Langgam.id - Peradaban bergerak maju seiring putaran zaman. Media sosial (medsos) membawa manusia berlayar ke samudra internet yang tak bertepi. Nyaris, tidak ada sekat jarak dan waktu untuk saling berkomunikasi di jagat raya.
Hari ini, medsos tidak sekadar “pasar” nyinyiran netizen dengan beragam kabar. Namun, juga menjelma menjadi supermarket-nya pedagang millenial yang bahkan di dominasi kaum ibu-ibu. Beragam produk dijual di akun Facebook, Instagram dan Twitter.
Fenoma berjaja di akun medsos telah menyasar hampir seluruh daerah di nusantara, termasuk di Sumatra Barat (Sumbar). Geliat bisnis online yang rata-rata digandrungi ibu rumah tangga (IRT) dan mahasiswi, tumbuh bak cendawan di musim hujan. Paling tidak, jual beli online ini kian menjadi-jadi sejak lima tahun terakhir.
“Daripada kerja di kantoran, enak kerja begini. Anak terjaga dan tidak menyita waktu,” kata Marzola Dahlia (30), seorang pebisnis online di Kota Sawahlunto kepada langgam.id, Jumat (20/9/2019).
Ibu dua anak ini mengaku telah berjaja di lapak Facebook pribadinya sejak dua tahun lalu. Ia hanya berjualan baju, sepatu, tas, lipstik, mainan anak-anak dan beragam kebutuhan sehari-hari lainnya.
“Saya pesan di Jakarta, Batam,Solo, Surabaya, Yogyakarta dan banyak lah daerah lain. Pemasarannya ke orang-orang yang tidak jauh dari rumah. Ada juga kerabat di kampung yang belanja ke saya,” kata perempuas asli Solok itu.
Sebelumnya, Zola mengaku memiliki kedai yang menjual beberapa perlengkapan untuk anak-anak dan kebutuhan sehari-hari. Lama kelamaan, barang yang dijualnya tidak begitu laris. Lantas, ia pun mencoba memasarkan dagangannya di akun Facebook. Hasilnya pun di luar dugaan. Bahkan, bisa menopang kehidupannya sehari-hari.
“Kalau di rumah, yang beli dalam sehari itu hanya satu sampai tiga orang. Kadang malah kosong. Nah, di medsos, pas yang kita tawarkan itu menarik. Banyak yang antri mesan. Kadang satu barang yang saya jual, ditawar oleh lima pelanggan. Sejak itulah, saya putuskan untuk berdagang melalui medsos,” kenangnya.
Bisnis online rumahan yang dijalankannya tidak terlepas dari peran perusahaan logistik yang menjadi ‘tol’ penyalur pesanan. Ia mengaku pernah mencoba hampir seluruh ekspedisi kurir. Namun, sejak setahun terakhir, ia kerap menggunakan jasa kurir PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Alasannya, JNE bertanggungjawab dan barang yang dipesan tidak pernah rusak.
“Namanya dagang lintas pulau ya, tentu kita perlu memastikan barang kita selamat dan cepat sampai. Itu saja sih yang membuat saya percaya. Dan saya sudah puluhan kali bertransaksi dengan JNE,” katanya.
Senada dengan itu, seorang pelaku UMKM di Kabupaten Solok, Silvi Lestari (43) juga mengaku ‘jatuh hati’ ke JNE. Bahkan, sudah delapan tahun lamanya ia mempercayakan pengiriman produk rendangnya bersama ekspedisi yang kini berusia 29 tahun itu.
Menurutnya, memakai jasa JNE bukan berarti tak pernah dikomplain pelanggan. Namun, saat terjadi kesalahan, pihak JNE langsung merespon keluhan. Lalu, saat barang sampai di tangan pemesan, JNE juga memberikan laporan ke nomor telepon pengirim dan pemesan itu sendiri. Apalagi, pengirim juga dapat mengecek langsung barang kirimannya lewat website yang disediakan JNE.
“Pernah dulu salah alamat ke Kalimantan. Pas dicek, tau-taunya memang kesalahan dari pengiriman, bukan dari JNE. Nah, karena JNE menghubungi langsung, persoalan pun jadi beres," kata Silvi.
Menurutnya, sejak memulai bisnis rendang tahun 2011 silam, ia sudah memasarkan produknya melalui akun Facebook miliknya. Sehingga, mayoritas pelanggannya hari ini di dominasi warga luar Sumbar. Ia baru mulai memasarkan produk randangnya di kawasan daerah Sumbar sejak empat tahun terakhir.
Silvi menyadari, menggeluti bisnis berbasis online, tentu membutuhkan jasa ekspedisi pengantar pesanan pelanggan yang tidak bertele-tele. Apalagi, pemesan kadang juga bersikap nyinyir menanyakan barang pesanannnya.
“Semua pebisnis online tau lah. Uang sudah kita terima, barang pemesan belum sampai. Ini sebuah kekhawatiran setiap pedagang jarak jauh,” bebernya.
Dalam berbisnis online, terang Silvi, kejelasan dan ketepatan waktu paling utama untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Pernah suata waktu, ketika ia baru “berlayar” di bisnis online mendapat komplain pelanggan gegara pesanannya tak kunjung sampai. Lantas, ia pun menghubungi pihak jasa kurir ekspedisi tersebut dengan maksud menanyakan keberadaan kirimannya.
"Barang tidak sampai-sampai, saya telpon pihak ekpedisinya, tapi ndak dijawab-jawab. Sejak saat itu, saya coret jasa kurir tersebut dari daftar pengiriman randang saya. Nah, sejak itu pula saya pakai JNE," kata Silvi yang enggan membeberkan identitas ekspedisi itu.
Apalagi untuk kota-kota besar, terang Silvi, JNE memastikan barangnya sampai dalam waktu sehari. Misalnya ke Jakarta, Surabaya, Bandung. Sedangkan ke Kalimantan bisa tembus lima hari dan ke Bangka Belitung dan sebagainya.
“Saya mikirnya pertama itu aman. Nah, rasa aman mengirim barang itu saya dapat dari JNE. Harganya juga standar,” kata Silvi yang sudah ratusan kali bertransaksi dengan JNE.
Di sisi lain, bertransaksi online dianggap memudahkan segala urusan. Banyak ibu rumah tangga yang kecanduan belanja online. Alasannya hanya karena tidak ingin ribet dan gampang mendapatkan apa yang dicari.
“Tidak perlu repot ke pasar. Keliling-keliling cari barang sampai kaki pegal. Apalagi belanjanya bawa anak,” kata Ira (28), salah seorang IRT di Kabupaten Solok.
Ira mengaku keranjingan belanja online sejak tahun 2016 silam. Tidak saja untuk membeli sepatu, tas, jilbab, ia bahkan sempat memesan hardcase androidnya dari Singapura. Hingga kini, hampir semua keperluan rumahnya dipesan melalui online.
“Rata-rata pakai JNE. Bulan lalu saya beli printer untuk struk belanja pulsa dari Jakarta dan itu pakai JNE juga. Mungkin karena tepat waktu dan cepat ya,” katanya.
Menggerakkan Ekonomi Lokal
Transaksi berbasis daring atau e-commerce memang sedang “naik daun” di pasar jua-beli di Indonesia. Namun harus diakui juga, kelancaran bisnis tersebut tidak terlepas dari peran industri logistik yang menjadi jembatan penyalur produk dengan si pemesan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Sumbar, Riza Yulfi mengatakan, pertumbuhan bisnis logistik di Ranah Minang cenderung stabil. Artinya, tidak kenaikan yang signifikan maupun penurunan.
Menurutnya, geliat bisnis logistik kian terasa sejak beberapa perusahaan jasa kurir yang bermarkas di Jakarta mulai ekspansi ke daerah. “Standar saja. Melek logistik di Sumbar mulai menggeliat sejak tahun 2010. Pedagang rumahan atau pun pelaku UMKM yang biasanya mengirimkan barang via travel dan mobil ekpedisi beralih ke logistik,” katanya.
Namun hari ini, lanjut Riza, sektor e-commerce lebih mendominasi transaksi logistik. Meski di Sumbar tidak ada binsis onlineshop berskala besar, namun pergerakan perdagangan elektronik dari UMKM hingga pelaku usaha rumahan di Ranah Minang cukup tinggi.
“Sangat bagus di sektor jual beli online. Mereka pasarkan lewat Whatshapp, Instagram dan sebagainya. Tentu perusahaan logistik menjadi tumpuan dari perputaran bisnis ini,” katanya sembari menyebut bisnis online di Sumbar, 70 persennya dilakoni perempuan dan 30 persen laki-laki.
Menurutnya, bisnis logistik di era millenial tidak bisa dipandang enteng. Sistem online mengharuskan perusahaan serba cepat, terampil dan berbenah dari semua sektor karena persaingan akan semakin ketat. Selama bisnis online tumbuh subur, maka dipastikan perusahaan logistik-lah yang kelak menjadi “motor” penggerak proses jual-beli tersebut.
“Tapi sekarang, masih ada sejumlah penyedia jasa (logistik) yang belum memiliki izin, namun eksis berjalan. Travel penumpang pun juga bawa barang. Ini harusnya dilarang pemerintah. Paling berwenang tentu Kominfo Pusat,” pintanya.
Senada dengan itu, pengamat ekonomi Sumbar, Prof. Syafruddin Karimi mengatakan, industri logistik menggerakkan ekonomi masyarakat dalam mengakses pasar. Baik untuk produksi maupun input dari sebuah produksi. “Industri logistik mempermudah akses pasar untuk produksi maupun untuk membeli,” katanya.
Selain itu, guru besar ekonomi Universitas Andalas (Unand) juga tak menampik, jika IRT yang memiliki usaha, lantas dijajanya di medsos akan memiliki peluang pasar yang jauh lebih luas daripada yang tidak mengakses internet.
“Misalnya pasar lokal lesu, pasar eksternal sedang booming. Nah, mereka yang berjualan online inilah memiliki kesempatan besar untuk menjangkau pasar lebih jauh,” katanya.
Hanya saja, lanjut Syafruddin, semua tergantung pada produk yang ditawarkan dan sejauh mana produk tersebut dikenal masyarakat. Jika konsumen sudah berulangkali dan berkelanjutan membeli suatu produk dan itu merata terjadi di Sumbar, maka bisa dikatakan ekonomi bergerak dan tumbuh.
“Industri logistik membantu menggerakkan dalam urusan akses pasar. Soal produk, tentu bergantung pada hasil si penjual,” tutup pengajar di Fakultas Ekonomi Unand itu.
Sementara itu, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang logistik, JNE terus melakukan terobosan-terobasan baru agar tetap menjadi “raja” di hati pelanggan. Beragam layanan untuk memanjakan konsumen telah dilahirkan perusahaan jasa kurir ini.
Salah satunya, layanan Yakin Esok Sampai (YES) yang memastikan kiriman sampai dalam waktu sehari dan ini hanya menyentuh kota-kota besar di Indonesia. “Kami selalu mengupayakan tepat waktu sesuai pesanan konsumen. Mungkin ini juga yang membuat pelanggan bertambah dan terus bertahan menggunakan jasa JNE ,” kata Kepala Cabang Utama JNE Wilayah Sumbar Yusran, saat dihubungi langgam.id.
Menurutnya, selain layanan reguler dan Oke, layanan YES kini termasuk layanan favorit yang dimanfaatkan pelanggan. Apalagi di layanan YES, JNE memberikan garansi uang kembali jika kiriman tidak sampai esok hari. “Garansinya kalau terjadi kesalahan operasional JNE. Tapi kalau sudah diantar, penerima tidak berada di tempat, garansi itu tidak berlaku,” sebutnya.
Yusran mengatakan, saat ini, JNE di Sumbar memiliki 18 kantor cabang dengan 6 kantor perwakilan yang berada di Kota Padang. Selain itu, tercatat 304 agen JNE. Masing-masing, 44 agen di Kota Padang dan 260 agen di bawah naungan cabang di seluruh kabupaten dan kota. Persentase perkembangan JNE dari 2012-2013 tercatat di angka 70 persen. Sedangkan dari 2014 lebih dari 100 persen.
“Kami memberikan layanan setiap hari untuk kabupaten dan kota, kecuali Mentawai yang memang terhalang keberangkatan kapal dua kali dalam sepekan. Saat ini, karyawan kami mencapai 193 orang dari yang semula hanya 31 orang. Kami juga sudah memiliki cabang di Kepulauan Mentawai,” katanya.
Baru-baru ini, JNE juga telah menetapkan sistem satu harga di seluruh wilayah Sumbar. Setiap resi pengiriman di dalam daerah Sumbar hanya dipatok harga Rp11 ribu/kilogram. Sedangkan antar kecamatan di dalam satu daerah hanya Rp6ribu per resi dan per kilogram.
Menurutnya, JNE bisa menerapkan sistem satu harga ini tidak terlepas dari jaringan yang telah dibangun di setiap kabupaten dan kota. Dengan layanan tersebut, pelanggan tidak perlu lagi repot mengecek harga pengiriman untuk wilayah Sumbar. “Sudah berlaku sejak April 2019. Semua daerah sama. Kecuali Mentawai kami patok harga Rp30 ribu karena jarak yang memang cukup jauh dan tidak melewati daratan,” katanya.
Disamping itu, pertumbuhan e-commerce di Indonesia juga memaksa semua perusahaan logistik beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan JNE komit mendukung transaksi daring tersebut. Dalam hal ini, pihaknya telah memiliki layanan Qourier powered by JNE.
“Harus diakui, logistik di daerah hari semakin tumbuh karena eksistensi pelaku UMKM dan industri rumahan. Nah, hari ini, mereka (pelaku usaha) cenderung bertransaksi online. Jika JNE tidak memberikan layanan untuk menyupport hal itu, tentu akan ditinggal pelanggan. Makanya, JNE juga berkomitmen melayani transaksi e-commerce,” katanya.
Di sisi lain, Yusran enggan jumawa atas perkembangan perusahaan logistik yang dibawahinya. Namun, dalam hal pelayanan, JNE memang berkomitmen untuk memberikan yang terbaik. Bahkan, sebelum sales counter JNE dilepas ke masyarakat, pihaknya terlebih dahulu akan memberikan pelatihan dan itu wajib diikuti semua karyawan.
“Bagi kami, pelayanan tentu nomor satu. Sebab, tanpa pelayanan maksimal, mustahil konsumen bertahan dan terus bertambah,” tutupnya. (RC)