Langgam.id - Gubernur Papua Lukas Enembe secara khusus menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Sumatra Barat atas kejadian di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.
Gubernur Enembe ditemui dalam wawancara khusus terkait penanganan korban tragedi Wamena di Gedung Negara Provinsi Papua di Jayapura pada Selasa (1/10/2019) pukul 22.00 WIT.
Di ujung wawancara kepada Gubernur Enembe ditanyakan pesan apa yang ingin ia sampaikan kepada masyarakat Sumatra Barat.
“Pesan saya kepada masyarakat Sumatra Barat, karena saya sudah dinobatkan sebagai Sutan Rajo Panglimo Gadang beberapa tahun lalu, saya atas nama pribadi dan atas nama Pemprov Papua memohon maaf kepada masyarakat Sumatra Barat,” katanya.
Ia melanjutkan, “Percuma saya pakai gelar Sutan Rajo Panglimo Gadang tapi tidak mampu menjaga (masyarakat asal Sumatra Barat) dari peristiwa yang terjadi di Wamena,” ujarnya.
Kejadian tersebut, kata Enembe, tanpa diduga. Saat peristiwa terjadi di Kabupaten Jayawijaya ia sedang berada di Kota Jayapura.“Ini di luar dugaan kita semua, tidak tahu akan seperti ini, kejadiannya tiba-tiba,” katanya.
Ia berpesan kepada perantau Sumatra Barat di Papua, khususnya di Wamena dan sekitarnya agar tidak gentar dan khawatir dengan kejadian tersebut. “Mereka (para perantau Minang) tetap kita terima sebagai keluarga dan saudara dari masyarakat Nusantara,” ujarnya.
Karena itu, Enembe berharap para perantau dari Sumatra Barat masih tetap berusaha dan melanjutkan usaha di Papua. “Dengan kejadian ini jangan tinggalkan Papua, semua orang asal Sumbar di Tanah Papua tidak boleh pergi,” ujarnya.
Gubernur Enembe meminta agar masyarakat di Wamena dan sekitarnya yang terdampak kerusuhan pada Senin, (23/9/2019) untuk kembali membangun usaha mereka. “Bangun kembali toko agar ekonomi di Papua bisa tumbuh kembali,” ujarnya.
Ia juga memohon dukungan doa dari masyarakat Sumatra Barat agar Papua, terutama Wamena kembali pulih setelah kejadian. Enembe menyampaikan agar tetap menjaga Indonesia dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan menjaga perbedaan, tapi tetap bersatu.
Konsepnya selama ini, kata Enembe, adalah menembus perbedaan. Tidak ada ruang antara masyarakat Papua dari Sumatra Barat dengan yang di Papua.
“Kita adalah saudara. Jadi saya berharap kepada orang Sumatra Barat di Papua, inilah negeri kalian, besertaku dalam keadaan ini. Anda tetap warga negara Indonesia, baik yang sekarang tinggal di Jayapura maupun Wamena,” ujarnya.
Ia memastikan Pemprov Papua dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya akan membangun kembali seluruh bangunan yang rusak akibat kerusuhan di Wamena. Termasuk toko dan rumah milik perantau Minang.
Namun proses pendanaan rekonstukri menyesuaikan dengan prosedur anggaran. Kemungkinan baru bisa untuk tahun 2020.
Ia mengatakan, pemulangan jenazah 8 korban meninggal ke Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat telah ditanggung Pemkab Jayawijaya. Para pengungsi di Sentani, Kabupaten Jayapura dan di Wamena diurus oleh Pemprov Papua.
Kerusuhan di Wamena, Senin, 23 September 2019 menyebabkan 33 warga tewas. Korban tidak hanya perantau dari Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, dan daerah lain, tetapi juga orang asli Papua di Wamena atau orang Lembah Baliem. Pelaku membakar puluhan toko dan rumah, termasuk Kantor Bupati Jayawijaya dan sejumlah kantor lainnya. (Laporan: Syofiardi Bachyul Jb dari Jayapura, Papua)