Air Tanah dan Upaya Preventif untuk Ketersinambungannya

Nurmala Sari*

Air menjadi salah satu sumber kehidupan yang selalu dimanfaatkan oleh manusia dalam segala aktivitas. Termasuk aktivitas rumah tangga, industri, kesehatan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan lain sebagainya.

Sebagian orang melihat bawha sumber air yang digunakan dalam memenuhi aktivitas tersebut adalah sumber air yang tampak pada permukaan, yang bersumber dari air sungai, air laut, air danau, maupun air hujan.

Sumber air ini dapat dimanfaatkan secara langsung dan berada dalam jumlah yang tidak terbatas. Namun ada sumber air lain yang tidak tampak di permukaan yaitu sumber air dari dalam tanah yang biasa disebut dengan Air Tanah.

Air tanah berada pada lapisan bebatuan di bawah tanah dan tidak terlihat sebagai air permukaan (Rejekiningrum, 2009).Tidak seperti air permukaan yang jumlah nya tidak terbatas, air tanah justru berada pada jumlah terbatas karena pada asalnya air tanah ini terbentuk dari air yang mengalir dan masuk ke dalam lapisan tanah sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk terkumpul dalam jumlah tertentu dan menjadi sumber air tanah.

Air tanah yang berada dalam jumlah tertentu berkumpul pada sebuah akifer, “wadah” di mana air tanah ini berada.

Oleh karena air tanah tersimpan dalam tanah, maka kemampuan aliran air ini berbeda tergantung jenis tanah yang dilewatinya. Pada tanah liat, air tanah sangat sulit untuk lolos dari agregat tanah dan menyebabkan air tanah pada jenis tanah ini tidak tersedia bagi aktivitas manusia. Berbeda dengan kondisi air tanah yang melalui jenis tanah berpasir.

Tanah berpasir memiliki porositas yang tinggi, di mana kemampuan tanah untuk meloloskan air sangatlah besar, sehingga air tanah dalam jenis tanah berpasir ini cukup tersedia untuk dimanfaatkan untuk aktivitas manusia (Rejekinungrum, 2009).

Kondisi air tanah secara umum

Mengutip dari data Direktorat Geologi Tata Lingkungan pada tahun 2003, bahwa potensi air tanah di Indonesia cukup besar yaitu 4,7 x 109 m3/tahun (4,7 miliar kubik per tahun) yang tersebar di 224 Cekungan Air Tanah (CAT). Penyebaran potensi air tanah tersebut secara berurutan terdapat sebanyak 24,9 % di Pulau Jawa dan Madura, 21,3 % di Pulau Sumatera, 17,7 % di Pulau Kalimantan, 7,6 % di Pulau Sulawesi, dan 4,6 % di Pulau Papua.

Secara khusus untuk wilayah Sumatera Barat tahun 2021, CAT tersebar di 11 area dengan total jumlah air tanah bebas per tahun nya sejumlah 21,75 juta m3/tahun (sumber : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Barat, 2021).

Masalah air tanah

Potensi air tanah seperti yang telah dipaparkan di atas dalam penggunaan nya jika tidak disertai dengan perilaku yang baik dari masyarakat serta pengelolaan lingkungan yang baik, maka potensi ini perlahan akan menghilang.

Pada tahun 2003, Dirjen Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Rustam menyatakan bahwa pemakaian air tanah untuk kebutuhan rumah tangga dan aktivitas perkotaan mengalami peningkatan, dibuktikan dengan mulai adanya intrusi air laut dan amblesan tanah yang terlihat pada beberapa titik di wilayah Indonesia.

Begitu juga dengan aktivitas industri di mana penggunaan air tanah tidak dibarengi dengan upaya pengisian kembali air tanah yang digunakan sehingga lama kelamaan cadangan air tanah akan berkurang.

Langkah preventif dalam ketersinambungan sumber air tanah

Dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) tahun 2009, Menteri ESDM berujar bahwa untuk mencegah dampak negatif yang timbul akibat eksploitasi air tanah secara meluas ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu melindungi daerah imbuhan air tanah untuk mencegah terjadinya penurunan pembentukan air tanah.

Imbuhan air tanah yang dimaksud adalah area resapan pengisian air tanah pada akuifer dalam cekungan air tanah. Perlindungan ini dapat dilakukan dengan membuat imbuhan buatan dalam bentuk sumur resapan, parit resapan, dan/atau kolam resapan.

Langkah kedua dengan tidak melakukan pengeboran, penggalian atau kegiatan lain yang terlalu dekat dengan lokasi pemunculan mata air.

Ketiga, menggunakan air tanah seefektif dan seefisien mungkin dengan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan domestik, serta mengelola kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara terpadu.

*Dosen Fateta Univesitas Andalas

Baca Juga

Ahli Pengelola Air untuk Masa Depan Lebih Baik
Ahli Pengelola Air untuk Masa Depan Lebih Baik
Kekeringan Terpa Padang, Air Bersih jadi Rumit
Kekeringan Terpa Padang, Air Bersih jadi Rumit
Sumur Resapan Air: Solusi Efektif untuk Konservasi Air Tanah
Sumur Resapan Air: Solusi Efektif untuk Konservasi Air Tanah
Sparing: Solusi Tanggap terhadap Perubahan Iklim untuk Meningkatkan Kualitas Air
Sparing: Solusi Tanggap terhadap Perubahan Iklim untuk Meningkatkan Kualitas Air
Beberapa bulan belakangan ini, curah hujan di Kota Padang rendah. Hal ini dikarenakan musim kemarau melanda Ibu Kota Sumbar
Kemarau Berdampak Mengeringnya Sumber Air Baku PDAM Padang
Jaringan Pembela Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Sipil Sumatra Barat gelar konferensi pers terkait masalah tanah di Air Bangis pada Rabu
Jaringan Masyarakat Sipil Sumbar Ungkap Sisi Lain Kasus Air Bangis