Skenario Kepulangan Perantau Minang dari Tanah Papua

Skenario Kepulangan Perantau Minang dari Tanah Papua

Ilustrasi - kapal penumpang. (Foto: twitter kemenhub)

Langgam.id - Pasca kerusuhan Wamena, Papua, 23 September lalu, memunculkan spekulasi perantau Minang di tanah Papua akan eksodus besar-besaran, dengan tujuan kampung halaman.

Sebagaimana diketahui, kerusuhan di Wamena, hingga saat ini tercatat 33 orang meninggal dunia, dimana 9 orang berasal dari Sumatra Barat.

Kejadian ini menyintak para perantau, tokoh Minang, dan juga Wakil Gubernur Sumatra Barat, untuk terus memantau situasi dan mencari jalan keluar atau solusi terbaik.

Beberapa hari terakhir, mengapung gagasan memulangkan perantau yang mau pulang dengan pesawat Hercules. Namun, seperti diungkapkan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, pesawat Hercules yang disediakan TNI, untuk evakuasi perantau Minang dari Wamena ke Jayapura, Papua.

Untuk pulang kampung, katanya, dirapatkan dulu di Padang.

"Insya Allah hari ini (maksudnya, kemarin, Senin, 30 September 2019), pengungsi (perantau Minang) di Wamena dibawa dengan Hercules ke Sentani, Jayapura. Jayapura ke Padang, nanti sampai di Padang dirapatkan," ujar Nasrul.

Meski begitu, tidak semuanya perantau ingin pulang kampung. Suara-suara itu terungkap kala Nasrul menandangi Papua khususnya lokasi-lokasi pengungsian urang awak beberapa hari terakhir.

Menurut Nasrul, sebagian masyarakat Minang yang ada di Wamena minta difasilitasi untuk pulang ke kampung halaman sementara waktu. Ada juga perantau yang ingin ke Jayapura untuk menenangkan diri. Namun sebagian lagi ada yang ingin bertahan di Wamena.

"Mereka yang ingin tinggal, sudah menganggap Wamena adalah kampung sendiri. Ada yang juga lahir dan besar di Wamena," bilang Nasrul.

Keinginan itu juga difasilitasi dengan permintaan Nasrul Abit, kepada aparat setempat untuk menjaga kenyamanan dan kemanan mereka disini.

“Para perantau yang masih ingin tinggal di Wamena mengharapkan kepada kita, untuk mengkoordinasikan dengan Pemprov dan Pemda setempat terkait keamanan dan kedamaian. Itu kita lakukan,” kata Nasrul Abit.

Terlepas dari itu, Nasrul Abit meminta kepada semua pihak untuk tetap menjaga suasana dan saling dapat menyejukkan suasana dan jangan saling memprovokasi, baik itu secara langsung maupun melalui media sosial.

Karena, jika ada yang memprovokasi, maka hal itu dapat memicu konflik yang lebih luas lagi baik di Papua, maupun di Sumatra Barat atau daerah lain di Indonesia.

Warga di Sumatra Barat juga diminta tidak terprovokasi dengan kejadian ini, sehingga tetap menjaga keamanan dan kenyamanan warga Papua di Sumatera Barat.

“Saya harap semua masyarakat dapat menjaga kondisi ini tetap kondusif. Jangan menghangatkan suasana agar konflik tidak meluas,” tutup Nasrul Abit.

Sementara itu, pertemuan yang dihelat DPD IKM Jayapura Kabupaten dengan perwakilan warga pengungsi di Cafe Prima Sentani, Jayapura, Senin, 30 September 2019, pukul 19.00 sd 22.00 WIT, disimpulkan, para pengungsi yang ingin pulang kampung.

Mereka mohon kepada Gubernur Sumbar untuk bisa memulangkan langsung sampai ke pelabuhan Teluk Bayur Padang.

Artinya, mereka ingin dipulangkan dengan moda transportasi laut. Itu menjadi poin terpenting dalam risalah rapat lengkap dengan bubuhan tanda tangan Ketua IKM Papua Zulhendri Sikumbang, yang kemudian dikirim ke Wakil Gubernur Sumbar.

Dijelaskan, para pengungsi setuju dipulangkan dengan kapal laut dengan tujuan langsung ke pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Itu artinya tidak ribet.

Sebab, jika naik kapal, lalu diturunkan di Tanjung Periuk, Jakarta, kemudiaan dilanjutkan dengan bus tujuan ke Padang, maka akan membuat ribet lagi terhadap mereka. Pasalnya, mereka banyak membawa anak kecil dan barang-barang.

Keterangan dari pengurus IKM Papua, kapal laut yang bisa membawa para pengungsi dengan ukuran yang agak besar adalah Dobonsolo, Ceremai, dan Dorolonda.

Dilaporkan juga, jumlah pengungsi sampai saat sekarang ini bertambah terus jumlahnya, sampai saat sekarang sudah berjumlah -/+ 400 jiwa (dewasa, remaja dan anak-anak).

Diperkirakan dalam kurun waktu 2-3 hari ini bisa-bisa sudah berjumlah -/+ 700 jiwa.

Sementara bantuan makanan bungkus dari warga, organisasi dan kumpulan ibu-ibu masjid sudah mulai menipis dikarenakan jumlah pengungsi sudah semakin bertambah jumlahnya.

"Dilihat persiapan tempat tinggal untuk pengungsian sepertinya panitia sudah mulai kewalahan," demikian salah satu poin risalah rapat.

Pengurus IKM sudah mulai mencari dapur umum untuk persiapan makanan para pengungsi atau dicarikan org untuk memasak setiap hari.

Dana sumbangan yang diberikan oleh Pemprov Sumbar Rp.160 juta dan ditambah sumbangan dari Irjen. Boy Rafli Amar Rp.10 juta.

Ada pun keluhan dan permintaan para pengungsi warga IKM yang ada di Posko Jayapura Sentani antara lain, berharap permohonan para pengungsi ini bisa mendapat jalan keluarnya. Sebab, jika semakin lama mereka ditempat pengungsian maka menjadi beban berat kepada pengurus IKM Jayapura Kabupaten. (Osh)

Baca Juga

IKAPABASKO Kota Batam Periode 2024-2029 Resmi Dikukuhkan
IKAPABASKO Kota Batam Periode 2024-2029 Resmi Dikukuhkan
Meminangkan Perantau Minang
Meminangkan Perantau Minang
Kepulangan Perantau Agam, Perputaran Uang Miliaran Rupiah
Kepulangan Perantau Agam, Perputaran Uang Miliaran Rupiah
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Arus mudik menuju Sumabr dari Riau mulai ramai, namun masih dipadati angkutan umum.
Arus Mudik Riau-Sumbar Masih Didominasi Angkutan Umum
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Pengamat Transportasi dari UBH, arus mudik tahun ini diprediksi akan banyak melalui jalur darat.
Pengamat Transportasi Soal Arus Mudik Lebaran ke Sumbar: Bus Akan Jadi Pilihan
Langgam.id - Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah memastikan tak ada diskriminasi terhadap Kabupaten Mentawai dalam UU Provinsi Sumbar.
Sambut Kepulangan Perantau, Gubernur Sumbar Ajak Jaga Kebersihan dan Ketertiban