Langgam.id - Ratusan pandeka (pesilat) dari berbagai sasaran meramaikan malam silahturahmi Silek Tuo se Kabupaten Solok di Aia Tabik, Jorong Lurah Ateh, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sabtu (24/8/2019).
Tidak hanya pesilat, masyarakat sekitar dan dari berbagai daerah lainnya ikut memadati lapangan bola voli daerah tersebut. Bahkan, luas lokasi tersedia tidak mampu menampung tumpah ruahnya pesilat. Wakil Bupati Solok Yulfadri Nurdin dan anggota DPRD Kabupaten Solok Aurizal turut hadir dalam kegiatan itu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok Nasripul Romika mengaku cukup terkejut dengan ramainya kehadiran tuo silek dan pandeka.
“Saya kira hanya sasaran silek sekitar Salayo yang hadir. Ternyata datang juga dari berbagai nagari di Kabupaten Solok,” kata Nasripul.
Dari catatan Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Solok, jumlah sasaran silek di Kabupaten Solok mencapai 80 sasaran. Namun, berkemungkinan masih ada yang belum terdata.
“Malam itu, hadir sekitar 50 sasaran Silek Tuo, dan itu sangat luar biasa. Kegiatan seperti ini harus terus dipertahankan. Ini bisa menjadi kalender tahunan pariwisata Kabupaten Solok,” paparnya.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Solok Aurizal mengatakan, sepanjang sejarah alek silahturahmi silek tuo yang dilakukan di Jorong Lurah Ateh, ini yang paling meriah dan semarak.
“Awalnya, silahturahmi silek tuo ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Melihat antusiasme masyarakat, maka dua tahun terakhir sudah dianggarkan melalui APBD kabupaten Solok,” sebut mantan jurnalis itu.
Ketua pelaksana kegiatan, ustaz Beni Asri menjelaskan, silahturahmi silek tuo ini merupakan kali kelima digelar di Aia Tabik, Jorong Lurah Ateh. “Kegiatan ini berangkat dari kekhawatiran tuo silek atas semakin minimnya minat generasi muda untuk belajar silek. Akhir-akhir ini, remaja lebih cendrung belajar silek prestasi,” katanya.
Tuo Silek Limbago Budi Cupak Rizal Dt Intan Sati mengatakan, jika seni bela diri khas Minangkabau ini tidak dibangkitkan kembali, bukan tidak mungkin lenyap dalam kehidupan masyarakat Minang, terutama generasi muda.
“Ketakutan kita saat ini adalah semakin hilangnya nilai-nilai tradisi pada generasi muda. Terutama seni tradisi silek yang selama ini menjadi kebanggaan dan jati diri masyarakat Minang,” ungkap Rizal. (*ICA)