Langgam.id- Pilkada serentak 2015 lalu melahirkan seorang bupati termuda di Indonesia, Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Bupati Dharmasraya ini dilantik saat usia 26 tahun. Di awal kepemimpinnya, Sutan Riska diejek banyak orang, karena dinilai tak berpengalaman.
Namun, ejekannya tersebut dijadikannya sebagai motivasi untuk memimpin daerah muda Dharmasraya. Ia membuktikan anak muda bisa berkarya di pemerintahan
“Saya mendapat ejekan dari beberapa pihak karena saya tidak punya pengalaman dan berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ayah saya hanya seorang kepala desa. Saat itu saya terpacu untuk belajar lebih banyak dan bekerja lebih gigih sebagai bupati. Karena dengan saya jadi bupati di usia yang masih muda, saya mempertaruhkan kepercayaan masyarakat terhadap anak muda, saya gagal, maka anak muda tidak akan mendapat tempat lagi” ujar Sutan Riska, Rabu (1/12/2021).
Di awal menjabat, Sutan Riska langsung memetakan permasalahan di daerahnya. Hal pertama yang dilakukannya adalah memperbaiki tata kelola pemerintahan.
Hasilnya, Dharmasraya yang sebelumnya tidak pernah meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK, sejak Sutan Riska menjabat Dharmasraya selalu meraih WTP tiap tahun hingga sekarang. Dharmasraya yang sebelumnya peringkat 17 dari 19 kabupaten dan kota di Sumbar Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sekarang nomor satu dan masuk 10 besar di Indonesia.
Tak itu saja, status Sistim Akuntabibilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) Dharmasraya sebelumnya C naik menjadi B, sehingga Dharmasraya bisa efisiensi anggaran hingga Rp 60 miliar.
“Bagaimana kita ingin menarik investor atau pemerintahan pusat kalau tata kelola pemerintahan kita tidak baik. Makanya saya perbaiki mulai dari dalam pemerintahan dulu seperti pengelolaan keuangan, manajemen dan efisiensi penganggaran,” kata Sutan Riska.
Tidak sia-sia, perjuangan Sutan Riska itu berbuah manis. Periode sebelum Ia menjabat, 2010-2015, dana pusat yang masuk ke Dharmasraya untuk pembangunan fisik hanya Rp 360 M. Semenetara, 4 tahun awal kepemimpinan Sutan Riska, dana pusat untuk pembangunan fisik di Dharmasraya mencapai Rp 2,4 T.
Dengan dana pusat yang besar itu, Sutan Riska bisa mengejar ketertinggalan dan mewujudkan kebutuhan pokok masyarakat Dharmasraya seperti jalan, jembatan, fasilitas kesehatan dan pendidikan serta yang lainnya.
Di bidang pertanian, sejak 2016 Dharmasraya telah membangun jalan usaha tani sepanjang 392 KM dan menyediakan bibit berkualitas dan bantuan 481 alat teknologi pertanian. Usaha itu membuat Dharmasraya surplus gabah hingga 23.000 ton pertahun.
Agar roda usaha dan perdagangan berjalan maksimal, pemerintah membangun empat pasar tradisional bersih beserta 77 unit los dan 195 kios.
“Sejak pasar baru ini, enak kita jualan, pengunjung ramai, mungkin karena pasar sekarang sudah pada bersih. Pendapatan kita juga meningkat,” kata Sisri, salah seorang pedagang bahan dapur di Pasar Abai Siat Dharmasraya.
Agar mobilitas ekonomi dan aktivitas sosial budaya lancar, Dharmasraya membangun 149,2 KM jalan desa dan 99,5 KM jalan baru Kabupaten serta 99 unit jembatan pedesaan (plat dwiker) dan 22 jembatan besar.
“Ya, gimana ekonomi dan kualitas hidup bisa membaik jika akses transportasi masih bermasalah. Semua akses harus kita perbaiki, termasuk akses telekomunikasi. Dulu ada tiga kecamatan yang terisolir secara akses jalan dan jembatan, serta telekomunikasi. Dulu masyarakat itu mau nelpon biasa saja harus manjat bukit. Sekarang HP mereka sudah berbunyi dalam rumah bahkan bisa vidio call,” ujarnya.
Pembangunan infrastruktur ini juga penting untuk memancing dan meningkatkan investasi. Terbukti, selama kepemimpinan Sutan Riska jumlah UMKM meningkat dari 5000 menjadi 1073.
“Sekarang soal perizinan sudah satu pintu. Kalau dulu ribet, harus melaui ini dan itu, sekarang hanya lewat Dinas Perizinan. Alhamdulillaah banyak UMKM baru muncul. Dulu setiap ada investor masuk yang ditanyakan adalah ketersediaan arus listik, sekarang di Dharmasraya sudah ada Gardu Induk yang bahkan surplus dan berlebih-lebih,” kata Kepala Dinas Perizinan Dharmasraya Naldi.
Naldi mengatakan, sejak empat tahun terakhir investasi industri besar pun mulai masuk. Ada yang sudah jalan dan ada yang dalam proses pengkajian. Mulai dari industri pengolahan hasil perkebunan, logam, energi dan lainnya.
Sutan Riska bercita-cita menjadikan Dharmasraya pusat ekonomi baru di persimpangan tiga provinsi; Sumbar; Riau; Jambi. Dharmasraya dan daerah perbatasan provinsi Riau dan Jambi tersebut sama-sama jauh dari pusat pemerintahan dan pusat ekonomi provinsi masing-masing.
Atas dasar keinginan itu, Sutan Riska mengharapkan adanya akses pintu tol dari Dharmasraya ke jalur Tol Sumatra. Sutan Riska mengaku sedang dalam tahap merencanakan pembangunan itu bersama kementrian terkait
“Kalau ada tol, saya percaya, daerah-daerah di sekitar Dharmasraya yang selama ini berada jauh dari pusat ibukota provinsi bisa menjadi lebih maju. Ditambah kita telah ditopang oleh transportasi udara melalui Bandar Udara Muaro Bungo. Untuk mewujudkan cita-cita itu, makanya saya percepat pembangunan infrastruktur agar kuantitas dan kualitas investasi bisa meningkat,” ujanrya.
Sutan Riska yakin, Dharmasraya dan daerah sekitarnya bisa menjadi pusat ekonomi baru di Sumatra bagian tengah jika setiap pemerintahan daerah satu frekuensi dan didukung pemerintahan pusat.
“Karena secara demografi, daerah kita lebih aman dan minim resiko bencana. Kita jauh dari gunung berapi, jauh dari patahan semangka dan jauh dari laut. Ya, kemunkinan bencana puting beliung, tapi sejauh ini belum ada yang begitu mengancam. Tinggal kita perbaiki akses ke pelabuhan kapal laut pantai timur di Jambi atau pelabuhan Pantai Barat di Padang yang jarak tempuhnya hamir sama dari Dharmasraya ke kedua lokasi pelabuhan itu. Pada intinya, kita bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan daerah yang selama ini terkesan tidak diperhatikan demi kemakmuran masyarakat,” kata Sutan Riska. (Liputan Khusus)