga berdampak pada kesadaran kolektif bangsa terhadap nilai sejarah dan budaya.
“Usmar Ismail adalah tokoh penting dalam perjalanan kebudayaan Indonesia. Dengan mengabadikan namanya sebagai nama jalan, kota Bukittinggi memberi contoh konkret bagaimana sejarah lokal terhubung dengan identitas nasional,” ujar Riri.
Arief Malinmudo menambahkan, “Percakapan tentang idealisme Usmar Ismail tidak akan pernah habis dikupas. Ke depan, kami berharap di Bukittinggi berdiri Museum Film Usmar Ismail sebagai pusat studi literasi dan budaya perfilman.”
Warisan Usmar Ismail dan Jejak di Bukittinggi
Usmar Ismail adalah sutradara film Darah dan Doa (1950), film pertama yang diakui sebagai film nasional Indonesia. Tanggal 30 Maret, hari dimulainya produksi film tersebut, kini diperingati sebagai Hari Film Nasional. Karya-karya penting lainnya meliputi Lewat Jam Malam, Tiga Dara, Harimau Tjampa, Tamu Agung, dan Enam Jam di Jogja.
Usmar menempuh pendidikan di HIS Batusangkar, MULO Padang, AMS Yogyakarta, dan kemudian studi lanjut di UCLA, Amerika Serikat. Warisan intelektual dan karyanya tetap hidup dan terus dikenang, terutama sejak peringatan 100 Tahun Usmar Ismail di tahun 2021.
Sejumlah inisiatif telah digelar sejak itu, termasuk Pameran 100 Tahun Usmar Ismail di Bukittinggi (20–30 Maret 2021), yang disusun oleh Riri Riza, Arief Malinmudo, dan arsiparis film Lisa Bona Rahman. Pameran ini memamerkan arsip-arsip pribadi, naskah, puisi, dan analisis film oleh tokoh perfilman Indonesia seperti Dian Sastro, Riri Riza, dan Arief Malinmudo.
Pameran tersebut juga menampilkan mural di Janjang 40 dan tikungan jalan depan Museum Perjuangan Tri Daya Eka Dharma, serta disusul dengan seminar nasional bersama Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. (*/Yh)