Langgam.id - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Padang mengakui pramugara dilarang membantu penumpang yang tidak punya kartu Brizzi dalam pembayaran sah di Trans Padang. Hal ini untuk mengantisipasi tindakan korupsi jika terjadi pembayaran tunai.
Kepala Dishub Kota Padang, Dian Fakhri tak menampik bahwa beberapa pramugara memiliki kartu Brizzi. Namun, jika pramugara menolong penumpang yang tidak punya kartu Brizzi, pembayaran uang tunai tidak akan disetor dan masuk kas pemerintah.
"Banyak yang saran, pramuga-kan punya kartu Brizzi, sehingga penumpang yang engga punya, bisa bantu. Perlu saya jelaskan, kami sedang tahap memerangi masa lalu (korupsi). Kami bersikukuh, (tunai) kesannya nanti kacau tidak masuk ke kas," ujarnya Kepala Dishub Padang Dian Fakri kepada langgam.id, Selasa (15/12019).
Namun, ia membantah soal pramuga dilarang mengedukasi penumpang. Pramuga dipersilahkan mengarahkan penumpang yang tidak memiliki kartu Brizzi untuk meminjam kartu milik penumpang lainnya.
"Pramuga boleh mengarahkan. (Tapi) yang kami larang itu menerima uang tunai. Soal yang dialami salah seorang penumpang yang diturunkan itu, ya kita kan engga tahu persis kejadiannya. Ada engga rekaman persisnya? dan apa kata-kata yang keluar," cetusnya.
Pasca-insiden yang dialami salah seorang penumpang tersebut, Dian Fakri mengaku langsung memanggil seluruh anggota. Awalnya, ia mengira perbuatan menurun penumpang itu dilakukan oleh anggotanya.
Ia juga menegaskan, pramuga dan sopir Trans Padang merupakan pengelola dari pihak ketiga, bukan dari Dishub Kota Padang. Petugas Dishub, katanya, melaksanakan tugas untuk mengawasi pramugara yang nakal di dalam bus.
"Pemerintah Kota mentender salah satu koperasi, pihak ketiga inilah yang menunjuk pramugara dan sopir yang menjalankan 25 bus Trans Padang. Jujur, saya dapat berita itu langsung saya kumpulkan anggota semua," bebernya.
Bukan Kewenangan Dishub
Di sisi lain, Dian Fakhri mengungkapkan jika tidak semua halte Trans Padang menyediakan kartu Brizzi. Namun, katanya, untuk memenuhi ketersediaan kartu Brizzi di setiap halte bukanlah kewenangannya, melainkan BRI.
Selain itu, kata Dian Fakhri, pihaknya juga kekurangan personel untuk penempatan anggota untuk penjualan kartu Brizzi. Hingga saat ini, hanya 10 halte yang menyediakan kartu Brizzi dijual oleh agen brilink.
"Setiap halte (sedia Brizzi) engga bisa, tidak punya anggota saya. Karena program ini BRI, ya kita bantu sedikit. Tapi Brizzi ini produk BRI, seharusnya dia (BRI) yang menambah agen brilink itu," katanya.
Dia Fakhri menjelaskan, agen brilink ini juga merupakan pihak ketiga dari BRI bukan pegawai tetap. Maka dari itu, katanya, harga penjualan kartu Brizzi Rp30 ribu berisi saldo Rp9 ribu.
"Agen brilink ini juga pegawai lepas BRI, makanya mengisi (saldo Brizzi) di setiap agen brilink dipotong Rp1.000. Karena, mereka tidak bergaji bulan juga. Sama kayak kita isi pulsa, mereka ambil untung Rp1.000," pungkasnya. (Irwanda/RC)