Langgam.id - LPPM Universitas Andalas bekerja sama dengan MileaLab mengadakan webinar yang bertajuk “Virtual Reality untuk Konten Edukasi” untuk para guru se-Sumatra Barat.
Namun, webinar yang diikuti oleh 377 orang guru SD dan guru SMP ini ternyata mampu menghadirkan guru dan dosen dari berbagai daerah lain di Indonesia, seperti Pekanbaru (Riau), Cimahi (Jawa Barat), Sumenep (Jawa Timur), dan Sulawesi Tenggara.
Webinar ini merupakan puncak pengabdian kepada masyarakat yang diadakan oleh dosen Universitas Andalas yang terdiri atas Boby Febri Krisdianto, Arif Rohman Mansur, Ika Sari Wahyuni, Ria Febrina, Meza Silvana, Nefry Puteri, dan Dwi Welly; serta mahasiswa yang terdiri atas Taufik Febriyanton dan Annisa Rahma Yuni. Pelatihan ini merupakan bentuk pengabdian dosen Universitas Andalas yang tergabung dalam “Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang”.
Webinar ini menghadirkan Kadis Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Adib Alfikri; Sekretaris LPPM Unand, Muhammad Makky; Kepala SMP 24 Padang, Dwifa Kesuma; dan Ketua Pelaksana, Boby Febri Krisdianto sebagai keynote speech.
Sementara itu, webinar yang dimoderatori oleh Ika Sari Wahyuni, dosen Fakultas Ekonomi Unand ini menghadirkan Arman selaku Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Andes Rezky selaku Managing Direktur Millealab, dan Dwi Welly Sukma selaku dosen Fakultas Teknologi Infomasi Universitas Andalas sebagai keynote speaker.
Boby Febri Krisdianto selaku ketua pelaksana mengungkapkan bahwa webinar virtual reality ini akan menjadi perubahan besar bagi generasi Z yang selalu lekat dengan gadget dan teknologi. Apalagi pada masa pandemi ini, guru dituntut menghadirkan bahan ajar yang sesuai dengan kemajuan. “Virtual reality ini merupakan jawaban dari perubahan kemajuan yang dibutuhkan dalam bidang pendidikan tersebut,” ungkap dosen Universitas Andalas ini.
Dwifa Kesuma, Kepala SMPN 24 Padang, menyetujui hal tersebut dan bersama-sama PLT Kepala SMP 38 Padang memberikan kesempatan kepada 20 orang guru untuk mengikuti pelatihan membuat bahan ajar virtual reality tersebut. “Virtual reality ini sepert main game dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.
Pembuatan konten virtual reality ini dapat meningkatkan kolaborasi guru antarsekolah. Namun sayangnya, selama pelatihan masih terdapat kendala penggunaan internet sekolah yang masih terbatas,” jelasnya.
Kadis Pendidikan Provinsi Sumatra Barat, Adib Alfikri, mengungkapkan bahwa guru memang harus mengambil peran penting untuk mendukung kemajuan dalam pendidikan tersebut. “Seorang guru harus menjadi agen penggerak yang menyesuaikan diri, memiliki inovasi dan kreasi, serta menjadi fasilitator, katalisator, dan motivator bagi siswa.
Dalam rangka memfasilitasi pembelajaran peserta didik pada era pandemi, guru memang perlu menyesuaikan model pembelajaran dalam memanfaatkan media digital. Virtual reality ini dapat menjadi solusi dari loss learning bagi siswa untuk move on ke metode pembelajaran yang efektif,” ungkapnya.
Terkait fasilitas sekolah yang terbatas, Adib Alfikri berharap agar kepala sekolah dapat mengajukan laporan kepada kepala dinas masing-masing agar dapat ditindaklanjuti untuk membantu mengatasi masalah tersebut.
Melihat jumlah peserta webinar yang sangat banyak dan respons dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kota Padang, Muhammad Makky selaku Sekretaris LPPM Universitas Andalas sangat bangga atas pencapaian pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para dosen ini.
Dia berharap Universitas Andalas dapat terus berupaya meningkatan kualitas pembelajaran para guru di Sumatera Barat secara khusus, dan para guru di Indonesia secara umum.
Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Arman, menyampaikan bahwa betapa pentingnya virtual reality dalam dunia pendidikan yang harus diciptakan oleh para guru di sekolah.
“Keberhasilan pendidikan dan kebesaran suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas guru sebagai agen pembelajaran di sekolah. Semakin meningkat kualitas guru (profesionalisme guru), diharapkan akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Oleh karena itu, saat ini guru dituntut untuk mampu merancang atau mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan,” ungkapnya.
Selanjutnya, Arman juga menyatakan bahwa siswa juga dituntut melakukan literasi digital. “Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital secara efektif. Perkembangan literasi digital yang cepat sejalan dengan penggunaan internet yang juga berkembang dengan pesat. Bahkan, pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penggunaan internet dunia. Oleh karena itu, guru juga harus mempersiapkan siswa dalam meningkatkan kemampuan literasi digital,” jelas Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa virtual reality mampu menciptakan simulasi yang mirip seperti dunia nyata dan dapat meningkatkan imajinasi siswa. “Menguasai virtual reality adalah bagian dari upaya menjawab tantangan masa depan sekaligus menyiapkan generasi emas Indonesia yang berkompetisi,” imbuhnya.
Sementara itu, Dwi Wellly, dosen Fakultas Teknologi Infomasi Universitas Andalas, memaparkan sejarah virtual reality kepada para peserta. Ia menjelaskan bahwa virtual reality dimulai pada tahun 1968 oleh Ivan Sutherland dan Bob Sproull, kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi trend inovasi bagi perusahan besar, seperti Facebook, Samsung, dan Google.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa pemanfaatan virtual reality dapat dilihat pada bidang manufaktur, khususnya dalam melatih karyawan untuk mengoperasikan mesin. Selain itu, juga dapat dilihat pada dunia kesehatan yang mampu melakukan simulasi kejadian darurat dan prosedur bedah untuk mahasiswa. Simulasi tersebut akan menghabiskan banyak biaya apabila tanpa menggunakan virtual reality.
Andes Rezky sebagai Managing Director Millealab mengungkapkan bahwa virtual reality (VR) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan immersive experience yang sesungguhnya.
“Mereka akan merasakan lingkungan dan pengalaman yang sulit dijangkau menjadi sebuah kenyataan yang mudah dirasakan. Melalui VR ini, berbagai keterbatasan dalam dunia pendidikan untuk menyajikan pengalaman belajar yang bermakna dapat diatasi,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa adopsi VR dalam pendidikan memiliki pengaruh positif pada keterlibatan, pemahaman, proses, dan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran berbasis VR dapat diakses oleh setiap peserta didik dan dengan mudah dipantau oleh guru.
“VR memiliki kekuatan untuk melibatkan dan menginspirasi peserta didik dengan cara yang unik dan kuat. Luar biasanya, melalui VR, semua hal itu dapat didapatkan dan dilakukan hanya dalam ruang kelas,” paparnya yang mengungkapkan bahwa virtual reality dapat juga disebut sebagai the future of education.
Boby Febri Krisdianto selaku ketua pelaksana berharap agar webinar ini dapat memberikan inspirasi dan pembelajaran kepada para guru. Bahkan, untuk masa depan, ia akan melanjutkan dengan pembentukan Padang Virtual Community untuk menjaga semangat dan memberikan pelajaran yang membahagiakan kepara guru dan siswa.
“Saya berharap ke depannya banyak pihak, seperti dinas pendidikan, Milealab, dan para guru dapat membantu mendukung pembelajaran dengan metode virtual reality ini,” jelasnya.