Langgam.id - Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. mengingat bahwa dunia ditandai oleh pluralitas budaya, maka globalisasi sebagai proses juga menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses saling mempengaruhi antar budaya. Pertemuan antar budaya itu tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya.
Campur baur antara budaya negara yang satu dengan negara yang lainnya menyatu dalam satu panggung pertunjukan melalui momentum pertukaran kebudayaan. Hal itu terjadi, karena masyarakat di seluruh dunia sudah melakukan interaksi dan sudah saling mengunjungi antara satu negara dengan negara yang lain.
Hal ini inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan talkshow inspirasi dari salah satu budayawan dan seniman tradisional Minangkabau, yaitu Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto yang akrab disapa dengan Mak Katik.
Mak Katik menyampaikan mengenai pelestarian Kebudayaan Minangkabau, di di Aula Lantai 5 Gedung Perpustakaan, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Kota Padang, Sumatera Barat pada 24 September 2022 lalu. Kegiatan ini diikuti oleh 237 Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Unand yang berasal dari 96 Perguruan Tinggi di Indonesia.
Mak Katik dalam dalam forum ini menyampaikan, kebudayaan adalah kerangka acuan perilaku bagi masyarakat pendukungnya berupa nilai-nilai yang terimplementasikan dalam kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan dan kebajikan. Di balik itu kebudayaan terangkai dalam suatu peradaban yang terjabarkan dalam bentuk nilai-nilai melalui norma-norma dan selanjutnya dijadikan tolok ukur bagi kepantasan perilaku warga masyarakat pengguna kebudayaan itu sendiri.
Peradaban manusia terus mengikuti perkembangan dunia dan ikut dalam arus melalui lintas budaya dan kehadiran pertemuan berbagai antarbudaya dan antarbangsa. Hal itu sudah menjadi kodratnya bahwa semakin sering ada pertemuan antarbangsa dan negara, maka mewujudkan proses saling mempengaruhi antarbudaya. Hal ini sesuai dengan adat budaya Minangkabau yang unik yaitu memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik.
Adat dan budaya merupakan suatu hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan antar keduanya, budaya adalah suatu kebiasaan yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman sementara adat adalah suatu peraturan turun temurun yang dipertahankan oleh para tetua adat.
Namun seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat dunia yang tanpa batas, maka kebudayaan (budaya) itu sendiri telah berbaur dengan budaya dunia. dipandang sebagai suatu fungsi pola sosialisasi. Pemeliharaan adat sangat ditentukan oleh hubungannya dengan lingkungan luasnya dan oleh berbagai tata kelembagaan yang saling kait membentuk suatu sistem. Imbuh Mak Katik
Dalam berbagai kesempatan, ia juga melihat betapa pemahaman sebagian besar masyarakat soal adat Minangkabau telah menyimpang saat ini, sebagai contohnya Ia menyebut konsep adat Minangkabau soal berpakaian yang meliputi penutup tubuh, penutup malu, penutup aurat, dan pelindung dari miang (lugut pada batang bambu), telah bergeser jadi sekadar pembungkus tubuh. Sehingga jaman sekarang dapat dengan mudah terlihat semua lekuk tubuhnya.
Pasang-surutnya kebudayaan sepanjang sejarah kemanusiaan nyata sekali ditentukan oleh sejauh mana kebudayaan itu masih berlanjut sebagai kerangka sejarah kemanusiaan. Timbul tenggelamnya kebudayaan sangat dibuat oleh apa yang terjadi dalam pertemuan antarbudaya, yaitu sejauh mana satu di antara pihak yang saling bertemu kurang atau tidak lagi memiliki ketahanan budaya (ketahanan budaya).
Kebudayaan adalah suatu daya yang sekaligus tersimpan dan terlembaga sebagai pada suatu masyarakat. Demikianlah kebudayaan Minangkabau mengandung dua daya sekaligus, yaitu dia dapat melebur dengan kebudayaan lain, seperti pepatahnya dimna bumi dipijak disitu langit dijunjung sehingga cenderung dapat berkembang atas kemekarannya sendiri. Namun di satu sisi kebudayaan Minangkabau dapat mempertahankan jati dirinya. Papar Mak Katik berupaya meluruskan pemahaman yang selama ini cenderung keliru soal kebudayaan Minangkabau.
Mak Katik bukan hanya sebagai seorang seniman dan seorang pengajar melainkan pernah berperan dalam salah satu film yang menggambarkan tentang perkawinan matrilineal di Minangkabau yakni film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Pembahasan menarik dituangkan Mak Katik disela-sela materinya yakni perkara sucinya wanita dalam pernikahan membawa dampak yang sangat kuat untuk keberlanjutan pernikahan dalam menjalankan seni berumah tangga yang sesuai dengan syariat islam.
Sebagai contohnya dimana perempuan ketika sedang berhalangan tidak diperbolehkan untuk memegang Al-Qur’an karena dalam keadaan yang tidak suci. Hemat penulis, perempuan untuk memulai suatu hal yang bersifat sakral harus dalam keadaan yang suci untuk mendapatkan rahmah dan keberkahan dari Allah Swt.
“Barakik ke hulu, seluru pendatang mereka dating ke hulu mencari air yang jenirh ke akar dan marwahnya, dan baranang ke tapian yang diseut diri harus punya jati dirinya agar tidak terbawa arus kebudayaan lain”. Papar Mak Katik menjelaskan upayanya dalam menjaga kebudayaan di Minangkabau
Boby Febri Krisdianto, salah satu dosen Modul Nusantara ini menyampaikan bahwa proses globalisasi yang diakibatkan oleh berbagai prakarsa dan kegiatan pada skala nasional atau internasional sebagaimana menggejala dewasa ini pun perlu kita cermati sejauh mana siginifikan pengaruhnya dalam pertemuan antarbudaya.
Dalam kaitan ini, pertemuan antarbudaya terutama jangan digambarkan sebagai pertemuan antara dua pihak belaka, melainkan terjadi dengan keterlibatan sejumlah pihak secara segera (seketika) serta serempak (serentak).
Kesanggupan sesuatu satuan budaya untuk mempertahankan kesejatiannya dalam pertemuan antarbudaya yang majemuknya itu sangat ditentukan oleh rendahnya derajat kesadaran budaya dan tangguh rapuhnya tingkat ketahanan budaya masyarakat pendukungnya. tutup Boby dalam memberikan komentar mengenai kegiatan inspirasi ini.
--