Oleh : Melisa Yenti, SKM, MKM*
Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik dan posisinya di persimpangan tiga lempeng tektonik besar yang membuat Indonesia sangat rentan terhadap letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami. Indonesia juga mengalami musim hujan tahunan, yang menyebabkan banjir tahunan dan tanah longsor. Peta bahaya menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk tinggal di daerah yang berisiko tinggi terkena bahaya tersebut.
Bencana yang terjadi mengakibatkan warga harus tinggal di pengungsian. Selama 2010−2021, 6.5 juta pengungsian baru dikaitkan dengan setidaknya 1,845 kejadian bencana yang tercatat di seluruh negeri. Banjir menyebabkan 63% dari jumlah pengungsian, gempa bumi menyumbang 21%, dan 13% lainnya disebabkan oleh letusan gunung berapi. Sisanya terjadi karena badai dan gerakan massa basah seperti tanah longsor. (Asian Development Bank, 2023).
Seperti kejadian banjir lahar hujan atau galodo Gunung Marapi yang terjadi pada 11 Mei 2024 di Agam dan Tanah Datar meninggalkan jejak kerusakan. Hingga Kamis (30/5/2024), total korban meninggal mencapai 62 orang dan 10 orang lainnya masih dalam pencarian (data BNPB).
Selain itu galodo ini juga merusak sejumlah rumah sehingga banyak warga terpaksa tinggal di pengungsian. Hingga Senin (27/5/2024) pukul 18.00 WIB, jumlah pengungsi tercatat mencapai 709 orang (Langgam.id).
Tinggal di pengungsian berisiko menimbulkan berbagai macam penyakit menular, seperti diare, Infeksi Salur Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, demam typhoid, dan sebagainya. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang menciptakan kondisi ideal untuk penyebaran berbagai penyakit di tempat pengungsian. Pertama, kepadatan tempat pengungsian. Tempat pengungsian biasanya menampung banyak orang dalam ruang yang terbatas, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular.
Kedua, kebersihan yang buruk. Fasilitas sanitasi dan kebersihan di tempat pengungsian sering kali tidak memadai. Kurangnya akses ke air bersih dan fasilitas pembuangan sampah yang kurang layak dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah maupun kualitasnya.
Kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang menyebabkan perkembangan beberapa penyakit menular. Lingkungan yang lembab dan tidak bersih dapat menjadi tempat berkembang biak bagi vektor penyakit seperti nyamuk, yang dapat menularkan penyakit seperti malaria dan demam berdarah.
Ketiga, kekurangan gizi. Pengungsi sering kali mengalami kekurangan gizi karena keterbatasan akses ke makanan bergizi, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi seseorang serta akan memperberat proses terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit
Keempat, kurangnya layanan kesehatan. Akses terhadap layanan kesehatan di tempat pengungsian sering terbatas, sehingga penyakit yang muncul sulit diobati dengan cepat dan efektif. Kelima, stres dan kondisi psikologis. Stres akibat kehilangan keluarga dan tempat tinggal, serta kondisi pengungsian yang tidak nyaman dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko penyakit. (Health and Nutritions Journal, 2017).
Kondisi pengungsian seperti diatas akan lebih merugikan kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak, dan lanjut usia, karena mereka lebih mudah terserang penyakit. Kelompok rentan ini memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah atau kebutuhan kesehatan khusus, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit yang mudah menyebar di lingkungan pengungsian.
Sehubungan dengan kondisi tersebut maka pengungsi perlu diberikan berbagai informasi menjaga kesehatannya, seyogyanya informasi ini diberikan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas maupun Dinas Kesehatan diwilayah terdampak bencana. Informasi ini bisa disampaikan melalui sesi penyuluhan, poster, brosur, dan media lain yang mudah diakses oleh pengungsi.
Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan, serta praktik-praktik dasar kebersihan seperti mencuci tangan dengan sabun. Menyampaikan pentingnya asupan gizi yang cukup, terutama bagi ibu hamil, bayi, anak-anak, dan lanjut usia.
Edukasi tentang cara mencegah penyakit menular melalui vaksinasi, penggunaan air bersih, dan sanitasi yang baik. Memberikan dukungan psikologis dan informasi tentang cara mengelola stres, yang dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Pemberian informasi tentang lokasi dan layanan yang disediakan oleh puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Edukasi tentang kapan dan bagaimana menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia, termasuk tanda-tanda penyakit yang memerlukan perhatian medis segera.
Dengan penyuluhan dan edukasi yang tepat, pengungsi dapat lebih baik dalam menjaga kesehatan mereka dan mengurangi risiko terkena penyakit selama berada di tempat pengungsian. Terutama para pengungsi mampu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal penting yang harus diterapkan oleh pengungsi adalah tetap memberikan ASI kepada bayi, membiasakan cuci tangan pakai sabun, menggunakan air bersih, buang air besar dan kecil di jamban, membuang sampah pada tempatnya, makan makanan bergizi, tidak merokok, memanfaatkan layanan kesehatan, mengelola strees, melindungi anak, dan bermain sambil belajar.
Selain mengedukasi masyarakat, perlu dipastikan tersedia fasilitas sanitasi yang memadai seperti toilet, tempat cuci tangan dengan sabun, dan akses ke air bersih. Kebersihan lingkungan juga harus dijaga dengan baik. Memberikan pengungsi perlengkapan kebersihan seperti sabun, hand sanitizer, sikat gigi, dan pembalut wanita. Menyediakan makanan yang bergizi dan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak, dan lansia.
Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi dan mengobati penyakit sejak dini. Pengungsi harus didorong untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan jika merasa tidak sehat. Memberikan dukungan psikososial untuk membantu pengungsi mengelola stres dan trauma yang diakibatkan oleh bencana. Kesehatan mental yang baik juga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh. dan mengadakan kegiatan fisik yang sesuai untuk semua kelompok umur agar tetap aktif dan sehat.
Pemerintah selalu mengirimkan tenaga kesehatan ke lokasi pengungsian. Namun, kesadaran dan praktik hidup sehat tetap sangat penting agar pengungsi dapat hidup dengan sehat selama di pengungsian. Dengan kombinasi antara kehadiran tenaga kesehatan yang terlatih, peningkatan kesadaran serta praktik hidup sehat di kalangan pengungsi, kesehatan dan kesejahteraan mereka selama di pengungsian dapat lebih terjaga.
Selain itu bagi masyarakat yang ingin memberikan bantuan kepada pengungsi, penting untuk memperhatikan jenis barang yang disumbangkan agar mendukung kesehatan para pengungsi. Seperti : 1) Makanan Bergizi: Sumbangkan makanan yang tahan lama dan bergizi seperti beras, kacang-kacangan, makanan kaleng, susu formula untuk bayi, dan makanan siap saji yang sehat.
2) Air Bersih dan Alat Penjernih Air: Air bersih sangat penting untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air. Sumbangan berupa air kemasan, alat penjernih air, atau tablet desinfektan air sangat bermanfaat.
3) Perlengkapan Kebersihan: Sediakan perlengkapan kebersihan pribadi seperti sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi, hand sanitizer, tisu basah, dan pembalut wanita. 4) Alat Kebersihan Lingkungan: Sumbangkan alat kebersihan lingkungan seperti sapu, pel, ember, dan kantong sampah untuk membantu menjaga kebersihan tempat pengungsian.
5) Pakaian dan Selimut: Pakaian bersih dan selimut hangat sangat penting, terutama dalam menjaga kesehatan di malam hari yang dingin.
6) Obat-obatan Dasar dan Perlengkapan Medis: Bantuan berupa obat-obatan dasar seperti parasetamol, obat diare, salep antiseptik, plester, dan peralatan medis dasar seperti termometer dan tensimeter. 7) Perlengkapan Bayi dan Anak-anak: Popok, susu formula, makanan bayi, dan pakaian anak-anak sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan bayi dan anak-anak.8) Vitamin dan Suplemen: Sumbangkan vitamin dan suplemen untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh para pengungsi.
9) Masker dan Peralatan Pelindung Diri: Masker medis dan peralatan pelindung diri lainnya untuk mencegah penyebaran penyakit, terutama di masa pandemi.
10) Mainan dan Buku Anak: Mainan edukatif dan buku bacaan untuk anak-anak dapat membantu mengurangi stres dan memberikan hiburan serta pendidikan di tempat pengungsian. Dengan memberikan bantuan yang tepat, masyarakat dapat membantu memastikan para pengungsi tetap sehat dan terjaga kebersihannya selama masa pengungsian.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas