Langgam.id - Sejumlah artefak kuno ditampilkan selama Festival Pamalayu Kenduri Swanabhumi yang berlangsung hingga 23 Agustus 2022 di area Candi Pulau Sawah, Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat (Sumbar).
Begitu banyak peninggalan peradaban Kerajaan Melayu Dharmasraya pada pameran artefak tersebut. Peninggalan peradaban yang cukup menarik pengunjung salah satunya seperti arca.
Sejumlah arca yang ditampilkan merupakan temuan dari ekskavasi dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar di area Candi Pulau Sawah dan Candi Padang Roco.
Ekskavasi merupakan penggalian dalam arkeologi adalah pembongkaran, pemrosesan dan pencatatan sisa-sisa arkeologis. Diketahui, terdapat 14 artefak kuno yang ditampilkan di pameran artefak kuno Dharmasraya.
Arca-arca itu di antaranya seperti bernama garuda, ganesha, bodhisatwa maitreya, budha, wisnu bertangan 8, kuwera, dan logam serta juga ada prasasti lempeng timah.
"Jadi arca yang kami bawa merupakan sampel yang merupakan hasil dari penelitian kami," kata Pamong Budaya BPCB Sumbar, Azwar Sutiat, Minggu (21/8/2022).
"Dalam setiap ekskavasi, seringkali ditemukannya artefak kuno seperti arca dan paling sering pecahan keramik," sambungnya.
Dari sekian arca yang ditampilkan, yang menarik yakni arca garuda. Peninggalan peradaban Kerajaan Melayu Dharmasraya ini menjadi yang pertama ditemukan di Candi Padang Roco pada 1990-an.
Selebihnya untuk arca lain ditemukan pada saat ekskavasi yang dilakukan pada era 2000-an di Candi Pulau Sawah. Bentuknya juga beragam.
Azwar menyebutkan, arca garuda ditemukan di kedalaman 80-100 centimeter. Arca ini kemungkinan telah ada sejak periodisasi abad 12 sampai 13.
"Penanggalan relatif diambil dari gaya. Kalau penanggalan absolute yang lebih mutlak, biasanya kami melakukan dari sisa arang, akurasinya lebih tepat," katanya.
Arca garuda relatif memiliki unsur tembaga lebih dominan. Hal ini dilihat dari warnanya yang kehijauan. Menurut Azwar, warna hijau tersebut relatif kandungan tembaga lebih tinggi.
"Karena dia mengalami proses korosi, warnanya hijau. (Yang lain) dasar logam rata-rata. Unsurnya campuran. Kami pernah uji, ada unsur logam, ada tembaga, kuningan dan bahkan perak," tuturnya.
Hasil kajian BPBC Sumbar dengan tim ahli, arca garuda bisa dikatakan semacam lampu dahulunya. Arca garuda digambarkan dalam posisi duduk di atas punggung seekor singa kedua tangan garuda berada di samping kepala singa yang digambarkan di depan perut garuda.
Sayapnya digambarkan terbentang dengan mulut terbuka dan memakai mahkota. Di atas mahkota terdapat pengait yang digunakan untuk menggantung arca. Arca garuda dikenal sebagai wahana buddha amogsihasiddhi.
Ukuran arca garuda memiliki panjang 16 centimeter dengan lebar 11 centimeter dan tebal 5 centimeter. "Jadi (arca garuda) ini kami pernah kaji dengan tim ahli. Ini seperti ada pengait, jadi semacam lampu," kata Azwar.
Festival Pamalayu Wadah Edukasi
Festival Pamalayu Kenduri Swanabhumi menjadi momen untuk memperkenalkan peninggalan peradaban kepada masyarakat luas. Sehingga peninggalan peradaban dapat dijaga secara bersama.
Menurut Azwar, semua peninggalan ini merupakan milik masyarakat yang mesti harus dijaga. Namun tentu peran pemerintah saja tidak cukup, meskipun BPCB memiliki tugas penting untuk pelestarian dan perlindungan.
Dan harapan BPBC, sejumlah munggu atau gundukan tanah yang hasil penelitian adalah bekas bangunan candi yang berada di komplek Candi Pulau Sawah dapat dilanjutkan dengan perlindungan.
Ekskavasi akan masih terus dilakukan BPBC Sumbar. Hal itu mengingat area Candi Pulau Sawah yang tergolong cukup luas.
"Kalau pemerintah yang menjaga 100 persen tidak mungkin, karena pemilik yang sah itu masyarakat," tuturnya.
Pada edisi kedua Festival Pamalayu Kenduri Swanabhumi mengangkat tema Keselarasan Alam Raya. Festival ini didukung Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya.
Sebanyak sembilan daerah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari terlibat dalam Kenduri Swarnabhumi. Sembilan daerah itua dalah delapan kabupaten dan kota di Provinsi Jambi dan Dharmasraya di Sumbar.
Di Provinsi Jambi, daerah yang berpartisipasi dalam festival ini adalah Kabupaten Batanghari, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Sarolangun, Merangin, Tebo, Bungo dan Kota Jambi.
Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengatakan, Festival Pamalayu Kenduri Swanabhumi bertujuan untuk kembali mengenang dan mempelajari perjuangan para leluhur dalam menciptakan sejarah dan budaya hingga mendunia.
"Hari ini kita belajar bagaimana dulunya para pendahulu kita bisa membuat budaya kita sampai ke Cina, Thailand dan lainnya. Ini yang selalu ditularkan oleh pendahulu kita yang ada di Dharmasraya," kata Sutan Riska.
Baca Juga: Festival Pamalayu Kenduri Swanabhumi Resmi Dimulai: Mempelajari Perjuangan Leluhur
Ia mengakui daya jual Dharmasraya adalah sejarah. Hal ini yang harus di jaga dan ditunjukkan ke Indonesia bahkan Dunia. Bergerak dari Dharmasraya untuk menunjukkan persatuan serta keramahan orang Minangkabau.
—